Mohon tunggu...
Wisnuaji Gagat Priambada
Wisnuaji Gagat Priambada Mohon Tunggu... lainnya -

Lelaki yang 'terpaksa' mencari nafkah di dunia IT. Penikmat kopi. Sangat benci ketika kopi di cangkir sudah habis.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

“The Power of Ukhuwah Islamiyah” (Catatan Kajian DR. Bilal Philips di Surabaya)

14 September 2015   08:29 Diperbarui: 14 September 2015   09:23 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IMG-20150910-WA0004

“Barang siapa yang menyembah Nabi Muhammad, maka ketahuilah bahwa Nabi Muhammad hanyalah manusia dan telah meninggal. Dan barang siapa menyembah Allah, maka ketahuilah bahwa Allah tidak akan pernah mati”.

  • Jika memuja-muja (secara berlebihan –pen) kepada Nabui saja tidak dapat memberi kemanfaatan bagi kita, apalagi kepada wali-wali?
  • Tapi, orang-orang yang datang ke kuburan wali itu masih saudara kita. Tanggung jawab kita untuk memberitahu mereka.
  • Konsekuensi penyelewengan tauhid akan menyebabkan seperti orang terdahulu yaitu paganisme, nasrani, hindu dan lainnya. Yang pada akhirnya jatuh pada kesyirikan.
  • Tanggung jawab kita untuk mengajak kembali pada iman yang benar.
  • Hasil dari terpecah-pecahnya umat, kita menjadi lemah.
  • Perpecahan ini juga yang menyebabkan dulu di Indonesia 90% muslim, menjadi sekarang 80% muslim.
  • Ada kelompok yang mengaku Islam tapi tidak mengajarkan Islam. Seperti Ahmadiyah dan Syiah. Tanggung jawab kita untuk mengajaknya kembali.
  • Kita sering kali lebih peduli dengan Suriah dan Rohingya, tapi kadang tidak peduli dengan orang di sekitar kita. Seperti kepada mereka yang berbondong-bondong meminta-minta di makam wali-wali.
  • Persaudaraan itu harus melihat prioritas. Prioritas utama kita justru tetangga kita. Apa yang telah kita lakukan kepada sesama muslim di Surabaya? Kepada mereka yang berbondong-bondong ke makam wali.
  • Kebutuhan kita dan tugas kita adalah mengesampingkan kepentingan kelompok-kelompok kita, tapi kita mulai berpikir bersama, dan melaksanakan perbaikan dari masalah yang ada.

 

Soal-Jawab:

  1. Bagaimana kisah Anda masuk Islam?

Jawab:

Saya (DR Bilal Philips) lahir di Jamaica di keluarga Kristian. Bahkan kakek saya pendeta.

Keluarga kami pindah ke Toronto, Canada. Lalu dari situ pindah lagi ke Sabah, Malaysia. Orang tua saya guru.

Saat di Malaysia saya sedang dalam proses persiapan kuliah di Toronto.

Nah, di Malaysia banyak orang Indonesia yang kecil kesempatannya untuk melanjutkan kuliah, dibanding orang pribumi asli.

Karenanya, Ibu saya mengangkat anak seorang Indonesia agar dia bisa dikuliahkan. Akhirnya orang tersebut tinggal bersama kami, sekitar 6-7 tahun.

Saat kami tinggal bersama, ada hal yang aneh yang saya lihat. Saya sering melihat kakak angkat saya itu masuk kamar lalu mencium lantai. Dan setiap ibu saya memasak steak babi, ibu saya memasakkan ikan untuk kakak angkat saya itu. Dan ketika pada minum anggur, ibu saya menyiapkan jus anggur untuk kakak angkat saya itu.

Saya heran dan penasaran. Namun kakak angkat saya sungkan bercerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun