Mereka mengambil seluruh data- data kita buat memprediksi aksi kita, hobi yang kita senangi, sahabat yang mau kita ajak ngobrol, sampai kemauan berbelanja kita.
Seluruh itu dikontsruksi buat menghasilkan pemihakan waktu buat terus membuka notifikasi, mengklik tombol- tombol tanpa berhenti
Tombol klik serta ketertarikan buat menjangkau seluruh notifikasi media sosial kamu merupakan kapital untuk mesin besar itu.
Terdapat banyak layanan internet kita anggap free, tetapi sejatinya tidak free.
Seluruh itu dibayar oleh para pengiklan. Mengapa pengiklan membayar industri itu? mereka membayar buat menunjukkan iklan kepada industri serta berikutnya perusahaanlah yang dijual oleh pengiklan.
Saat ini kita jadi mengerti kalau timbulnya para teknisi sosial media dalam film itu yang berani melaksanakan autokritik menghasilkan benih pemahaman baru kalau laju pesona industri internet hendaknya melahirkan defenisi baru tentang berartinya batas- batas penciptaan inovasi yang berbasis artifisial intelegensia.
Manusia tidak cuma memerlukan kemudahan serta glamornya industri internet.
Tetapi manusia memerlukan nilai abadi yang melindungi individu tiap orang supaya senantiasa utuh.
Jadi manusia modern yang tidak kehabisan bukti diri kemanusiaan, interaksi yang teduh sesama manusia, senyum lebar untuk orang sebelah rumah, serta kebahagiaan silih memandang di ruang tamu suatu rumah untuk satu keluarga.
Ketakutan- ketakutan yang saat ini diciptakan oleh sosial media merupakan realitas sejarah. Seorang kita harapkan muncul menghasilkan yang baru. Mencipatkan penyeimbang baru dengan industri internet yang tidak menewaskan pemakainya. Mungkinkah kita seluruh bisa menciptakan titik cerah dalam gulita keniscayaan sosial media serta industri internet pada masa yang hendak tiba, Ataukah pada kesimpulannya seluruh hendak terbunuh secara tidak sadarkan diri.
jadi pendapat saya bahwa film dari social dillema ini sangat bagus untuk wawasan dan edukasi buat kita lantaran mengajarkan sisi buruk dan sisi baik tentang media social yang kita gunakan.