“ Sudah gaharu cendana pula. Itu maksudmu, sorry lah ya?”. Jawab Meilan sambil mengeluarkan lidahnya. Ingin rasanya Azis untuk menyentuh lidah itu dengan lembut.
“ Mei, hati ini tidak akan pernah terbagi dua. Lagi pula buat apa aku harus tergoda dengannya. Aku sendiri juga punya seorang pacar, yang tak kalah cantiknya dengan Marlina, Orangnya baik, hatinya lembut, selembut salju. Dan dia sudah lama kukenal, sehingga aku hapal dengan kepribadiannya. Yang membuat aku tanpa ragu untuk memilihnya, jika memang diperkenankan ia menjadi isteriku?”. Bagaikan seorang pujangga Azis mengucapkan kata katanya itu. Tapi bagi Meilan dia merasa ragu dengan yang dimaksudkan oleh Azis. Apakah yang dimaksudkan oleh Azis adalah dirinya, atau ada wanita yang lain yang singgah dihati Azis.
“ Sungguh beruntung wanita itu, mendapatkan calon suaminya, yang baik, pemurah, tak pernah marah, mudah tersenyum sekalipun dia disakiti, hatinya rendah, sedikitpun tak terlihat gurat gurat kesombongan diwajah laki laki itu. Kalau boleh aku tahu, siapakah wanita yang beruntung itu?”. Perasaannya bergelora, rasa tidak sabar dia ingin mendengarkan pengakuan Azis, kalau wanita yang dimaksudkan oleh Azis itu adalah dirinya. Tapi alangkah sakit dan kecewanya hati ini, jika yang dimaksudkan Azis bukan dirinya. Azis tidak secepat itu untuk menjawabnya, karena dia ingin mengukur kadar hati wanita yang ada dihadapannya ini.
“ Dia orang satu kampung denganku, sejak kecil aku dan dia sudah berkawan. Dan kemudian kami satu sekolah di SD sampai SMP di kampung?”. Sampai disini Azis tidak melajutkan kata katanya. Hati Meilan semakin merasa cemburu, karena Azis menggantung jawabannya.
“ Kemudian satu sekolah di SMA kota Bagan Siapi Api ?”. Sambung Meilan karena Azis tidak meneruskan kata katanya.
“ Dari mana kau tahu kalau aku satu sekolah dengannya di SMA Bagan Siapi Api?”. Tanya Azis untuk mempermainkan hati Meilan.
“ Aku hanya menebak saja?, tapi betulkan temabakan ku itu?”.
“ Ya, kau memang pintar untuk menebaknya, Aku satu sekolah dengan dia, bahkan satu local dengannya. Tapi ada keraguan dihatiku, apakah dia juga punya perasaan seperti yang kurasakan. Karena aku tahu ada orang yang akan memisahkan kami. Ada orang yang ingin mendekatinya, dan membuat hatiku cemburu?”. Semakin jauh Azis mempermainkan perasaan gadis itu.
“ Aku yakin, dia pasti juga punya perasaan seperti yang kau rasakan terhadapnya, malah aku berani bertaruh, kalau cintanya cukup besar kepadamu, mengalahi cintamu kepadanya, sekalipun dia merasa tersakiti, dia tidak akan pernah untuk mencari yang lain dan berpaling kepadanya”. Ujar Meilan yang membuat perasaan azis, semakin berbunga bunga.
“ Dari mana kau tahu semua itu?”. Kata Azis pura pura bertanya, yang membuat Meilan tidak sabar dipermainkan oleh Azis seperti itu.
“ Karena yang kau maksudkan itu adalah aku, akukan Zis yang kau maksud?”. Azis tidak langsung menjawabnya. Ia hanya menatap kearah wajah Meilan, yang semakin menampakkan wajah yang sedang cemburu.