“Sebentar ya aku kedepan melihat adikku”, lalu Maisyaroh meninggalkan Azis dan Melain berdua.
“Bagaimana kalau aku membantumu”, matanya menatap Azis, dia ingin mengetahui jawaban Azis.
“Aku tak mau untuk menyusahkan orang. Aku tak ingin hidup seperti benalu, tumbuh dipohon yang besar kemudian menghisap sari madu dari pohon itu. Biarlah aku berusaha sendiri, bagaimana nantinya, apakah aku mampu untuk melanjutkan sekolahku atau tidak!”.
“Tapi aku merasa kau tidak memberatku. Aku membantumu dengan tulus”, jawab Meilan.
“Aku mengucapkan terimakasih atas bantuan yang kau tawarkan. Tapi untuk kali ini biarlah kuusahakan seniri. Tapi mungkin lain waktu aku membutuhkan bantuanmu. Itupun kalau kau tak keberatan”. Meilan diam. Dia tidak berani lagi untuk memaksa Azis untuk menerima bantuannya. Karena Meilan tahu betul dengan watak remaja yang berada didepannya ini. Dia hanya menatap keapada Azis. Namun dalam hatinya dia berpikir bagaimana nantinya dia membantu Azis tanpa Azis merasa jika bantuan yang diberikannya memberatkan dirinya.
Bersambung…….
Bagan Siapi Api 2016
Tulisan ini diikut sertakan dalam Tantangan 100 Hari Menulis Novel – Fiksianacommunity di Kompasiana