Mahasiswa Universitas Sebelas Maret mengadakan pelatihan penggunaan dan penyusunan buku elektronik interaktif pada masyarakat Desa Mrayan, Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo.Â
Berkolaborasi dengan SD Negeri 4 Mrayan, pada 18 Juni 2022 lalu, mahasiswa UNS, Ibni Wiryateja melakukan agenda tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan minat baca pada anak, khususnya pada bidang kesusastraan, melalui buku digital interaktif untuk anak, "KELANA" Kenali dan nikmati sastra.Â
Konten sastra dipilih, karena sastra telah terbukti berperan dalam peradaban manusia. Melalui sastra, peradaban umat manusia diabadikan. Nilai luhur diwariskan, dan menjaga kehidupan sosial tetap pada tatanan.
Buku yang dikembangkan selama lebih dari tiga bulan ini berawal dari keprihatinan terhadap fenomena pembelajaran pasca pademi yang menyebabkan kekagetan budaya pada anak dan masyarakat. Anak yang sebelumnya belum intensi mengenal gawai, diharuskan untuk belajar menggunakan perangkat tersebut.Â
Transisi model pembelajaran seperti ini menyebabkan tidak semua masyarakat dan anak mampu mengikuti dan menyikapinya dengan bijak. Akibatnya, setelah pembelajaran kembali ke system tatap muka atau Luring, penggunaan gawai tidak terkontrol lagi.
Gawai yang sebelumnya menjadi media pembelajaran, kini beralih fungsi menjadi wahana komunikasi dan bermain semata. Pembelajaran hampir tidak pernah lagi melalui perangkat tersebut.Â
Ditambah lagi dengan pengawasan yang kurang dari orang tua, menyebabkan gawai dan perangkat sejenis menjadi rawan untuk disalahgunakan. Perancangan buku teks elektronik interaktif juga mengacu pada hasil AKM Asesmen Kompetensi Dasar, Kemdikbud yang menyatakan bahwa kemampuan literasi tekstual mengalami tren penurunan.
Selain mengacu pada AKM dan fenomena pergeseran model pembelajaran, kesenjangan penggunaan buku teks digital juga menjadi alasan penyusunan buku ini. Buku teks pelajaran yang digunakan selama ini hanya berbentuk naskah pasif dengan ilustrasi. Hal ini dipandang tidak lagi menarik oleh peserta didik.Â
Salah satu anak usia sekolah dasar yang diwawancarai, Firma menyatakan
"Buku teks elektronik yang selama ini digunakan membosankan"Â
Hal senada juga diutarakan oleh warga sekitar yang memiliki anak bersekolah juga menyatakan hal serupa.Â
Sutrisno warga sekitar ketika dimintai keterangan menuturkanÂ
"Saya mengalami kesulitan untuk mengontrol dan mengarahkan anak saya dalam bermain gawai".
Melihat fenomena ini, patut dicermati jika muncul kekosongan. Di satu sisi, gawai tidak lagi digunakan sebagai media pembelajaran utama, namun di sisi lain, kebutuhan yang mendesak pada media pembelajaran yang menyenangkan belum terpenuhi.Â
Kedua hal mendasar inilah yang mendasari penyusunan buku elektronik interaktif sastra untuk anak "KELANA". Buku elektronik interaktif dipandang mampu memenuhi dua kebutuhan tersebut.
Buku interaktif yang dikembangkan melalui beberapa tahap sebelum akhirnya dikenalkan pada masyarakat. Awalnya buku dirancang mengacu pada observasi awal penugasan program kampus mengajar.Â
Observasi dilakukan dengan wawancara pada masyarakat setempat mengenai keluhan dan masalah yang muncul dalam proses pembelajaran putra-putri masyarakat desa Mrayan di era pasca pandemi.Â
Observasi juga dilakukan pada anak-anak dan warga khususnya yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar. Hingga akhirnya diperoleh catatan lapangan hasil observasi yang dikembangkan dengan berkonsultasi bersama dosen pembimbing lapangan.
Buku yang dikembangkan sebenarnya mengacu pada aplikasi yang telah lama dikenal masyarakat. Buku dikembangkan dengan media power point namun dilah sebagaimana mestinya sebuah buku baik berupa font, paper, layout disesuaikan dengan buku yang sebenarnya.Â
Power point dipilih karen operasinya mudah, mudah dikembangkan, input audio visual sederhana, terdapat efek dan sebagainya. Alhasil buku yang dikembangkan mahasiswa memiliki kemungkinan untuk dikembangkan lebih lanjut secara mandiri.
Pada tahap selanjutnya,, setelah buku dirancang maka masuk pada tahap uji coba. Uji Coba dilakukan pada warga yang memiliki anak usia sekolah dan warga yang berprofesi sebagai guru. Uji coba dilakukan sebanyak dua kali pada delapan orang yang berbeda. Uji coba bertujuan untuk mengetahui respon anak dan orang tua terhadap buku yang dikembangkan.Â
Berdasarkan uji coba yang dilakukan, delapan orang mengatakan bahwa putra putri mereka menyukai buku yang dikembangkan, sedangkan dua dari delapan orang menyatakan bahwa mereka merasa sedikit kebingungan dalam mengoperasikan. Berangkat dari temuan yang ada pengembangan buku dilanjutkan dengan penyederhanaan fitur dan perubahan desain secara minor.
Pada tahap terakhir pengembangan buku, buku yang sudah jadi kemudian disosialisasikan pada masyarakat. Sosialisasi dilakukan pada masyarakat di sekitar SDN 4 Mrayan khususnya yang memiliki putra putri di yang sedang bersekolah.Â
Sosialisasi meliputi ssialisasi pengoprasian, dan sosialisasi pengembangan dasar buku. Dengan sosialisasi diharapkan peserta mampu secara mandiri mengoperasikan buku dan turut mengembangkan buku sesuai dengan kebutuhan.
Kegiatan yang diikuti oleh sedikitnya 63 orang ini diharapkan mampu memberikan sudut pandang baru bagi proses pembelajaran di tengah masyarakat, yang lebih menyenangkan, dan mudah dipahami.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H