Malam itu udara agak terasa panas, angin mati tak berhembus dari Selat Malaka. Kipas angin yang berada diruangan kamar tidur Meilan tak cukup banyak membantu untuk mendinginkan ruangan. Meilen membuka jendela kamarnya yang berada dilantai dua, dengan harapan angin masuk kedalam ruangan kamarnya.
      Lewat jendela kamar yang mengarah ke laut Selat malaka, Meilan dapat melihat geliat ombak ditengah samudra. Karena rumah itu berada disisi gudang dan terletak dipinggir pantai Sinaboi. Angin yang bertiup dari Selat Malaka walaupun tidak begitu kencang, tapi terasa menyentuh wajahnya. Sinar bulan yang memancarkan cahaya menerangi permukaan laut, membuat butiran butiran ombak Selat malaka bagaikan butiran mutiara yang terhampar diatas permadani biru. Semua itu membuat pemandangan yang cukup indah dilihat Meilan dari jendela ruang kamar tidurnya.
      Pertemuannya dengan Azis tadi sore membuat angannya melambung tinggi keangkasa. Gadis itu teringat akan masa masa indahnya bersama Azis ketika mereka sama sama sekolah mulai dari SD dan SMP di Sinaboi, sampai mereka memasuki SMA di kota Bagan Siapi Api. Kenangan manis itu terulas dengan jelas dalam ingatannya, dan terbayang bagaimana Azis yang mempunyai perhatian terhadap dirinya. Semua  pristiwa itu terlintas dikornea matanya.
      Azis selalu melindungi dirinya dari anak anak seusia mereka yang berbuat jahat kepada dirinya. Jika ada yang mengganggu Meilan Azis akan mengingatkan anak anak yang mengganggunya. Walaupun sebenarnya Azis bukanlah tive anak yang suka berkelahi. Akan tetapi untuk Meilan Azis siap beradu otot dengan siapa saja yang yang mengganggu Meilan.
      Ketika mereka sama sama masuk SMP, mulai tumbuh rasa suka dan sayang dihati Meilan terhadap Azis. Apakah rasa suka dan sayang yang dirasakan oleh Meilan sebagai rasa cintanya kepada Azis? Apakah ini yang dinamakan cinta monyet?, Gadis itu sendiripun tak tahu.
      Teman teman mereka di SMP pun mulai mengolok olokkan hubungan Azis dengan Meilan. Mereka menjodoh jodohkan Azis dengan Meilan. Namun bagi Azis tidak memperdulikan hal itu. Bagi Azis hubungannya dengan Meilan adalah hubungan seorang teman, tak lebih dari itu. Namun dia sendiripun tak mengerti kenapa terhadap Meilan dia mempunyai perhatian yang lebih?
      Pada hal di SMP itu banyak anak anak wanita yang seusia dia, ada Maysaroh, ada Maimunah Fatimah dan lain sebagainya. Tapi terhadap mereka ini perhatian Azis tidak sebesar perhatiannya terhadap putrid Apek Hai ini.
      Meilan terbayang ketika mereka duduk di kelas tiga SMP. Azis yang berbadan kekar, dengan kulitnya yang sawo matang, membuat azis berbeda dengan teman temannya yang ada di SMP itu. Walaupun teman teman azis juga berbadan kekar, tapi warna kulit mereka tidak secerah warna kulit Azis. Warna kulit mereka kebanyakan berwarna hitam. Kulit hitam adalah cirri cri khas bagi anak anak yang tinggal ditepi pantai. Ini mungkin disebabkan cahaya mata hari yang terik membakar tubuh mereka. Udara pantai jauh berbeda dengan udara yang ada diperkotaan.
      Penampilan Azispun di sekolah berbeda dengan penampilan teman temannya. Azis ketika berada disekolah dia terlihat rapi, rambutnya yang hitap mengkilap tersisir rapi karena setiap ke sekolah ia memakai minyak rambut. Walaupun pakaian sekolah yang dipakainya tidak baru, tapi terlihat cukup bersih dan wangi karena dia razin memakai minyak wangi . Berbeda dengan penampilan teman temannya yang ugal ugalan.
Bersambung…….
Bagan Siapi Api 2016