sumber fhoto/hr.mdn bisnis,
Sebelumnya :
Dengan seksama, Meilan memperhatikan fhoto ukuran kecil yang ada ditangannya itu, yang memang adalah fhotonya ketika dia dengan Azis pergi Kekota Dumai dengan kakak sepupunya Meme. Memang ada kemiripannya. Untuk lebih jelasnya lagi Azis menurunkan fhoto itu dan meletakkannya diahadap Meilan. Benar apa yang dikatakan oleh Azis, bahwa fhoto itu adalah fhoto diri Meilan. Meilanpun memeluk Azis. Betapa menderitanya pemuda ini, sampai sampai fhotoku disimpannya baik baik. Meilan membantin didalam hatinya.
Kemudian :
Bagi seorang preman dalam melakukan pengintaian terhadap obyek yang akan menjadi sasarannya, terkadang melebihi kecepatan dari apa yang dilakukan oleh Polisi. Joni dengan membawa tiga orang anggotanya mencari perampok calon isteri bosnya. Didepan Yuky Plaza Joni dengan tiga orang anggotanya itu mengamati situasi lapangan. Setelah itu mereka melakukan penyisiran diareal Yuky Plaza.
Jika Polisi dalam mengungkap pelaku perampokan terkadang memakan waktu yang cukup lama, bisa seminggu bahkan sampai sebulan, bahkan sampai bertahun kasus perampokan itu tidak terungkap. Tentu berbeda dengan kelompok premanisme, mereka telah memetakan lokasi kejadian. Jika perampokan terjadi didaerah Kesawan, pelakunya tidak jauh dari kelompok genk yang ada di kesawan itu. Maka mereka tinggal mencari ketua genknya. Dan ketua genk ini pula yang akan melakukan penyelidikan kepada anggotanya.
Dalam hitungan jam Joni dengan tiga anggotanya berhasil menangkap pelaku perampokan calon isteri bosnya ini. Joni tidak mempermasalahkan kenapa preman itu merampok calon isteri bosnya, yang penting bagi Joni tas dan uang yang dirampok itu dikembalikan kepada pemiliknya. Dan siperampok itupun tidak keberatan dengan apa yang ditawarkan oleh Joni. Hanya saja uang tersebut sempat berkurang tiga juta dari jumlah yang ada didalamnya. Jonipun menghubungi bos nya untuk memberi tahukan hal itu.
“ Bos, barang barang yang dirampok itu sudah kami ketemukan. Tapi bos masalahnya uangnya sudah berkurang tiga juta, selebihnya yang ada didalam tas itu masih lengkap isinya”, lapor Joni melalui telefhon kepada Azzis.
“ Apa pelakunya ada sama bang joni?”. Tanya Azis untuk melakukan tes terhadap kejujuran Joni.
“ Ada bos ini orangnya”. Joni memberikan telefhonnya kepada siperampok itu.
“ Hallo ketua, aku minta maaf, aku tidak tahu kalau wanita itu isteri ketua?”, kata preman itu kepada Azis.
“ Iya, itu tidak jadi masalah bagiku, tapi yang perlu kutanya apakah uang itu masih utuh?”. Meilan yang duduk disamping Azis hanya mendengarkan pembicaraan Azis melalui telefhon itu.
“ Maaf, ketua uangnya sempat kami habiskan tiga juta. Selebihnya yang ada didalam tas itu masih utuh , itupun Ketua kalau kami harus menggantinya, kami akan menggantinya ketua, tapi beri kami tempo dalam satu minggu ini ketua “, Suara perampok itu tampak melemah, karena dia tahu sedang berhadapan dengan siapa. Jangankan dia bosnya sendiri begitu takut dan sega kepada Azis.
“ Tidak apalah kalau ada yang sudah terpakai, kembalikan sisanya kepada Joni “, Ujar Azis. Memang Joni tidak menokohinya, buktinya uang yang mereka rampok milik Meilan itu sempat terhabiskan oleh siperampok tiga juta. Sesuai dengan apa yang dilaporkan oleh Joni.
“ Terimaksih Ketua, ini semuanya saya serahkan dengan om Joni”.
“ Oke, sama sama “. Jawab Azis diapun memutus hubungan telefhon.
“ Apa sudah dapat perampok itu Zis?’. Tanya Meilan, karena dia tadi sempat mendengar pembicaraan Azis dengan seseorang, yang menyebut nyebut tas dan uang.
“ Sudah sayang, tapi uangnya terpakai mereka tiga juta. Tak apalah biar aku yang menggantinya”, jawab Azis, membuat hati Meilan gembira, karena dia tidak akan menjadi bahan marahan orang tuanya, karena uang itu adalah untuk keperlua mereka selama berada di Medan. Apa lagi Azis menyebutkan kata sayang kepadanya, yang membuat hatinya melambung tinggi.
Joni masuk kerunagan dimana Azis dan Meilan berada. Dia menyerahkan tas milik Meilan kepada Azis. Kemudian Azis menyerahkan tas itu kepada Meilan, dan menyuruh Meilan untuk menghitung uang dan perlengkapan lain yang ada didalam tas itu. Meilan menerima tasnya itu dengan rasa gembira. Iapun membuka tas itu dan menghitung uangnya serta memeriksa perlengkapan yang lain yang ada didalam tas itu.
“ Bagaimana Bos”, Tanya Joni setelah Meilan selesai memeriksanya.
“ Apa ada barang yang hilang?”. Tanya Azis kepada Meilan.
“ Tidak semuanya lengkap, Makasih bang telah mendapatkan tasku kembali”. Ucap Meilan dengan hormatnya kepada Joni.
“ Ya, sama sama “. Jawab Joni lalu meninggalkan ruangan itu, setelah Azis mengatakan ucapan terimaksih kepada Joni.
“ Zis ada yang ingin kusampaikan kepadamu. Kumohon kau tidak menolak apa yang akan kukatakan ini kepadamu”. Meilan menatap tajam wajah Azis. Karena bagaimanapun Azis tentu tahu kalau keluarganya begitu membenci Azis. Tapi entah kenapa ayahnya dalam keadaan sekarat malah minta bertemu dengan Azis.
“ Apa yang ingin kau sampaikan sampaikanlah, aku tidak akan menolaknya”, jawab Azis, dia juga menatap kearah Meilan.
“ Kau tentu tahu kalau selama ini hubungan kita, dibenci oleh orang tuaku, sampai sampai karena papaku tahu kita punya hubungan, ia juga memberhentikanmu bekerja dengan nya. Dan akibat itulah makanya kau pergi merantau “, Meilan tidak melanjutkan kata katanya, ia ingin melihat reaksi Azis terhadap apa yang dikatakannya. Azis hanya diam walaupun seberkas kenangan pahit itu sempat melintas dimatanya.
“ lalu apa hubungannya dengan apa yang akan kau katakan?”.
“ Hubungannya jelas ada, karena aku tahu kalau kau juga membenci terhadap keluargaku, terlebih kepada papaku”. Kata Meilan, lagi lagi membuat Azis terdiam. Dia sendiri tidak tahu apa yang dirasakannya ketika Apek Haipeng memberhentikannya melaut. Apakah ia merasa benci dengan keluarga Meilan ini atau tidak. Waktu itu sedikitpun tidak terlintas dihatinya untuk membenci keluarga Meilan. Tapi dia malah lebih membenci dirinya yang hidup dengan penuh kemiskinan.
“ Aku tidak pernah membenci kepada keluargamu, termasuk kepada papamu. Walaupun aku diberhentikannya bekerja dari tempat usahanya, sedikitpun aku tidak pernah membencinya. Tapi aku malah lebih membenci diriku sendiri waktu itu. Kenapa kehidupanku begitu miskin. Aku mengutuk diriku sendiri, dan tidak pernah mengutuk orang lain “. Matanya masih juga menatap wajah Meilan.
“ Zis, mungkjin disaat saat terakhir kehidupan papaku, dia minta untuk bertemu denganmu. Ia menyuruhku untuk mencarimu. Tapi kemana aku harus mencarimu. Untunglah ada peristiwa perampokan itu, maka aku bisa bertemu denganmu?”. Azis terdiam, dia tidak menjawab perkataan meilan. Tapi hatinya bertanya Tanya, apa hubungan Apek Haipeng mau bertemu dengannya, sementara selama ini laki laki tua itu sangat membencinya, karena dia tahu anaknya punya hubungan asmara dengan nya. Kata hati Azis.
Bersambung…….
Tepian Selat Melaka, 2016
Tulisan ini diikut sertakan dalam Tantangan 100 Hari Menulis Novel – Fiksianacommunity di Kompasiana
“ Cerita yang di kemas dalam bentuk Nopel ini adalah merupakan cerita fiksi belaka, jika ada nama dan tempat serta kejadian yang sama atau mirip terulas dalam nopel ini hanyalah secara kebetulan saja. Tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian yang sebenarnya “ (Penulis)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H