Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Orang-orang di Kebun Sawit (44)

16 September 2017   22:07 Diperbarui: 17 September 2017   01:04 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya baca di sini

" Saudara saudariku, mulai saat ini, dimana disaat saya berdiri dihadapan saudari saudariku, bangkitlah, bangkitlah sebagai kaum buruh, bangkitlah sebagai kaum tani. Singsingkan lengan baju, mari kita bersama maju, untuk memerangi kesemena menaan.

PKI, bersama Gerwani akan membentuk angkatan kelima, dimana kaum buruh dan kaum tani akan dipersenjatai. Kita bukan untuk berperang, atau merongrong pemerintahan yang sah dan berdaulat, tapi melainkan kita mempersiapkan diri, jika kita diserang. Oleh karena itu saudari saudariku sekalian, mari kita bersama sama menggerakkan Gerwani, untuk menumpas kesewenang wenangan itu. Hidup PKI...Hidup Gerwani...", Yel yel yang diucapkan oleh Sri Dewi untuk menutup pidatonya bergema memenuhi lapang.

" Hidup PKI...Hidup ...Gerwani...Hidup kaum buruh ", para kuli menyambut yel yel itu dengan penuh semangat. Sri Dewi sebelum turun dari panggung, dia melantunkan lagu genjer genjer yang diikuti oleh para kuli perrempuan yang hadir dilapangan bola itu.

Mata hari mulai condong keufuk barat, sinar merah yang dipancarkannya mulai meredup sebelum hilang diantara rimbunan pohon sawit disekitar lapangan bola itu. Para kuli perempuan yang berkumpul dilapangan bola, satu persatu beringsut pulang kembali kepondoknya dengan membawa masing masing cerita dari isi pidato yang disampaikan oleh para kader dan tokoh Gerwarni yang datang dari kota.

Apa yang disampaikan oleh Sri Dewi, terinspirasi dari revolusi  Tiongkok dibawah kepemimpinan Sun Yatsen. PKI salah satu Partai Politik yang beraliran komunis, mencoba untuk membangun suatu kekuatan di negeri yang baru saja merdeka. Para tokoh tokoh dan kader PKI pada setiap pertemuan dan rapat rapat partai, berupaya untuk memmonpa semangat para anggotanya. Kemudian menyusup didalam kehidupan masyarakat, terutama masyarakat di perkebunan yang tidak tahu apa apa.

Didalam perjalanan pulang kerumah, Nafisah bertemu dengan Hartini dan Parni, ketiganya terlibat pembicaraan yang serius. Nafisah sebenarnya berusaha untuk menghindar dari Hartini dan Parni, tapi karena keduanya mengajak Nafisah pulang bersama, Tidak enak dihati Nafisah jika mengelak.

" Sampean rupanya masuk juga kedalam barisan Gerwani ", Hartini memulai perkataanya. Selama ini keduanya bagaikan wanita yang dimadu, saling iri dan saling dengki.

" Sebenarnya saya belum menjadi anggota Gerwani ", jawab Nafisah tanpa melihat kearah Hartini dan Parni.

" Kenapa Sampean menghadiri pertemuan akbar Gerwani ini?". Tatapan mata Hartini tidak lagi seperti sediakala, tatapan mata yang bermusuhan, tapi kali ini tatapan matanya penuh dengan tatapan persahabatan.

" Saya hanya ingin mendengarkan pidato para tokoh dan kader Gerwani, tapi nyatanya pidato pidato yang mereka sampaikan cukup menarik, dan membuat semangat jadi bangkit ",  Ujar Nafisah. Parni yang dari tadi hanya mendengarkan pembicaraan, kini dia melibatkan diri.

" Jadi sampean tertarik untuk masuk kedalam barisan Gerwani?".

" Kalau apa yang disampaikan oleh kader dan tokoh Gerwani itu benar, apa salahnya jika kita turut bergabung " Nafisah memandang Parni.

" Ya, sebaiknya sampean ikut dalam barisan Gerwani, seperti kami berdua ini. Kita sebagai kuli perempuan diperkebunan ini hidup kita tertindas. Pekerjaan yang kita kerjakan terkadang tidak sebanding dengan gaji yang kita terima, dengan masuknya kita kedalam barisan Gerwani, kita tentu dapat memperjuangkan nasib kita, dengan dibantu oleh Gerwani " . Hartini berupaya untuk meyakinkan Nafisah agar dia terekrut kedalam barisan Gerwani.

Sementara Nafisah merasa heran atas perobahan diri Hartini terhadapnya. Apakah yang dikatakan oleh Hartini itu betul, tidak ada embel embel dibelakangnya. Kalau melihat dari apa yang disampaikan oleh Hartini, rasanya Hartini dengan ikhlas menyampaikan hal itu, dan mengajak dirinya untuk bergabung kedalam Gerwani. Tapi bagai mana pula jika Hartini hanya ingin untuk menjerumuskannya, kata hati Nafisah.

" Apa yang disampaikan oleh Hartini itu benar.  Dengan masuknya kita kedalam barisan Gerwani, maka pihak perkebunan tidak akan berani lagi untuk bertindak semena mena terhadap diri kita. Jika kita merasa tertindas kita dapat mengadukannya kepada para pengurus Gerwani. Tapi jika kita tidak tergabung didalamnya, bagaimana kita dapat untuk mengadukan hal itu kepada mereka, karena kita bukan anggotanya ", Parni juga turut untuk meyakinkan Nafisah, jika mereka berdua dapat untuk meyakinkan Nafisah, maka mereka akan mendapatkan nama baik dari pengurus pengurus Gerwani.

" Jika sampean mau, besok kami daftarkan sampean kepada pengurus Gerwani ", kata Hartini. Nafisah tidak memberikan jawaban, dihatinya dia masih menimbang nimbang untuk masuk kedalam barisan Gerwani seperti yang ditawarkan oleh Hartini dan Parni.

" Diperkebunan ini, hanya tinggal beberapa orang saja yang tidak masuk kedalam barisan Gerwani, selebihnya semua masuk menjadi anggota Gerwani ". Sesekali mata Parni memandang kearah rimbunan pohon sawit yang mereka lalui.

" Sampean bisa melihat, setiap ada pertemuan maupun rapat rapat Gerwani kita kita yang menjadi anggota Gerwani mendapat cuti perlop untuk tidak bekerja. Walaupun kita tidak masuk bekerja, pihak perkebunan tidak bisa berkata apa apa, karena jika mereka protes kita para kuli ditekan, mereka akan berhadapan dengan pimpinan Gerwani. Pihak perkebunan sangat takut dengan para pimpinan gerwani itu ". Hartini dengan panjang lebar memberikan gambaran tentang kekuasaan Gerwani terhadap para petinggi perkebunan.

Apa yang dikatakan oleh Hartini memanglah demikian, setiap ada pertemuan mapun rapat rapat dengan Gerwani, mereka yang masuk menjadi anggota organisasi ini diberi izin untuk menghadiri pertemuan dan rapat rapat Gerwani. Terkadang pertemuan maupun rapat rapat dengan pimpinan Gerwani, tidak saja dilakukan diperkebunan tempat mereka bekerja, tapi ada kalanya tempat pertemuan dan rapat rapat itu diperkebunan yang lain.

Jika pertemuan dan rapat rapat Gerwani berada diluar perkebunan tempat mereka bekerja, mereka akan menghadirinya. Pihak perkebunan akan memberikan angkutan berupa mobil prah milik perkebunan untuk mengangkut mereka. Dan hal ini pernah dilihat oleh Nafisah, banyak para kuli perempuan teman temannya yang diangkut oleh mobil prah terbuka milik perkebunan.

" Bagaimana Nafisah apa kah sampean mau untuk kami daftarkan menjadi anggota Gerwani?", Parni melihat kearah Nafisah. Senja telah hampir tiba, perjalanan ketiganya untuk menuju pondok sudah semakin dekat.

" Mbak Parni, saya buakannya tidak mau, tapi saya harus  memikirkannya terlebih dahulu ".

" Apa lagi yang sampean pikirkan, yang jelasnya sampean sudah mendengarkan pidato para tokoh dan kader Gerwani , apa lagi yang membuat sampean ragu ", Hartini berhenti melangkah, persimpangan menuju kearah pondoknya sudah berada didepannya.

" Baiklah kalau begitu Nafisah, sampean boleh mikir mikir dahulu. Tapi jika sampean sudah membulatkan hati dan tekad untuk masuk kedalam barisan Gerwani, sampean boleh untuk mengatakannya kepada kami ", Parni juga menghentikan langkahnya, karena keduanya berhenti melangkah, Nafisah juga melakukan hal yang sama, mereka berdiri bertiga didekat simpang arah rumah Hartini dan Parni.

" Ya, mbak, nanti akan saya kabari ".

" Ya, sampai jumpa besok dipekerjaan ", sahut hartini, keduanya lalu membelok kearah jalan menuju pondoknya, sementara Nafis melanjutkan langkahnya untuk menuju pondoknya. Mata hari sudah tidak terlihat lagi. Hanya warna merah tergaris dilangit senja yang tampak. Lampu lampu jalan diperkebunan itupun sudah dinyalakan. (Bersambung ..)

Cerita yang dikemas dalam bentuk novel ini adalah merupakan cerita fiksi belaka. Jika ada nama dan tempat, serta kejadian yang sama, atau mirip terulas dalam novel ini. Itu hanyalah secara kebetulan saja. (Mohon Izin Bapak Adin Umar Lubis, Fhoto anda di Blogspot.com saya jadikan sebagai Beugrond dalam novel ini)

  Asahan, September  2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun