Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Senandung Cinta dari Selat Melaka "35" (TMN 100 H)

18 April 2016   15:09 Diperbarui: 18 April 2016   15:23 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber fhoto/Hr Medan Bisnis"][/caption]Sebelum nya:

            “ Berarti kamu kalau jadi isteri, penyayang terhadap suaminya?”. Mendengar perkataan Azis itu, iya memukul Azis dengan manjanya, Azispun memeluk Meilan, lalu mereka memasuki toko sepatu itu.

            Meilan, melihat lihat sepatu sport yang cocok untuk dipakainya. Kemudian dia juga memilihkan sepatu buat Azis. Sementara Azis dengan sabarnya mengikuti arah Meilan dalam memilih sepatunya itu.

            “ Zis, sepatumu nomor berapa?”, Meilan memegang sepatu sport yang akan dibelikannya kepada pemuda itu.

            “ Buat apa kau Tanya itu?”. Meilan tak menjawab, lalu katanya

            “ Ini cocok tidak kekakimu?”. Azis melihat sepatu itu. Sepintas dia juga punya keiinginan terhadap sepatu yang ditunjukkan oleh Meilan.

            “ Sudahlah Mei, aku masih punya sepatu?”, walaupun sepatunya sudah mulai kekecilan.

            “ Aku tak menanya kau punya sepatu atau tidak, yang kutanya ini cocok buat kakimu atau tidak, kalau ini tak cocok dan kaupun tak suka, kau boleh cari yang lain”. Meilan berkata agak ceriwis. Azis mengambil sepatu itu, dan mencobanya.

            “ Cocok?”. Kata Azis . Meilan melihatnya.

            “ Kau suka dengan warnanya?, jika kau tak suka, kau boleh pilih yang lain?”.

            “ Aku suka warna yang kau pilihkan ini?”.

            “ Coba pakai keduanya?”. Azis mengambil kedua sepatu itu. Memang sepatu itu cocok dipakai Azis, warnanya cuga tak norak. Meilan memenag orang yang suka terhadap warna warna yang teduh, tidak norak dan kampungan.

            “ Tapi Mei, harga sepatu ini cukup mahal?”. Azis menunjukkan daftar harga yang tertera disepatu itu.

            “ Biarlah uangku masih cukup untuk membelinya?, tapi kau sukakan atas pilihanku itu?”, Meilan melihat kea rah Azis.

            “ Suka,  suka sekali” kata Azis membuat gadis itu tersenyum. Meilan kemudian mengeluarkan uang dari tas kecilnya dan membayarkannya kepada pelayan toko. Setelah itu mereka keluar dari toko sepatu itu.

            “ Kita ketoko sebelah”. Kata Meilan. Azis hanya menurut saja apa yang dikatakan oleh Meilan. Di toko yang menjual pakaian, meilan memilihkan dua pasang pakaian kepada Azis. Di menyuruh pelayan toko untuk mengambilkan dua pasang pakaian yang dipilihnya. Lama dia memilih milih pakaian itu, sampai ada yang rasanya cocok buat Azis.

            “ Zis coba lihat ini, cocok nggak buat kau?”, pelayan toko itu menyuruh Azis untuk memakainya didalam ruang ganti pakaian. Meilan menunggu dibalik ruangan itu.

            “ Bagaimana Zis? Cocok kau pakai?”, Tanya Meilan dari balik kamar ganti itu.

            “ Rasanya cocok “, kata Azis.

            “ Coba kulihat?”, Meilan membuka tirai kamar ganti dan melihat Azis memakai baju dan celana yang dipilihkannya. Senyum Meilan mengembang, Alangkah tanpanya lelaki pujaanya ini, kata Meilan dalam hati.

            “ Kalau yang ini?”, meilan memberikan sepasang lagi untuk dicoba Azis. Meilan kembali menutup tirai penghalang itu.

            “ Sudah Zis?”. Tanya Meilan

            “ Sudah?”.

            “ Coba kulihat?”, Azis membukakan tirai, Meilan melihat alangkah gagahnya Azis denganpakaian yang dipilihkannya. Setelah itu Azis keluar membawa dua pasang pakaian, ia memberikan kepada Meilan.

            “ Harga harga pakaian ini juga mahal Mei,”. Kata Azis memperlihatkan daftar harganya.

            “ Biarlah asal kau suka?”.

            “ Apa tak ada yang lebih murah?”.

            “ Ada? Dipasar senggol?”. Pasar senggol adalah, pasar tempat menjual pakaian bekas dari Malaysia.

            “ Kenapa tak disitu saja?”. Kata Azis

“  Pasar senggol itu tempat orang berdagang pakaian bekas. Aku mau kau pakai yang baru, bukan yang bekas”. Ujar Meilan.

“ Iya, tapi harga di toko ini mahal”.

“ Sudahlah, kau jangan banyak bertanya, bisa membuat kepalaku naik darah?”. Meilan lalu menggelitik Azis. Yang membuat Azis jadi kegelian. Pelayan toko memperhatikan tingkah mereka dengan senyum senyum masam.

“ Mei ?“.

“ Apa?”.

“ Sudah Mei, dilihat orang?”, Meilan tak perduli dia tetap menggelitik pinggang Azis.

“ Mei, sudah Mei hentikan?”. Pinta Azis. Barulah Meilan menghentikan perbuatannya menggelitik Azis.

“ Makanya jangan suka membuat orang kesal”?”.

“ Bagai mana dik, apa jadi pakaiannya?”. Seorang pelayan toko menghampiri mereka.

“ jadi?”, kata Meilan lalu memberikan dua pasang pakaian itu kepada pelayan toko untuk dibungkuskan. Meilanpun membayarkan sesuai dengar harganya.

Keluar dari toko itu, telefon genggam Meilan berdering dia melihat nomor Meme tertera dilayar telefon itu, dia lalu mengangkatnya.

“ Mei, kamu dimana?”, Tanya Meme diujung telefon.

“ Sudah mau ketempat kak Meme?”, jawab Meilan

“ O, ya, urusanku sudah selsai?”.

“ Iya kak, kami kesana”. Hubungan telefon pun diputus.

“ Kak Meme, nyuruh kita pulang, katanya urusannya sudah selesai”. Kata Meilan kepada Azis. Azis menghidupkan mesin sepeda motornya, lalau perlahan lahan sepeda motor itu berjalan menuju dimana tempat Meme menunggu.

“ Wah, banyak belanjaannya?”, Tanya Meme setelah ketiganya didalam mobil

“ Iya, Azis yang paling banyak belanjanya, aku hanya sepasang sepatu saja?”, ujar Meilan menjawab perkataan kakaknya.

“ Sesekali tak apalah, ya kan Zis?”. Meme memandang Azis kebelakang.

“ Sudah kuingatkan kepada Meilan, tapi dia tetap ngotot untuk membelikannya?”,

“ Sipat Meilan memang seperti itu, jika dia suka, dia harus beli?”.

“ Tapi kak harganya mahal?”.

“ Mahalpun kalau kita puas memakainya, kan tak salah”.

“ Kak, sebenarnya aku merasa malu dengan orang kakak?”.

“ Kenapa kau malu?”.

“ Kakak dan Meilan, cukup baik kepadaku, sehingga aku takut, nantinya aku tak mampu untuk membalas kebaikan orang kakak ini”, Azis menundukkan wajahnya, karena Meilan dan Meme secara bersamaan melihat kepadanya.

“ Apakah setiap pemberian harus ada imbalannya?”. Tanya Meme kepada Azis. Azis tak mampu untuk menjawabnya.

“ Zis, setiap pemberian, apa lagi pemberian itu ikhlas dari orang yang memberikannya, dia pasti tidak akan meminta agar pemberiannya itu untuk dibalas. Jadi, kau jangan beranggapan bahwa apa yang Meilan berikan itu, lantas Meilan meminta balasannya.”.

“ Tapi kak?”. Azis tak dapat untuk melanjutkan kata katanya karena Meme memotong perkataannya itu.

“ Mau saja kau memperhatikan Meilan, agar ia tak diganggu oleh teman temannya disekolah, itu sudah merupakan balasan yang cukup besar bagi kami. Jadi kakak minta agar kau jangan merasa kecil dihadapan kami, karena kami telah banyak membantumu?”. Kesempatan Azis untuk bicara tentang balas budi itu tidak ada lagi, karena Meme dan Meilan telah memimnta Azis agar tidak membahas hal itu lagi. Mobil yang distir oleh Meme berhenti didepan rumah makan, Ketiganya turun dari mobil dan masuk kedalam rumah makan itu.

           

Bersambung…….

 

Bagan Siapi Api 2016

 

Tulisan ini diikut sertakan dalam Tantangan  100 Hari Menulis Novel – Fiksianacommunity di Kompasiana

 

“ Cerita yang di kemas dalam bentuk Nopel ini adalah merupakan cerita fiksi belaka, jika ada nama dan tempat serta kejadian yang sama atau mirip terulas dalam nopel ini hanyalah secara kebetulan saja. Tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian yang sebenarnya “ (Penulis)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun