" Jika situasinya seperti ini terus menerus, maka kita akan kesulitan untuk makan, sedangkan yang bekerja hanya kang mas sendiri ".
      " Apa yang saya dapat itulah yang kita makan ",
      " Tapi jika terus terusan seperti ini, kita juga akan kesulitan untuk makan ". Kasiran memandang kearah Nafisah dia meraba apa yang dikatakan oleh Nafisah.
      " Lalu maksudmu bagaimana ?".
      " Kalau seandainya kang mas tidak keberatan, dan memberikan izin, rasanya saya ingin turut bekerja untuk membantu kang mas " Dia menatap Satiran.
      " Pekerjaan apa yang bisa adik lakukan, sedang kan saat ini orang orang kesulitan untuk mencari pekerjaan ", terlihat ada kerutan dikening Kasiran, dia berpikir pekerjaan apakah yang akan dilakukan oleh isterinya ini.
      " Kemarin mbak yu Poniem, tetangga sebelah, mengajak saya untuk bergabung dengan group ronggeng yang dipimpinnya ".
      " Apa adik mau menjadi penari ronggeng?", Kerutan dikening Kasiran semakin menebal. Dia tahu sebagai penari ronggeng yang berpindah pindah tempat, apakah isterinya ini sanggup untuk tidak pulang kerumah berminggu minggu.
      " Iya, apa kang mas setuju?, lagi pula menjadi penari ronggeng juga bukan pekerjaan yang jelek " , Kasiran terdiam sejenak. Menjadi penari ronggeng juga bukan pekerjaan yang salah. Akan tetapi mampukah Nafisah menjaga diri dari tangan tangan jahil laki laki yang meronggeng?. Kata  Kasiran dalam hatinya.
      " Menjadi penari ronggeng itu, tentu berhadapan dengan banyak laki laki. Dan tidak semua laki laki itu adalah orang yang baik, menari ronggeng hanya untuk menghibur diri, agar hatinya merasa gembira. Tapi disamping itu tentu banyak juga laki laki yang meronggeng bukan untuk mencari kesenangan hatinya, tapi melainkan meronggeng bagi mereka untuk mencari kesempatan memegang megang lawan ronggengnya, untuk menyalurkan birahinya. Apakah adik sudah siap untuk menghadapi semua ini ", Kasiran memberikan pandangan kepada Nafisah. (Bersambung ..)
      Cerita yang dikemas dalam bentuk novel ini adalah merupakan cerita fiksi belaka. Jika ada nama dan tempat, serta kejadian yang sama, atau mirip terulas dalam novel ini. Itu hanyalah secara kebetulan saja. (Mohon Izin Bapak Adin Umar Lubis, Fhoto anda di Blogspot.com saya jadikan sebagai Beugrond dalam novel ini)