Poniem selaku orang yang bertanggungjawab terhadap group ronggeng tidak saja bertanya dengan para wanita peronggeng, tapi juga dia menayai kepada anggotanya yang lain yang turut bermain digroup ronggengnya. Dari pengakuan  para anggota groupnya ini mereka juga tidak melihat Nafisah dimalam jeda itu.
      Dari pengakuan yang diberikan oleh para anggotanya ini, sak lah dihati Poniem, bahwa Nafisah terlibat dalam pembunuhan mandor perkebunan itu. Hanya saja Poniem tidak mengetahui apakah Nafisah melakukannya sendiri atau ada orang lain yang membantunya. Poniem juga tidak tahu pula, kenapa Nafisah membunuh mandor itu, dan apakah Nafisah mengenal laki laki itu?, kalau seandainya Nafisah memang mengenalnya, apa pula hubungan mereka.
      Tidak pula mungkin Nafisah hanya mengenal laki laki itu diatas panggung pada malam itu, lalu Nafisah membunuhnya. Poniempun merunut setiap kejadian yang ada diatas panggung. Banyak peristiwa yang terjadi diatas panggung ronggeng, yang terkadang menyakitkan hati para wanita penari ronggeng, tapi tidak berakhir dengan pembunuhan. Semua pertanyaan pertanyaan itu kini menjadi misteri bagi Poniem dan anggota group ronggengnya.,(Bersambung ..)
Cerita yang dikemas dalam bentuk novel ini adalah merupakan cerita fiksi belaka. Jika ada nama dan tempat, serta kejadian yang sama, atau mirip terulas dalam novel ini. Itu hanyalah secara kebetulan saja. (Mohon Izin Bapak Adin Umar Lubis, Fhoto anda di Blogspot.com saya jadikan sebagai Beugrond dalam novel ini)
 Asahan, Agustus 2017