Mohon tunggu...
Wirzatur Riska
Wirzatur Riska Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunkasi, Universitas Islam Negeri Mataram

saya merupakan manusia yang suka malas-malasan tapi memiliki cita-cita menjadi presiden

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Politik Identitas Pilpres 2024 Memicu Fanatisme Masyarakat Indonesia

24 November 2023   18:06 Diperbarui: 24 November 2023   18:51 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024, merupakan pesta demokrasi terbesar yang ada di Indonesia. Pemilihan umum juga dapat dikatakan sebagai salah satu pilar demokrasi sebagai wahana perwujudan kedaulatan rakyat untuk menghasilkan pemerintahan yang demokratis. Pemilu 2024 diharapkan mampu membuat suatu pemerintahan yang mendapatkan legitimasi yang kuat dan amanah.

Suksesnya pemilu bukan hanya bersandar pada integritas penyelenggara pemilu, akan tetapi dilihat dari konteks kesamaan persepsi dari pemangku kebijakan dengan masyarakat. Sehingga menciptakan demokrasi yang baik dan mempunyai kualitas tinggi. Akan tetapi disetiap jelang pemilu khususnya Pilpres 2024, ancaman-ancaman yang merusak sistem demokrasi selalu menghantui, terutama ancaman politik identitas yang dapat mengancam keberlangsungan pesta demokrasi 2024. 

Apalagi yang kita lihat sekarang bahwa tingkat penyebaran ancaman bagi demokrasi sangatlah cepat dengan adanya media sosial sebagai jembatan penyebaaran informasi yang mempengaruhi persepsi publik. 

Jadi konteks pemilu sekarang ini sangat sensitive, karena semua orang memandang bahwa pemilu ini sebagai ajang pertarungan kepentingan, dan segala sesuatu yang terjadi selalu dikaitkan dengan konteks politik. Melalui pandangan ini timbul pertanyaan, bagaimana konteks politik identitas memicu fanatisme yang berlebihan di lingkungan masyarakat?.

Politik identitas dan fanatisme masyarakat

Permasalahan politik identitas bukan hanya terjadi jelang pilpres 2024 saja, akan tetapi masalah ini akan selalu muncul ketika pesta demokrasi berjalan di Indonesia. 

Politik identitas adalah bagaimana para pelaku politik atau para politisi menggunakan identitas-identitas tertentu untuk mengubah persepsi publik terhadap pasangan yang dipromosikan, biasanya politik identitas mengambil konteks suku, agama, kesamaan serta organisasi yang dianut. 

Sehingga dalam konteks ini akan terjadi polarisasi politik atau terpecah belahnya keadaan sosial masyarakat karena didoktrin sebagai anggota terdekat dari para calon demokrasi.

Politik identitas terjadi akibat masalah masyarakat terkena doktrin pemilu yang cukup sensitif, masyarakat terlalu takut karena ancaman ketika salah memilih partai politik maka akan terjadi ini dan itu, sehingga masyarakat akan berusaha masuk kedalam kubu tertentu, dan pada akhirnya fanatisme yang berlebihan timbul dalam diri masyarakat, dalam konteks inilah polarisasi politik terjadi.

Para Capres dan Cawapres yang berlomba-lomba untuk memenangkan suara rakyat akan lebih efektif mengambil politik identitas dibandingkan dengan money politik, karena selain mengurangi dana karena biaya politik yang mahal, politik identitas sangat efektif untuk mendoktrin masyarakat untuk mendukung secara penuh sesuai yang diinginkan oleh para calon. 

Oleh karena konteks inilah masalah fanatisme yang berlebihan menimbulkan perpecahan di lingkungan masyarakat. Penyebaran informasi yang tidak baik terjadi, saling menjatuhkan satu sama lain dan demokrasi di Indonesia terancam tidak bisa digunakan lagi.

Fanatisme akibat politik identitas inilah yang membuat kekacauan terjadi jelang Pilpres 2024, masyarakat saling menyalahkan satu sama lain, memberikan opini yang negatif terkait lawan politiknya, sehingga interaksi sosial yang begitu baik akan dirusak oleh fanatisme yang berlebihan antara satu kelompok dengan kelompok lain.

Dari masalah diatas kita dapat merumuskan bahwa konsep politik identitas ini merupakan salah satu kejahatan demokrasi,  pemilu yang seharusnya kita menemukan jati diri sebagai bangsa yang demokratis. Akan tetapi malah menjadi pemilu yang menakutkan dan memberi kesan buruk terhadap interaksi sosial masyarakat yang begitu intens. Dukung boleh tapi jangan terlalu fanatik!

Oleh sebab itu kita sebagai mahasiswa harus kritis dan bersikap independen dalam memilih, kita juga harus memberikan edukasi kepada masyarakat agar cerdas dalam memilih. Menghindari sikap fanatik dalam mendukung paslon yang akan dipilih. Mari ciptakan pemilu 2024 yang aman dan damai demi tercapainya demokrasi yang sempurna.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun