Seorang kawan bersikeras agar saya nonton lagi film 'Sully: Miracle on the Hudson's (2016). "Apa pelajaran kepemimpinan dan pengambilan keputusan yang kita bisa petik dari film ini?" tanyanya. Â
Ini film yang bagus, dramatik, diproduksi berdasarkan buku otobiografi 'Highest Duty' (2009), disutradarai Clint Eastwood. Isinya berkisah tentang Kapten Chesley 'Sully' Sullenberger dan Jeffrey Zaslow yang pada bulan Januari 2009 diintip maut saat menerbangkan pesawat US Airways nomor penerbangan 1549.Â
Kedua mesin pesawat mati ditabrak kawanan burung sesaat setelah mengudara, dalam perjalanan dari bandara La Guardia, New York ke bandara Charlotte, Karolina Utara.Â
Dalam 208 detik, Kapten Sully dan Kopilotnya Zaslow harus mengambil keputusan yang menentukan hidup mati sebelum akhirnya mendarat di permukaan sungai Hudson yang nyaris beku.
Ajaibnya, 155 penumpang dan awak pesawat seluruhnya selamat, dengan beberapa mengalami luka ringan. Tapi, meski dielu-elukan oleh masyarakat dan para penumpangnya sebagai pahlawan, Kapten Pilot Sully dan Kopilotnya Zaslow nyaris dinyatakan bersalah oleh Biro Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) AS
Aktor Tom Hanks didapuk menjadi Kapten Sully. American Film Institute dan National Board of Review memilih film ini sebagai salah satu dari 10 film terbaik  tahun 2016.Â
Film ini juga masuk nominasi untuk Penyuntingan Suara Terbaik pada Academy Awards ke-89. Tapi sebelumnya, saya tidak pernah berfikir soal nilai-nilai kepemimpinan dan pengambilan keputusan dalam film ini. Setelah saya nonton ulang, baru saya faham kenapa teman saya ini ngotot saya mesti nonton ulang.
Lalu apa pelajaran yang menarik yang bisa dipetik dari film ini?
- Tiap orang pasti memiliki momen-momen yang menentukan dalam hidupnya. Momen yang mengubah arah hidupnya. Ada yang menghadapinya dengan baik, dan berhasil.Â
Tapi ada pula yang gagal, dan akhirnya kalah. "I had 40 years in the air but in the end, I'm going to be judged by 208 seconds," kata Kapten Sully saat memutar pesawat, bersiap untuk melakukan pendaratan di sungai Hudson yang dingin.Â
Bagaimana kita menghadapi momen-momen menentukan tersebut, ditentukan pada apa yang kita latih setiap hari pada hari-hari sebelumnya.
- Kuasai pekerjaan kita dengan begitu baik, sehingga ketika bertemu dengan momen yang menentukan, kita dapat mengambil keputusan dengan cepat berdasarkan insting dan intuisi kita, saat tidak ada lagi waktu untuk berpikir panjang dan menimbang-nimbang, seperti pada saat nornal. Caranya? Pelajari dan pelajari konsekuensi dari pekerjaan kita sehari-hari.
- Namun, tidak peduli berapa banyak yang kita pelajari, kita mungkin masih menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam waktu yang mendesak, kita harus mempercayai nyali dan intuisi kita.
- Dalam keadaan darurat, percaya pada diri sendiri dan percaya pada tim kita, sehingga kita dapat tetap tenang untuk membuat keputusan terbaik meski suasana mendesak.
- Split second decision dapat menjadi penentu hidup dan mati.
- Menyelamatkan nyawa adalah yang paling penting.
- Walaupun keputusan kita benar, beberapa orang akan tetap mempertanyakan keputusan kita. Jadi pegang teguh pendirian kita, berpikir jernih dan hindari prasangka buruk yang dapat memengaruhi bagaimana kita menilai situasi.
- Tidak ada masalah yang tidak punya jalan keluar. Yang jadi masalah, seringkali kita terpaku pada cara pandang tertentu sehingga seolah-olah tidak ada jalan keluar. Dalam keadaan buntu, kita harus cari cara pandang lain.
- Jangan berbicara terlalu banyak atau pada terlalu banyak orang, yang dapat membuat kita kehilangan fokus. Â Berkomunikasi secara efektif dan jelas kepada orang yang tepat, pada waktu yang tepat.
Kawan saya hanya manggut-manggut, ketika saya sampaikan poin-poin ini. Saya jadi ingat perkataan Aristoteles (384-322 SM), "Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Keunggulan (excellence), karena itu, bukanlah satu tindakan, tapi kebiasaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI