- Kuasai pekerjaan kita dengan begitu baik, sehingga ketika bertemu dengan momen yang menentukan, kita dapat mengambil keputusan dengan cepat berdasarkan insting dan intuisi kita, saat tidak ada lagi waktu untuk berpikir panjang dan menimbang-nimbang, seperti pada saat nornal. Caranya? Pelajari dan pelajari konsekuensi dari pekerjaan kita sehari-hari.
- Namun, tidak peduli berapa banyak yang kita pelajari, kita mungkin masih menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam waktu yang mendesak, kita harus mempercayai nyali dan intuisi kita.
- Dalam keadaan darurat, percaya pada diri sendiri dan percaya pada tim kita, sehingga kita dapat tetap tenang untuk membuat keputusan terbaik meski suasana mendesak.
- Split second decision dapat menjadi penentu hidup dan mati.
- Menyelamatkan nyawa adalah yang paling penting.
- Walaupun keputusan kita benar, beberapa orang akan tetap mempertanyakan keputusan kita. Jadi pegang teguh pendirian kita, berpikir jernih dan hindari prasangka buruk yang dapat memengaruhi bagaimana kita menilai situasi.
- Tidak ada masalah yang tidak punya jalan keluar. Yang jadi masalah, seringkali kita terpaku pada cara pandang tertentu sehingga seolah-olah tidak ada jalan keluar. Dalam keadaan buntu, kita harus cari cara pandang lain.
- Jangan berbicara terlalu banyak atau pada terlalu banyak orang, yang dapat membuat kita kehilangan fokus. Â Berkomunikasi secara efektif dan jelas kepada orang yang tepat, pada waktu yang tepat.
Kawan saya hanya manggut-manggut, ketika saya sampaikan poin-poin ini. Saya jadi ingat perkataan Aristoteles (384-322 SM), "Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Keunggulan (excellence), karena itu, bukanlah satu tindakan, tapi kebiasaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H