Mohon tunggu...
wisnu_ yunanda
wisnu_ yunanda Mohon Tunggu... Guru - mboh

mbooohhhh

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Menuju ke Sebuah "Negeri di Atas Awan"

19 Maret 2021   00:27 Diperbarui: 19 Maret 2021   00:40 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hamparan perbukitan teh dan berbagai jenis sayur menghiasi sepanjang perjalanan. Cuaca yang sejuk dan hijaunya pemandangan membuat pikiran kembali segar setelah berkutat tugas kuliah dan hiruk pikuk kota Yogyakarta yang membosankan. 

Perjalanan yang cukup jauh menempuh jarak puluhan kilometer dengan jalan yang berkelok-kelok terbayar dengan pemandangan yang begitu memukau. 

Daerah ini bernama Dieng, yang memiliki julukan negeri diatas awan karena letaknya berada di ketinggian lebih dari 2.000 mdpl dan jika beruntung kita akan menemukan hamparan kabut tebal menyerupai awan sepanjang perjalanan biasanya kabut akan turun setelah hujan, pagi hari dan sore hari. 

Berada diantara dua wilayah kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Bagi kalian yang bingung mencari tempat wisata untuk menyegarkan pikiran Dieng bisa menjadi salah satu pilihan. Wisata Dieng menawarkan berbagai pilihan mulai dari wisata religi, wisata kuliner, dan wisata budaya. 

Wisata yang terkenal hingga menjadi wisata budaya yaitu Pemotongan Rambut Gimbal. Wisata adat tersebut sampai menjadi suatu acara yaitu Dieng Festival Culture yang di dukung oleh pemerintah setempat.

Kuliner Yang Menggugah Selera  

Selain wisata pemandangan alam yang memukau Dieng juga memiliki wisata kuliner yang hanya bisa ditemukan disini. Makanan khas Dieng yang bisa ditemui antara lain tempe kemul yang berarti tempe yang berselimut tepung, cenderung lebih mirip mendoan, makanan khas Banyumas, kemudian ada Mie Ongklok dengan cita rasa manis gurih dan kuah kenatlnya. 

Mie ongklok merupakan salah satu makanan khas Wonosobo yang juga banyak dijual di Dieng. Mie ongklok ini terbuat dari mie kuning yang dicampur dengan kol (kubis) kemudian direbus dan disiram dengan kuah kental. Kadang beberapa penjual juga menambahkan potongan tahu dan daun kangkung atau kucai sebagai bahan tambahan. 

Cita rasa Mie Ongklok ini cenderung ke arah manis. Kuah kental (biasa disebut luh) yang terbuat dari campuran kanji dipadukan dengan sambal kacang, membentuk rasa manis yang gurih dan memnajakan lidah sangat pas jika makan Mie Ongklok ini ditemani dengan tempe kemul dan teh panas dan dinikmati dalam keadaan masih panas, sangat cocok untuk suasana Dieng yang dingin.

Selain makan Mie Ongkol dan Tempe Kemul ada lagi makanan khas Dieng yaitu manisan carica atau pepaya gunung, dinamakan demikian karena tekstur dari buahnya mirip dengan pepaya tetapi memiliki rasa yang jauh berbeda.  

Carica ini atau pepaya gunung jika langsung dimakan memiliki rasa yang asam, untuk itu biasanya buah ini dijadikan manisan selain menambah rasa, dengan dibuatnya manisan maka buah tersebut menjadi lebih awet jika disimpan dalam jangka waktu yang lama. 

Saya pribadi sempat mencoba ketiga makanan khas Dieng tersebut dan memang rasanya sungguh sangat nikmat dan jujur membuat penulis ketagihan dan ingin merasakannya lagi.

Tradisi Pemotongan Rambut Gimbal Dieng 

Selain panorama yang indah Dieng juga terkenal dengan wisata budayanya karena Dieng masih mempertahankan budaya asli, salah satunya tradisi pemotongan anak yang memiliki rambut gimbal. 

Tradisi ini dilakukan turun temurun dan masih bertahan hingga saat ini. Masyarakat Dieng percaya bahwa anak yang memiliki rambut gimbal merupakan anak pembawa sial atau mala petaka bagi dirinya keluarga masupun lingkungan sekitarnya, maka harus di sucikan atau dibuang rambut gimbalnya tentu saja bukan asal memotong rambut gimbal tersebut, tetapi harus memlaui berbagai macam persyaratan dan ritual adat tertentu dan acara adat pemotongan rambut gimbal ini biasa disebut dengn Ruwatan/Ruwetan. 

Fenomena rambut gimbal tersebut bukan sengaja dibentuk atau dibuat-buat. Anak rambut gimbal Dieng itu tumbuh dengan sendirinya, tidak perlu ada garis keturunan khusus untuk jadi anak rambut gimbal Dieng. Semua orang bisa saja memiliki rambur gimbal, asal ada keturunan Dieng, siapapun bisa saja berambut gimbal.

Ada sebutan unik untuk anak rambut gimbal Dieng, biasanya mereka dipanggil “anak gembel”. Bukan karena mereka itu tidak dirawat ya, tetapi karena rambut mereka seperti itu maka banyak di kaitkan dengan orang yang jarang mandi. 

Dalam proses pemotongan rambut gimbal biasanya diadakan selama beberapa hari. Proses yang pertama bernama Kirab atau pemotongan rambut, jasaman atau memandikan anak tersebut, Ngalap berkah dan terakhir Larungan atau menghanyutkan potongan rambut gimbal tersebut. 

Dalam melakukan adat ini biasanya yang menjadi peserta atau pemotongan rmabut gimbal ini bukan hanya satu orang anak saja melainkan bisa beberapa anak sekaligus. Dan hal yang membuat saya cukup tertarik yaitu dalam rangkaian acara tersebut si anak yang memilkiki rambut gimbal bisa meminta apapun yang ia mau, dan jika permintaannya tidak dikabulkan oleh keluargnya maka penduduk sekitar percaya  rambut tersebut bisa tumbuh lagi atau bahkan anak tersebut bisa sakit-sakitan. 

Dan hal yang unik anak yang berambut gimbal hanya boleh dipotong jika sang anak sendiri yang memintanya atas kemauan sendiri bukan paksaan dari manapun, jadi anak yang mengikuti acara pemotongan rambut gimbal memiliki usia yang bervariasi bisa sampai belasan tahun. Karena alasan inilah untuk pertama kalinya penulis mengunjungi Dieng. 

Budaya daerah yang masih terjaga apik dan keindahan alam yang sangat mempesona. Disaat daerah yang lain dimana kebudayaan aerahnya mulai tergerus zaman, di Dieng masih terjaga dengan baik.

Telaga Warna 

Telaga Warna Dieng terkenal karena keindahan warna permukaannya yang bisa berubah-ubah setiap waktu, tergantung cuaca, sudut pandang, serta jarak pandang kita. Akan lebih indah lagi jika memandang fenomena perubahan warna permukaan Telaga Warna dari atas. Fenomena cantik inilah membuatnya ramai dikunjungi tiap waktu, apalagi saat musim liburan. 

Jangan heran pada saat liburan kawasan wisata Telaga Warna akan menjadi macet karena dibanjiri wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. 

Telaga Warna Dieng yang berada di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng secara administrasi masuk wilayah Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Berada di ketinggian 2.000 mdpl, Telaga Warna cukup mudah dicapai dengan kendaraan umum atau kendaraan pribadi. Memasuki kawasan Telaga Warna cukup membayar tiket masuk sekitar 10.000/orang.

 Telaga Warna sesuai dengan namanya memiliki keindahan berupa warna yang sering berubah diatas permukaan. Di samping Telaga Warna terdapat salah satu telaga lagi yaitu telaga Pengilon. Berbeda dengan Telaga Warna, telaga Pengilon warna airnya jernih dan mengandung sulfur yang rendah untuk hal inilah telaga Pengilon yang dijadikan sumber irigasi bagi petani untuk mengairi perkebunan mereka.

Untuk menikmati keindahan Telaga Warna sangat cocok bila dinikmati dari ketinggian dan spot view yang paling cocok bisa melalui Batu Ratapan Angin. 

Batu Ratapan Angin adalah dua buah batu yang bertumpuk di atas sebuah bukit di Kompleks Telaga Warna. Letaknya di sisi sebelah Timur Telaga Warna. 

Di sepanjang tepian Telaga Warna terdapat gua-gua alam. Gua-gua alam ini dijadikan tempat bertapa/meditasi oleh beberapa orang yang percaya. Gua-gua alam tersebut yaitu Gua Sumur Eyang Kumulasari, Gua Pengantin, Gua Jaran Resi Kendaliseto, dan yang sangat terkenal Gua Semar. Di Gua Semar terdapat Patung Semar  dan ada sebuah kolam yang airnya dipercaya bisa menyembuhkan segala penyakit dan untuk mempercantik kulit.

Menikmati Keindahan Alam Dari Atas 

Dataran Tinggi Dieng memiliki banyak objek wisata yang paling terkenal yaitu Kawah Sikidang. Kawah Sikidang merupakan sebuah kawah yang masih aktif mengeluarkan gas belerang dan lumpur akibat dari letusan gunung berapi pada masa lampau. Bukan hanya Kawah Sikidang saja tetapi masih banyak obejk wisata lainnya, tak jauh dari Dieng terdapat spot yang asik untuk melihat pemandangan yaitu bukit sikunir.

Dari atas bukit Sikunir kita bisa melihat gunung disekitarnya seperti Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Gunung Merapi. Untuk menuju Bukit Sikunir bisa ditempuh sekitar 15-20 menit dari Dieng menuju ke Desa Sembungan dengan sepeda motor maupun mobil tenu saja tidak bisa sampai ke puncak bukitnya. 

Dari parkiran hanya butuh waktu 25-30 menit saja untuk bisa sampai ke puncak. Dijalur pendakian juga sudah dibuat anak tangga dari beton sehingga ramah juga bagi anak-anak. 

Jika cuaca bersahabat dan beruntung kita bisa menjumpai Golden Sunrise cahaya matahari terbit berwarna keemasan terbit di balik awan membuat siapa saja yang melihatnya akan terpukau, tentu saja butuh perjuangan untuk mendapatkannya. 

Kita harus datang sebelum matahari terbit dan menahan hawa dingin yang menusuk kulit, saat itu saya sudah menunggu kurang lebih setengah 6 pagi berada dipuncak. Tetapi ternyata Dewi Fortuna tidak berpihak kepada saya, setelah saya mencapai puncak kabut tebal turun. Ya hal itu terjadi karena saya datang disaat yang kurang tepat, saya datang disaat musim penghujan tepatnya bulan Desember. 

Pelajaran bagi kita semua jika ingin menikmati keindahan sunrise maupun sunset saya rekomendasikan datang disaat musing kemarau, karena di dataran tinggi saat kemarau kemungkinan kabut turun kecil dan walaupun turun kabut tidak setebal musim penghujan. Walaupun saya tidak bisa melihat golden sunrise saya tidak merasa kecewa, mungkin Tuhan memiliki rencana lain supaya saya bisa datang ketempat ini lain waktu.

Sebelum menuju ke Dieng ataupun Bukit Sikunir pastikan kendaraan dalam keadaan prima dan bahan bakar cukup, karena sulit menemukan bengkel ataupun pom bensin, walaupun ada bengkel hanya seadanya suku cadang yang disiapkan tidak lengkap, maka dari itu pengecekan kondisi kendaraan merupakan hal yang paling wajib dan yang paling utama. 

Cek kondisi kesehatan juga tidak kalah penting, periksa barang kelengkapan dan obat-obatan jika terjadi sesuatu diluar perkiraan. Jangan lupa juga siapkan baju berlapis ataupun jaket dan jas hujan karena kedua kawasan itu merupakan dataran tinggi yang memiliki curah hujan yang tinggi.  Jika ingin bermalam di tempat ini ada banyak penginapan yang bisa disinggahi dengan harga yang menurut saya masih wajar kisaran 150.000 – 300.000/malam. 

Bisa dibooking melalui aplikasi atau datang langsung ke penginapan. Dari sekian perjalanan yang saya lakukan dan saya singgahi, Dieng merupakan yang paling berkesan. Sebuah pengalaman yang tidak terlupakan dan suatu saat pasti saya akan mengunjunginya lagi lain waktu dan lain kesempatan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun