[caption caption="Sumber/RTC"][/caption
# Minggu Keempat {Terinspirasi Film}
Entah sudah berapa pucuk surat yang kau kirim
Dengan kata kata mesra yang kau tata rapi
Bagaikan madah bersyair membuat aku terbuai
Laksana diatas alunan ombak melintasi waktu yang tersisa
Walaupun suratmu tak pernah kubalas
Karena kutahu mungkin kau juga tak berharap
Tapi surat suratmu tetap kusimpan didalam peti berbalut sutra
Selembut embun pagi, sebening air mata Ainun Mardiah dari sorga
Agar ia menjadi asa yang abadi dalam penantian yang entah kapan kau akhiri
Bertahun aku menantimu
Suratmupun tak berkirim lagi
Membuat hatiku bertanya didermaga mana cintamu berlabuh
Sedang angin telah berhenti berhembus, bulan tak lagi pada garisnya
Kemanakah aku harus bertanya
Keadaan yang membuat kita berpisah
Engkaupun melupakanku
Sedangkan cintamu tetap dihatiku
Kubunuh kehidupan masa laluku, kubangun rumah tangga yang baru
Namun aku tak bahagia, karena cintaku ‘tlah kau bawa pergi
Akupun jadi asing dan terasing dalam istanaku
Aku bagaikan ratu yang kehilangan mahkotanya
Perasaanku mengembara jauh entah kemana
Menembus hutan rimba, mengharungi samudra
Yang akhirnya membuat aku terdampar dalam penantian yang semu
Tapi pernahkah kau tahu semua itu
Surat yang kau kirimkan dulu
Dengan rangkaian kata kata manis nanmerayu
Kini menjadi prahara dalam hidupku.
Puisi ini terinspirasi dari film “Surat dari Praha”
Sutradara Angga Dwimas Sasongko
Tulisan ini diikut sertakan dalam memeriahkan HUT RTC
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H