“ Pukat trawl yang akan beroperasi itu apakah milik kalian?”, Tanya orang tua Azis.
“ Tidak. Kami hanya bertugas dilapangan untuk pengamanannya”. Jawab Bahar.
“ Kalau bukan milik kalian, lalu pukat trawl itu milik siapa?”.
“ Tidaklah perlu Bapak untuk mengetahuinya pukat trawl itu milik siapa, jika Bapak berkenan untuk menerima tawaran kami ini, barulah kami beri tahu pukat trawl itu milik siapa?,”. Ujar yang satu lagi.
“ Kalau begitu tidak ada sangkut pautnya dengan saya, karena saya bukan nelayan”. Kata Ayah Azis dengan tegas.
“ Tapi Bapak memiliki pengaruh kepada para nelayan itu”. Kata yang satunya pula.
“ Kaliankan tahu, kalau pukat trawl itu, telah dilarang oleh pemerintah untuk dioperasionalkan. Karena akibat pukat trawl itu, habitat hewani laut mati dan tidak dapat berkembang. Akibatnya akan menjadi patal bagi para nelayan tradisional di desa ini jika itu kalian operasikan. Kalau untuk itu saya tidak mendukung pekerjaan kalian”. Ujar ayahnya, yang membuat ketiga orang itu agak emosi.
“ Jadi bapak akan menghalangi usaha kami?”, Ujar Bahar.
“ Kalau itu yang kamu maksudkan jelas saya tidak setuju”. Jawab orang tua Azis.
“ Kalau begitu jangan salahkan kami jika terjadi sesuatu terhadap diri Bapak, jika usaha pukat trawl yang kami jalankan ini gagal. Lagi pula aparat keamanan laut tidak keberatan dengan usaha yang akan kami jalankan ini?’. Kata teman Bahar yang satu.
“ Jadi kalian mengancam saya?”.