Dialah orang pertama yang datang ke Sinaboi, dan kemudian dia mendirikan kelenteng kecil di pinggiran pantai Selat Melaka di Sinaboi. Hidupnya di Sinaboi adalah sebagai nelayan, dan tiga orang anaknya lahir dikelenteng itu. Isterinya sudah lama meninggal, sedangkan tiga orang anaknya hidup diperantauan diluar negeri. Apek Tonghi, tidak mau ikut dengan anaknya, dia lebih suka hidup menyendiri didalam kelenteng tua itu. Tapi setiap bulan ketiga orang anaknya yang telah masing masing berkeluarga mengirimi dia uang untuk kepeluan makan dan belanjanya sehari hari.
Suatu sore, Azis yang sering bermain main didepan kelenteng memergoki Apek Tonghi sedang berlatih silat, dibelakang kelenteng. Usia Azis waktu itu baru Sembilan tahun, diapun baru duduk disekolah dasar kelas tiga. Melihat kegesitan Apek Tonghi memainkan jurus jurus silatnya, timbul keiinginan dihati Azis untuk belajar silat dengan Apek Tonghi.
“ Apek, aku ingin seperti Apek, tolong ajari aku bermain silat Pek?”. Kata Azis kepada Apek Tonghi setelah ia selesai berlatih.
“ Buat apa loe belajar silat, anak anak tidak boleh belajar silat”. Jawab Apek Tonghi, dia kenal betul dengan Azis, karena setiap sore Azis sering bermain main dihalaman kelenteng itu. Dan Azis sering pula membantu Apek Tonghi, untuk membersihkan kelenteng. Azis tidak mengetahui persoalan persoalan agama, karena dia masih kecil.
“ Kenapa anak anak tidak boleh Pek?”. Tanya Azis, dia tidak mengerti kenapa anak anak seusia dia tidak boleh belajar silat. Sementara dia pernah melihat tayangan tv, anak anak seusia dia sedang bejar silat.
“ Nanti loe suka buat ribut, suka bergaduh, buat orang tua jadi susah?”.
“ Tidaklah Pek, aku hanya untuk bela diri?”, kata Azis.
“ Loe ada musuh maka loe mau bela diri? Orang yang punya banyak musuh itu orangnya tidak baik, itu orang jahat”.
“ Bukanlah Pek, hanya buat jaga diri, kalau yang ada ganggu ua”. Jawab Azis tidak mau kalah, dia merayu rayu Apek Tonghi, agar dia diajari silat. Namun Apek Tonghi tetap tidak mau mengajarinya. Sejak itu pula Azis tidak pernah putus asa untuk merayu Apek Tonghi, kadang dia datang dengan membawa makanan yang dimasak oleh ibunya, dan terkadang pula dia datang ketika dilihatnya Apek Tonghi sedang tidur tiduran dibangku kelenteng. Diapun mengusuk Apek Tonghi sambil merengek rengek agar dia di ajari bermain silat. Melihat kesungguhan Azis untuk bermain silat ini, akhirnya luluh juga hati Apek Tonghi melihatnya. Kemudian kata Apek Tonghi kepadanya.
“ Azis. Ua mau mengajari loe latihan silat, tapi loe mau berjanji dulu dengan ua?”.
“ Apa janjinya pek?”. Azis bangkit dari duduknya. Dia berdiri dengan sigap didepan Apek Tonghi.