Azis tidak memperhatikan wanita yang mencatat jumlah timbangan ikan, tapi matanya hanya tertuju kepada ikan ikan yang ditimbang. Begitu juga dengan siwanita yang mencatat hasil timbangan, dia juga merasa tidak perlu untuk mengetahui ikan siapa yang ditimbang. Karena bagaimanapun usai penimbangan si pemilik ikan akan mendatanginya untuk meminta bonnya. Karena bon inilah nantinya yang akan ditukarkan dengan Apek Hai. Berdasarkan catatan bon itu pula Apek Hai akan membayarkan uang nya.
      Sebenarnya tanpa harus dipoerhatikanpun, timbangan dipergudangan Apek Hai tidak pernah menipu. Sampai sejauh ini belum ada terdengar para nelayan yang komplin atau perotes terhadap hasil timbangan ikan mereka. Selama Apek Hai membuka pergudangan di daerah Sinaboi, Apek Hai lebih mengutamakan kejujuran. Itulah sebabnya maka Apek Hai memiliki banyak pelanggan.
      Apek Hai boleh dikatakan adalah orang yang jujur, baik dan dermawan di kampung Sinaboy. Dia tidak pernah pilih kasih dalam membeir, setiap orang yang datang meminta pertolongan kepadanya tak pernah ia tolak, dia tetap akan memberikan pertolongan dengan semampunya.
      Dalam pergaulannya sehari haripun dikampung itu, dia tidak memilih milih dengan siapa dia harus bergaul. Sikapnya yang ramah ini terkadang membuat perselisihan dengan orang orang yang satu keturunan dengan nya. Orang orang keturunan Tiongkok di Sinaboi selalu membuat jarak dengan orang orang pribumi, begitu mereka mengetahui Apek Hai dekat dengan orang orang pribumi dikampung Sinaboi, banyak yang mengecamnya. Tapi baginya hal itu tidak menjadi masalah. Sedikitpun dia tidak pernah terpengaruh apa lagi merasa takut terhadap hasutan dan ancaman yang datang dari sesama warganya.
Bersambung……….
Â
Bagan Siapi Api, 16 Maret 2016
Tulisan ini diikut sertakan dalam Tantangan  100 Hari Menulis Novel – Fiksianacommunity di Kompasiana.
Â
     Â
Â