Ada pula pembeli yang tak tahan digigit nyamuk, ia meminta untuk di pasangkan obat anti nyamuk disekelilingnya, gayanya melebihi orang yang kaya raya, tapi ketika membayar ia hanyalah penumpang yang duduk dibangku tempel. Pokoknya macam macamlah tingkah pembeli, yang harus kami layani dengan sabar.
Terkadang ketika kami mengantarkan pesanannya diatas meja, dimana dia sudah mengambil tempat, lalu pesanan yang diantar itu ada kesalahan sedikit, dia pun jadi berang dengan mengeluarkan bahasa yang tak pantas. Semua itu harus kami telan demi sebuah harapan untuk menggapai kesuksesan. Jika sudah ada pembeli yang bertingkah seperti ini, air matapun mau menitik, tapi kami harus menahan diri, dan menyimpan kembali air mata itu agar jangan sampai menitik jatuh berderai kebumi.
Sakitnya rasa hati ini baru terobati jika datang pembeli yang punya hati nurani, yang menyadari bahwa kami sebagai penjual jajanan makanan malam juga adalah manusia seperti dia, yang perlu untuk dihargai, diapun mau bercanda, bercerita kesana kemari yang bisa mengundang tawa. Tingkahnyapun tak banyak pula, apa yang dipesannya dberikan kepadanya, walaupun ada kekurangannya dia tak perduli, pembeli seperti inilah yang mengobati hati kami.
Dear..Diary…….
Lima tahun sudah kami membuka usaha kecil kecilan itu diperantauan, namun yang hanya bisa kami dapatkan hanyalah uang kontrak rumah, dan uang kontrak tempat berjualan, makan sehari hari yang memang tak pernah putus. Namun untuk mendapatkan lebih, mungkin jauh panggang dari api. Walaupun demikian kami tetap berdoa kepada nya, dan pula kami tidak berpaling kepada pemberi doa yang lain.
Semua orang menginginkan sebuah kesuksesan dalam setiap pekerjaan dan usaha yang digelutinya. Tapi terkadang pula datangnya kesuksesan itu tidak sama seperti membalikkan telapak tangan. Apa lagi kesuksesan itu tidak akan datang tanpa usaha yang keras. Walaupun terkadang kita merasa kecewa, apa yang kita usahakan sudah semaksimal mungkin sesui dengan daya dan upaya serta kemampuan kita, namun kesuksesan itu jangankan untuk singgah kerumah kita, melintas saja dia tidak pernah kita lihat. Apakah kita harus membaca takdir, agar kita mengetahui datangnya sebuah kesuksesan? Entahlah, aku sendiripun tak tahu.
Suatu malam setelah dagangan kami tutup, dengan tak sengaja, atau tanpa kusadari, aku membuat isteriku menangis. Kukatakan kepadanya bahwa kapan kesuksesan yang kau katakana dahulu itu akan bertamu kerumah kita? Mendengar kata kataku itu mungkin dia merasa tersinggung, ditengah malam buta yang tak melihat, kulihat ia meneteskan air mata, pada hal tak ada sedikitpun niatku untuk menyindirnya.
Lalu ia berkata, memang salahku membawamu pindah kekota ini dengan suatu harapan untuk menuai sebuah kesuksesan. Itulah jawabnya. Akupun diam tak meneruskan bicaraku. Dalam tidurku aku kembali mengenang masa masa indah ketika kami masih dikampung halaman. Kenangan itu sangatlah indah seperti apa yang dikatakan oleh seorang bijak “ Kenangan terkadang merupakan suatu kebahagiaan tersendiri, apa bila dia tumbuh dan berkembang, serta tertinggal jauh sepeti hari ini”. Tapi apalah arti sebuah kenangan kalau diri tinggal seorang.
Aku berharap agar kesuksesan itu datang berkunjung kerumah kami, seperti apa yang diharapkan oleh isteriku, sehingga dia memaksaku untuk pindah kelain kota demi untuk mengejar kesuksean itu. Tapi nyatanya apa yang kami dapatkan, lima tahun kami sudah hidup diperantauan orang, namun kesuksesan yang kami harapankan itu, ternyata merupakan harapan kesuksesan yang semu. Tapi begitupun aku tak pernah untuk menyesalinya.
Bagan Siapi Api, 13 April 2016.