Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

{TMN 100 H} Senandung Cinta dari Selat Malaka "4"

18 Maret 2016   15:11 Diperbarui: 18 Maret 2016   15:19 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Azis keluar dari gudang, diluar kegelapan telah melingkupi alam. Lampu gudang telah dinyalakan seluruhnya. Warung  kopi milik Syarifahpun sudah ditutup. Di kejauhan ditengah laut Selat malaka tampak kerlap kerlip lampu para nelayan, bagaikan cahaya bintang yang bertaburan dipermukaan samudra. Walaupun warung kopi milik Syarifah telah tutup, akan tetapi dikursi yang ada diwarung itu tampak Toto dan Budi  temannya satu perahu duduk disana menanti kedatangan Azis.

            “ Ini bon hasil penjualan ikan kita, dan yang ini bon uang pinjaman yang telah kita ambil “. Azis memperlihatkan bon bon yang diterimanya dari Apek Hai. Setelah ia duduk dihadapan kedua temannya itu.

            “ dan yang ini sisa bersih dari hasil yang kita dapat setelah dipotong uang pinjaman yang kita ambil “ Azis  melanjutkan penjelasan perhitungan hasil tangkapan ikan mereka kepada kedua temannya. Kedua temannya itu memperhatikan semua hitungan hitungan itu.

            Setelah semua hitungan hitungan itu dirasa cocok dengan hasil tangkapan ikan mereka. Atas kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya, Azis memberikan uang penghasilan mereka melaut kepada Budi dan Toto sesuai dengan kesepakatan itu.

            “ Apakah untuk keperluan besok sudah kalian persiapkan?” Tanya Azis kepada kedua temannya sebelum ia beranjak pulang.

            “ Semua sudah siap, segala sesuatunya, seperti minyak dan keperluan makan, serta es batangan sudah kami ambil dari nyonyah (isteri Apek Hai)”, kata Toto menjelaskan.

            “ Jam berapa  besok pagi kita berangkat?”, Tanya Budi pula.

            “ Besok subuh habis sholat “, jawab Azis.

            Setelah memberikan pesan kepada keduanya Azis meninggalkan mereka. Pintu gudang bagian depan sudah ditutup, Apek Hai telah pulang kerumahnya yang berada disamping gudang. Yang ada didalam gudang itu hanyalah penjaga malam. Azis melangkahkan kakinya keluar gudang melalui jalan samping yang sengaja dibuat Apek Hai.

            Jalan samping untuk menuju ketangkahan memang sengaja dibuatkan oleh Apek Hai agar warga yang mempunyai kepentingan untuk ke tangkahan tidak harus melalui pintu depan gudang. Tangkahan milik Apek Hai selain sebagai tempat mendaratnya hasil ikan tangkapan para nelayan, juga sering digunakan oleh penduduk setempat untu tempat naik turunnya warga yang akan pergi keseberang.

                                                                                     ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun