Mohon tunggu...
Tomi Satryatomo
Tomi Satryatomo Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Media

Seorang pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Burung, Pilot, dan 208 Detik Diintai Maut: Pelajaran dari "Sully"

25 November 2021   17:49 Diperbarui: 25 November 2021   17:58 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Kuasai pekerjaan kita dengan begitu baik, sehingga ketika bertemu dengan momen yang menentukan, kita dapat mengambil keputusan dengan cepat berdasarkan insting dan intuisi kita, saat tidak ada lagi waktu untuk berpikir panjang dan menimbang-nimbang, seperti pada saat nornal. Caranya? Pelajari dan pelajari konsekuensi dari pekerjaan kita sehari-hari.

- Namun, tidak peduli berapa banyak yang kita pelajari, kita mungkin masih menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam waktu yang mendesak, kita harus mempercayai nyali dan intuisi kita.

- Dalam keadaan darurat, percaya pada diri sendiri dan percaya pada tim kita, sehingga kita dapat tetap tenang untuk membuat keputusan terbaik meski suasana mendesak.

- Split second decision dapat menjadi penentu hidup dan mati.

- Menyelamatkan nyawa adalah yang paling penting.

- Walaupun keputusan kita benar, beberapa orang akan tetap mempertanyakan keputusan kita. Jadi pegang teguh pendirian kita, berpikir jernih dan hindari prasangka buruk yang dapat memengaruhi bagaimana kita menilai situasi.

- Tidak ada masalah yang tidak punya jalan keluar. Yang jadi masalah, seringkali kita terpaku pada cara pandang tertentu sehingga seolah-olah tidak ada jalan keluar. Dalam keadaan buntu, kita harus cari cara pandang lain.

- Jangan berbicara terlalu banyak atau pada terlalu banyak orang, yang dapat membuat kita kehilangan fokus.  Berkomunikasi secara efektif dan jelas kepada orang yang tepat, pada waktu yang tepat.

Kawan saya hanya manggut-manggut, ketika saya sampaikan poin-poin ini. Saya jadi ingat perkataan Aristoteles (384-322 SM), "Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Keunggulan (excellence), karena itu, bukanlah satu tindakan, tapi kebiasaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun