Mohon tunggu...
Wisesya Mayraina
Wisesya Mayraina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal Pemanfaatan dan Pengembangan Lahan Basah di Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala

9 Oktober 2024   23:36 Diperbarui: 31 Desember 2024   15:28 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dengan Responden 1/dokpri

Nama : Wisesya Mayraina Putri Kinasih

NIM : 2410416220024

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lambung Mangkurat

Prodi : Geografi

Kelas : A

Mata Kuliah : Pengantar Lingkungan Lahan Basah

Dosen : Dr. Rosalina Kumalawati, S. Si, M. Si.

A. PENDAHULUAN

            Lahan basah terjadi dimana air bertemu dengan tanah. Contoh dari lahan basah antara lain bakau, lahan gambut, rawa-rawa, sungai, danau, delta, daerah dataran banjir, sawah, dan terumbu karang. 

Lahan basah ada di setiap negara dan di setiap zona iklim, dari daerah kutub sampai daerah tropis, dan dari dataran tinggi sampai daerah kering. Lahan basah merupakan salah satu wilayah terbesar di permukaan bumi. Lahan basah atau wetland adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman.

            Berbeda dengan perairan, lahan basah umumnya bercirikan tinggi muka air yang dangkal, dekat dengan permukaan tanah, dan memiliki jenis tumbuhan yang khas. Berdasarkan sifat dan ciri-cirinya tersebut, lahan basah kerap disebut juga sebagai wilayah peralihan antara daratan dan perairan. Baik sebagai bioma ataupun ekosistem, lahan basah memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. 

Lahan basah memiliki jenis tumbuhan dan satwa yang lebih banyak dibandingkan dengan wilayah lain di muka bumi. Maka dari itu, lahan basah mempunyai peran dan fungsi yang penting secara ekologi, ekonomi, maupun budaya. Dan pada kesempatan Kali ini saya melakukan penelitian saya di di Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala

B. METODE PENELITIAN

            Pada penelitian kali ini saya menggunakan metode kuisioner, Apa itu Kuesioner ? Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara peneliti memberikan daftar pertanyaan atau pernyataan yang tertulis untuk dijawab oleh responden. Dalam penelitian ini, saya  melakukan pembagian kuesioner secara langsung kepada responden.

C. HASIL KUESIONER

 

1. Tanaman Pangan

A. Padi

            Responden pertama saya adalah bu Mirna. Bu Mirna berusia 65 tahun, Bu Mirna mengungkapkan sudah sekitar 30 tahun beliau dan suami mengelola sawah yang berasa tepat disebelah rumah beliau, Beliau mengungkapkan beliau menggunakan Bibit padi unggul yang panen setiap 1 Tahun Sekali dan menggunakan pupuk standar dengan merek orial dan Oscar. 

Menurut bu Mirna Bertani Tanaman Padi termasuk Kategori Agak Sulit karna rawan Rusak dan terkena penyakit tanaman. Beliau Juga bercerita sempat beberapa kali sawah beliau menghadapi permasalahan dan kendala seperti terkena Penyakit pada tanaman padi. 

Penyakit ini dapat kita lihat pada warna padi, jika padi berwarna merah berarti padi tersebut terserang penyakit. Ada beberapa padi yang dapat diselamatkan namun ada juga yang tidak bisa di selamatkan, beliau juga mengungkapkan beberapa kali saat kendala ini terjadi sawah beliau tetap terselamatkan dengan cara rajin semprot obat tanaman dan rajin memupuk sawah secara berkala.

2. Peternakan

A. Ayam

Foto Dengan Responden 2/dokpri
Foto Dengan Responden 2/dokpri

            Setelah beberapa saat menyusuri desa saya bertemu responden kedua saya adalah bu fathul jannah atau biasa disapa Bu Atul, Bu Atul Berusia 45 tahun, Bu Atul mengungkapkan sudah sekitar 20 tahun beliau memiliki ternak ayam yang berasa tepat dibelakang rumah beliau, Beliau mengungkapkan beliau memelihara ayam jenis ayam petelur.

 Bu Atul juga bercerita awal mula beliau memilih memelihara ayam awalnya karna melihat di Internet dan memiliki peluang yang cukup lumayan dan perawatan yang tidak terlalu sulit karna pakannya yang mudah, pakan yang beliau pilih untuk ternak beliau ada beberapa macam seperti bekatul, dedak dan jagung. 

Beliau bercerita juga sempat beberapa kali ternak ayam beliau mengalami kendala seperti penyakit seperti flu burung yang sangat merugikan beliau karena bila ada satu yang terkena maka dapat menular ke ayam lainnya.

B. Itik

Foto Dengan Responden 3/dokpri
Foto Dengan Responden 3/dokpri

            Responden ketiga saya adalah Pak Tino, Di umurnya yang cukup senja ini yaitu 72 tahun beliau memilih usaha ternak bebek karna tidak menguras tenaga dan bisa di budidayakan di rumah, Itik yang dibudidayakan Pak Tino berjenis Itik Serati, beliau mengungkapkan sudah sekitar 15 tahun beliau membudidayakan itik serati ini. 

Pak Tino juga memberitahu bahwa pakan yang beliau pilih untuk ternak itik beliau termasuk mudah yaitu batang paya, gabuk dan nasi kering. 

Beliau bercerita juga ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerugian ternah itik beliau diantaranya, Cuaca, PH Air, dan Penyakit. Beliau menjelaskan Jika terlalu sering hujan hal ini dapat membuat itik lebih cepat mati, Jika air PH air yang di berikan kepada itik terlalu asam dapat membuat itik juga lebih cepat mati, adapun Penyakit pada itik biasa terdapat kaki dan kepala. 

Jika penyakit terdapat pada kaki masih bisa kita sembuhkan namun, jika penyakit terdapat di kepala tidak dapat kita sembuhkan. Tetapi beliau juga mengungkapkan bila itik terkena penyakit bisa dilakukan Pengobatan secara alami, dengan cara mengonsumsikan gula aren pada itik.

3. Holikultura Buah

A. Pisang

Foto Dengan Responden 4/dokpri
Foto Dengan Responden 4/dokpri

            Responden ke empat saya adalah Mas Rudi, di usia nya yang termasuk sangat muda ini yaitu 22 tahun mas rudi memilih membudidayakan kebun pisang, mas Rudi bercerita bahwa beliau memulai budidaya pisang ini tergolong baru baru saja, "Baru sejak 2022 awal" ucapnya. Jeis pisang yang dibudidayakan mas budi adalah jenis pisang kayu, Mas Rudi memilih budidaya pisang sebagai usahanya karena menurut beliau pisang adalah tanaman yang relatif mudah untuk dirawat. 

Menurut Mas Rudi Perawatan pohon pisang tidak terlalu sulit, tetapi membutuhkan perhatian rutin, seperti penyiraman dan pemupukan, Mas Rudi juga menjelaskan ada beberapa masalah yang beliau temui selama menjalankan usaha nya ini, beberapa diantaranya adalah termasuk serangan hama dan penyakit, serta cuaca yang tidak menentu. 

Mas Rudi juga menjelaskan bahwa beliau menggunakan pestisida organik dan memperbaiki kondisi lingkungan sekitar untuk mencegah penyebaran penyakit pada kebun pisangnya. "Pisang biasanya siap dijual setelah berusia sekitar 7 hingga 9 bulan setelah penanaman, tergantung pada kondisi pertumbuhan" Tambahnya.

B. Jeruk

Foto Dengan Responden 5/dokpri
Foto Dengan Responden 5/dokpri

            Responden terakhir saya adalah Bu Mirna, di usia beliau yang sudah 52 tahun ini beliau memilih berbudidaya kebun jeruk, sudah sekitar 8 tahun Bu Mirna menjalankan kebun jeruknya ini, di kebun jeruk Bu Mirna ada 2 macam jeruk yang beliau tanam yaitu Jeruk nipis dan Jeruk Santang Madu.

 Beliau juga menjelaskan alasan mengapa beliau memilih jeruk untuk di budidayakan, menurut Bu Mirna menanam jeruk karena buahnya cukup banyak diminati dan dapat tumbuh dengan baik di tanah gambut yang basah. 

Bu Mirna memilih menggunakan bibit jeruk unggul seperti bibit hasil Grafting. Bu Mirna juga menceritakan bahwa Perawatan tanaman jeruk di lahan gambut agak menantang, terutama dalam pengelolaan air dan nutrisi, tetapi sejauh ini masih bisa dikelola dengan baik.

            Sama seperti responden lainnya Bu Mirna mendapatkan beberapa masalah seperti drainase atau kekeringan lahan, serangan hama seperti kutu daun, dan kadar pH tanah yang tidak seimbang. Jika tanaman jeruk terkena penyakit, Bu Mirna juga menjelaskan bila kebun beliau sedang terserang penyakit beliau menggunakan fungisida organik dan melakukan pemangkasan pada bagian yang terinfeksi. "Jeruk biasanya siap dijual setelah berusia sekitar 2 hingga 4  tahun, tergantung pada perawatan dan kondisi pertumbuhannya" tambahnya.


D. KESIMPULAN

            Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa lahan basah di Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, mendukung berbagai kegiatan pertanian dan peternakan, di mana responden yang diwawancarai mengungkapkan pengalaman mereka dalam mengelola tanaman pangan, ternak ayam, itik, serta holikultura buah. 

Setiap responden menghadapi tantangan spesifik, seperti serangan penyakit, perubahan cuaca, dan pengelolaan nutrisi, namun dengan metode perawatan yang tepat, mereka tetap dapat memaksimalkan hasil pertanian dan peternakan mereka. Keanekaragaman usaha ini mencerminkan potensi lahan basah dalam mendukung ketahanan pangan dan ekonomi lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun