" Seret wanita jalang ini keluar?", perintah mandor besar Kartijo setelah dia melihat Nafisah siuman dari pingsannya.
      " Baik tuan ", dengan kasarnya Gatot yang bertubuh kekar itu menyeret Nafisah keluar dari dalam ruangan kamar itu, dan meletakkannya diruangan tengah.
      " Seret dia kehalaman " , perintah mandor besar Kartijo setelah dia melihat gatot menyeretnya hanya sampai diruangan tengah.
      " Ya, tuan ", kembali tubuh Nafisah yang telanjang diseret oleh Gatot keluar dari dalam rumah besar dan meletakkannya dihalaman rumah yang tanahnya lembab dan ditumbuhi oleh rumput ilalang. Sebagai seorang laki laki yang normal, sebenarnya gatot tergiur juga dengan tubuh mulus Nafisah yang telanjang dihadapannya. Tapi rasa yang sempat menaikkan sahwatnya itu cepat cepat diredamnya.
      Gatot tahu bagaimana kehebatan mandor besar Kartijo yang memiliki segudang ilmu. Kehebatan mandor Kartijo juga sudah pernah dirasakannya, ketika dia beserta kawan kawannya sebagai begundal tertangkap tangan mencuri buah sawit diperkebunan itu. Hanya dia saja yang tidak dibunuh oleh mandor Kartijo, sementara tiga temannya yang lain mati ditangan mandor besar Kartijo. Pada hal mereka memiliki ilmu yang juga tahan bacok, tapi ditangan si mandor ini mereka tidak bisa berkutik.
      " Ayo kita berangkat ", perintah mandor besar Kartijo setelah dia berada didalam mobil. Gatot masih berdiri melihat Nafisah yang tersungkur ditanah lembab dan basah, dia ragu apakah mandor besar Kartijo akan meninggalkannya begitu saja.
      " Tuan ",  Gatot tidak meneruskan kata katanya, tapi matanya memandang seluruh tubuh Nafisah.
      " Apakah kau juga tertarik untuk mencicpinya?", dingin suara mandor besar Kartijo kepada Gatot.
      " Tidak tuan ".
      " lalu apa yang kau pikirkan ". Tanya mandor besar Kartijo, karena dia melihat ada keraguan Gatot dalam menjawab pertanyaannya.
      " Bagaima dengan Nafisah tuan, apakah dia kita tinggalkan saja ditempat ini ". Gatot memberanikan dirinya untuk bertanya.