Oleh Wishnu Sukmantoro
Berkenaan tentang pertahanan nasional, yang kurang dieksplorasi dari kedua pasangan Capres ini adalah mengenai Minimum Essential Force (MEF). Strategi MEF sudah digulirkan dan diimplementasikan dalam pemerintahan SBY sejak 2010 dan dibagi dalam beberapa tahap MEF mencapai standar minimum pertahanan negara. Dalam implementasi MEF, infrastruktur dan peralatan tempur untuk pertahanan darat, laut dan udara dalam proses dibangun dalam tahap pertama MEF (2010-2014) dan tahap kedua MEF (2015-2019) dan kemudian dilanjutkan dalam tahap berikutnya. Beberapa komitmen pembelian peralatan tempur yang kemudian harus disertai ToT menjadi target utama dalam pengadaan peralatan tempur pasukan dan mendorong ke arah kemandirian alusista baik udara, darat maupun lautan. Strategi pertahanan nasional sebenanrya sudah masuk langkah yang maju dengan penggunaan teknologi stealth untuk main battleship misalnya dalam pengembangan Trimaran (yang akhirnya satu unit terbakar), kapal cepat dan termasuk kapal perang untuk landing helikopter dan alusista lainnya. Dalam pertahanan udara, penyiapan 16 skuadron baik dari Su27 sampai Su30, satu skuaron T50 Golden Eagle (sekelas F16), F16 blok 25 yang kemudian diupgrade menjadi blok 32+, rencana dalam program pesawat tempur generasi 5 dalam program KFX/IFX dengan Korea dimana Indonesia kebagian sekitar 50 unit. yang menarik bahwa dalam rencana penggantian F 5 tiger (yang rencananya dikandangkan 2020), pemerintah Indonesia masih memilih milih mengenai teknologi Su 35, JAS Gripen, F1 Rafale atau memilih Thyphoon untuk menhadapi pembelian F 35 untuk Singapura dan Australia (sebagai pesawat tempur canggih generasi 4,5).
Diskusi mengenai Leopard sebagai main battle tank dari salah satu calon, sebenarnya kurang esensi karena Indonesia sudah melakukan pemesanan ratusan MBT ini dari jerman dan sudah dipastikan tahun 2014 ini Leopard sudah hadir di Indonesia. Tot mengenai medium Battle Tank sudah dilakukan dalam prototipe awal medium battle tank yang dibangun oleh Pindad beberapa waktu lalu.
Sebenarnya dari berbagai isu pertahanan, wilayah-wilayah perbatasan Indonesia merupakan wiayah yang rawan terhadap rongrongan kedaulatan dari negara-negara lain misalnya perbatasan Indonesia malaysia di Kalimantan, Isu selat malaka dan pulau-pulau terdepan dan kepulauan Natuna yang menjadi sentral dari mempertahankan kedaulatan negara. Wialyah-wiayah inilah menjadi garda terdepan. Mengenai penggunaan drone, pada prinsipnya drone dalam prototipe telah dibangun secara mandiri oleh Indonesia sendiri misalnya drone wulung oleh BPPT dan pembelian Drone Heron dari Israel yang dipersiapkan di wilayah Kalimatan untuk menjaga perbatasan kawasan. Penggunaan drone secara spesifik akan membantu menjaga perbatasan, sebagai pesawat intai jarak jauh atau melakukan penetrasi ke wialyah negara lain untuk pemantauan gangguan atau pertahanan negara. Catatan menarik adalah drone bisa dilengkapi serangkaian alusista untuk melakukan penyerangan seperti layaknya pesawat tempur.
http://jakartagreater.com/pencapaian-minimum-essential-force-mef-di-2014/
http://www.lensaindonesia.com/2012/12/30/mantap-drone-wulung-indonesia-siap-beroperasi-2013.html
http://jakartagreater.com/skuadron-uav-heron-tni-au-kalimantan/
Dalam strategi pertahanan negara, salah satu langkah maju dalam MEF adalah mengenai KFX/IFX yang diharapkan prototipenya sudah ada tahun 2020. Proyek ini sempat terhenti tahun 2012-2013 karena kebijakan parlemen di Korea Selatan, tetapi kemudian akhir tahun 2013, proyek ini dilanjutkan kembali. Langkah maju mengenai pesawat tempur ini adalah penggunaan teknologi generasi 5 - 5+ dan stealth dimana teknologi ini diserap dari F 35 ataupun F 16 blok 52+ US meskipun Korea Selatan sendiri juga tersendat-sendat dalam memperoleh teknologi stealth dari Amerika. Mudah2an capres ke depan dalam mengawal rencana prototipe sampai produksi KFX/IFX ini. http://www.satuharapan.com/read-detail/read/kfxifx-jet-tempur-masa-depan-buatan-indonesia-korsel
Sebenarnya yang kurang menggigit pandangan mengenai diskusi strategi pertahanan nasional dari dua capres adalah kedua capres ini kurang mengetengahkan mengenai ToT dan kemandirian alusista. Dalam MEF, ToT dan kemandirian alusista adalah visi besar dalam penyediaan alusista nasional dan mendukung dari pertahanan dan kedaulatan negara. Beberapa keuntungan dalam kemandirian alusista;
1. Indonesia tidak akan mudah didikte oleh negara lain terutama negara produsen alusista karena persoalan HAM ataupun kemauan politik terhadap negara lain.
2. Indonesia tidak akan mudah diketahui kekuatannya oleh negara lain sehingga mempersulit negara-negara lain apabila ingin melakukan konfrontasi dengan Indonesia. Komentar Prabowo mengenai kecurigaan Australia adalah kemungkinan mengenai kekuatan senyap Indonesia dalam pertahanan negara. Sejarah membuktikan, tahun 1960an di era penyerahan kedaulatan Papua kepada Indonesia atas Belanda karena kontribusi yang kuat terhadap alusista TNI waktu itu, salah satunya adalah kapal selam yang memiliki efek deteren yang signifikan di eranya. Indonesia waktu itu tidak diketahui memiliki banyak kapal selam, tetapi dalam perang Papua, Indonesia memunculkan 12 kapal selam dalam rencana pembebasan Papua Barat.
3. Dengan ToT, Indonesia akan memiliki kemampuan teknologi dalam membuat dan mengembangkan alusista pertahanan nasional dan kemampuan membangun teknologi militer. Beberapa teknologi militer yang cukup canggih yang dapat dibuat oleh bangsa Indonesia salah satunya adalah LPD (Landing Platform Dock). LPD yang dibuat oleh PT. PAL ini menjadi kebanggaan Indonesia karena kapal angkut ini dapat memuat sejumlah helikopter termasuk helikopter tempur, tank dan 200-300 tentara. Kapal perang ini bisa dilengkapi meriam dan rudal.
4. Efisien dan berbiaya murah, apabila jika dilakukan pembuatannya dari dalam negeri.
http://www.tempo.co/read/news/2014/05/30/078581231/TNI-AL-Kirim-Kapal-Perang-ke-Pearl-Harbour
Apakah alasan Australia melakukan provokasi terhadap Indonesia melalui serangkaian aksi penyadapan (yang kemudian diketahui) dan melakukan aksi ilegal mengembalikan pengungsi timur tengah ke dalam perairan Indonesia dengan masuk ke dalam teritorial Indonesia? Selain karena persoalan kecurigaan dan ketidak percayaan dalam hubungan diplomasi terutama mengenai pengungsian, karena alasan Australia ingin mengetahui peta dan poros militer Indonesia. Dalam sejarahnya, poros militer Indonesia adalah rusia dimana saat pengambil alihan Papua ke tanah air Indonesia, rusia memberikan bantuan luar biasa terutama mengena alusista tempur kepada Indonesia yang menyebabkan Belanda kalah total dalam jumlah personel tempur dan alusista tempur.
Provokasi dibalas Provokasi
Pasca penyadapan dan provokasi Australia terhadap Indonesia berkenaan dengan melintasnya kapal patroli australia melintas batas teritorial Indonesia menjadi sebab militer Indonesia memperkuat kekuatan laut dan udara di perairan selatan Indonesia. Yang paling menarik dicermati adalah provokasi Indonesia terhadap Australia dengan memberi ijin Kapal tempur China memasuki perairan Indonesia dan melakukan latihan perang bersama-sama dengan Indonesia di wilayah selatan Laut Jawa (samudera Hindia). Australia sebenarnya sudah mencium bahwa poros militer Indonesia tidak hanya rusia tetapi juga China ..
http://jakartagreater.com/kapal-perang-china-lintasi-indonesia/
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/481487-tni-al--kapal-perang-china-kantongi-izin-latihan-di-selatan-jawa
Dalam debat Capres mengenai strategi pertahanan negara: tidak hanya teriak atau berslogan "Sejengkalpun atau satu cm pun tidak boleh hilang". Tetapi juga berfikir bagaimana caranya..
Salah satu capres berteriak dengan lantang bahwa tanah air Indonesia tidak boleh hilang satu jengkalpun atau satu cm pun, kemudian capres lainnya berkata "dibuat rame". Bagaimana caranya? apakah harus dengan mengorbankan 15 juta jiwa berperang dan wafat kemudian di pihak musuh hanya menanggung kematian puluhan ribu jiwa meskipun Indonesia menang? Strategi perang modern. Saat ini, dalam strategi perang tidak hanya mengandalkan heroisme atau melakukan penyerangan secara massal ke jantung pertahanan musuh atau melakukan aksi defensif. Clauswitz dan Stigerdom dalam Art of Destiny, upaya upaya pengerahan secara efisien, dengan teknik yang efisien dengan personel tempur yang efisien dengan potensi dampak besaran menghancurkan pertahanan atau serangan lawan menjadi kunci dalam memenangi pertempuran. Dalam model terbaru, teknologi kamuflase, penguasaan teknologi termasuk termasuk penggunaan Cyber war (untuk militer) dan "alusista" senyap adalah salah satu metode yang saat ini menjadi tolok ukur kekuatan perang yang mematikan dan efisien. Drone tanpa awak dengan penggunaan after burner sehingga meminimalisir suara, teknologi stealth atau kamuflase, penggunaan GPS pada berbagai jenis rudal "pintar" dan penggunaan laser untuk alusista tempur pengganti meriam adalah beberapa peralatan yang dapat dikembangkan dalam strategi perang modern tersebut.
Sayangnya Capres no. 2 justru yang sedikit gamblang menjelaskan mengenai beberapa strategi perang tersebut termasuk penggunaan Cyber War.
http://www.timesofisrael.com/us-navy-to-deploy-futuristic-military-laser-to-persian-gulf/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H