[caption caption="Sumber fhoto /Blog Armineka Perdana.com"]
[/caption]* Minggu Kedua  {Terinspirasi Novel} *
Tuhanku
Setiap saat aku menyeru namamu
Walau susah sungguh aku mengingatmu
Tak ada alasanku untuk berpaling darimu
Â
Inna sholati
Wanusuki
Wama yahya
Wama mati
Hanya untukmu semata
Â
Dalam malam yang sepi
Aku bermimpi didalam tidurku
Ketika musim haji aku berlindung
Dibawah baitmu
Â
Rasa tak sanggup aku mengerjakan sa’i
Jatuh tersungkur dibawa gelombang hamba hambamu
Yang ingin mendapatkan sorga darimu
Walau tangan penuh dengan gelimang dosa
Â
Tuhanku
Dibawah ka’bahmu aku memohon keampunanmu
Mengharap belas kasihan darimu
Karena cinta aku mengembara ditanah sucimu
Â
Adat negeriku, tak sama dengan kitab sucimu
terhormat jika ada Tersanjung jika beradaÂ
Sedangkan kitab sucimu mengajarkan tiada perbedaan
Â
Ketika wukup dipadang arafah
Bagaikan tak mampu aku memandang sinar cintamu
Memancar dari bukit jabal rahmah
Tempat Adam dan Hawa kau pertemukan
Ketika keduanya terbuai oleh senandung nafsu
Yang didendangkan para setan dari taman taman sorgamu
Â
Ya Rab
Aku adalah hambamu yang naib
Tak semulia para walimu
Yang mengajarkan kitab sucimu
Dari masa kemasa tanpa berhenti
Namun aku berharap pertemukan aku denganmu di depan ka’bahmu
Â
Bagan Siapi Api, 13 Maret 2016
Â
Puisi ini terinspirasi dari Novel “ Dibawah Lindungan Ka’bah “
Karya Hamka.
Â
Puisi ini diikut sertakan dalam rangka memeriahkan HUT RT
Â
[caption caption="Sumber Fhoto/RTC"]
Â
Sinopsis
Â
Hamid merupakan Muslim kelahiran Minangkabau, Sumatera Barat yang hanya dibesarkan oleh ibunya sejak berusia empat tahun, karena pada saat itu ayahnya telah meninggal. Ketika berusia enam tahun Hamid disekolahkan oleh Haji Ja'far bersama anak perempuannya yang bernama Zainab di sekolah yang sama.
Setelah menamatkan pendidikan masing-masing di sekolah Hindia-Belanda, Hamid dan Zainab mulai jatuh cinta tetapi sama-sama tidak mengutarakannya hingga kemudian terpisah karena Hamid memutuskan pindah dari Padang ke Padang Panjang untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah agama.
Namun sejak ayah Zainab meninggal, yang disusul dengan meninggalnya ibu Hamid, mereka telah jarang bertemu. Dalam suatu pertemuan, Hamid dihadapkan oleh permintaan ibu Zainab, Asiah untuk membujuk anaknya menikah dengan sepupunya. Permintaan ibu Zainab itu dijalankan oleh Hamid mengingat ibunya semasa hidup juga tidak mengizinkannya menikahi Zainab karena perbedaan sosia sosial. Hamid kemudian mengalami patah hati akibat keputusan yang diambilnya, lalu memutuskan pergi ke Mekkah.
Setelah setahun berada di Mekkah, Hamid yang mulai menderita penyakit bertemu dengan Saleh. Istri Saleh, Rosna adalah teman dekat Zainab sehingga Hamid dapat mendengar kabar tentang Zainab, termasuk kenyataan bahwa Zainab mencintai dirinya dan Zainab tidak jadi menikah dengan laki-laki pilihan ibunya. Setelah mengetahui hal tersebut, Hamid berniat untuk kembali ke Padang usai menunaikan ibadah haji. Pada saat bersamaan Saleh melalui istrinya mengirimkan surat untuk diberikan kepada Zainab yang isinya menggambarkan pertemuannya dengan Hamid.Â
Namun Saleh mendapat balasan dari istrinya bahwa Zainab telah meninggal dunia; Saleh tidak memberikan kabar tersebut kepada Hamid sebelum akhirnya Hamid mendesaknya. Kenyataan itu disusul dengan meninggalnya Hamid di hadapan Ka'bah.