Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

{TMN 100 H} Senandung Cinta Dari Selat Melaka "86"

8 Juni 2016   16:13 Diperbarui: 8 Juni 2016   16:18 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            “ Ya, sama sama “. Jawab Joni lalu meninggalkan ruangan itu, setelah Azis mengatakan ucapan terimaksih kepada Joni.

            “ Zis ada yang ingin kusampaikan kepadamu. Kumohon kau tidak menolak apa yang akan kukatakan ini kepadamu”. Meilan menatap tajam wajah Azis. Karena bagaimanapun Azis tentu tahu kalau keluarganya begitu membenci Azis. Tapi entah kenapa ayahnya dalam keadaan sekarat malah minta bertemu dengan Azis.

            “ Apa yang ingin kau sampaikan sampaikanlah, aku tidak akan menolaknya”, jawab Azis, dia juga menatap kearah Meilan.

            “ Kau tentu tahu kalau selama ini hubungan kita, dibenci oleh orang tuaku, sampai sampai karena papaku tahu kita punya hubungan, ia juga memberhentikanmu bekerja dengan nya. Dan akibat itulah makanya kau pergi merantau “, Meilan tidak melanjutkan kata katanya, ia ingin melihat reaksi Azis terhadap apa yang dikatakannya. Azis hanya diam walaupun seberkas kenangan pahit itu sempat melintas dimatanya.

            “ lalu apa hubungannya dengan apa yang akan kau katakan?”.

            “ Hubungannya jelas ada, karena aku tahu kalau kau juga membenci terhadap keluargaku, terlebih kepada papaku”. Kata Meilan, lagi lagi membuat Azis terdiam. Dia sendiri tidak tahu apa yang dirasakannya ketika Apek Haipeng memberhentikannya melaut. Apakah ia merasa benci dengan keluarga Meilan ini atau tidak. Waktu itu sedikitpun  tidak terlintas dihatinya untuk membenci keluarga Meilan. Tapi dia malah lebih membenci dirinya yang hidup dengan penuh kemiskinan.

            “ Aku tidak pernah membenci kepada keluargamu, termasuk kepada papamu. Walaupun aku diberhentikannya bekerja dari tempat usahanya, sedikitpun aku tidak pernah membencinya. Tapi aku malah lebih membenci diriku sendiri waktu itu. Kenapa kehidupanku begitu miskin. Aku mengutuk diriku sendiri, dan tidak pernah mengutuk orang lain “. Matanya masih juga menatap wajah Meilan.

            “ Zis, mungkjin disaat saat terakhir kehidupan papaku, dia minta untuk bertemu denganmu. Ia menyuruhku untuk mencarimu. Tapi kemana aku harus mencarimu. Untunglah ada peristiwa perampokan itu, maka aku bisa bertemu denganmu?”. Azis terdiam, dia tidak menjawab perkataan meilan. Tapi hatinya bertanya Tanya, apa hubungan Apek Haipeng mau bertemu dengannya, sementara selama ini laki laki tua itu sangat membencinya, karena dia tahu anaknya punya hubungan asmara dengan nya. Kata hati Azis.

           

Bersambung…….

Tepian Selat Melaka, 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun