Mohon tunggu...
Wirtoyo Kamarudin
Wirtoyo Kamarudin Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Brokerpreneur, Freelance Marketing, WebDesign,

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kualitas Demokrasi Antara Pilkada dan Pandemi

24 November 2020   06:18 Diperbarui: 24 November 2020   06:23 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi masyarakat yang sedang mengalami keterpurukan ekonomi umumnya mereka tidak akan memperdulikan proses demokrasi yang baik seperti apa, mungkin bagi mereka pilkada justru akan menjadi ajang jual suara, siapa kandidat yang mau memberi cuan lebih, maka disitulah suara mereka akan dilabuhkan, jika kondisi ini terjadi maka sungguh sangat ironis sekali negeri ini. Alih -- alih ingin membangun proses demokrasi yang jujur dan berkadilan justru akan disajikan dengan realitas yang tidak sehat seperti ini.

Akan tidak menjadi persoalan jika masyarakat memilih benar-benar sesuai dengan hati nuraninya tanpa adanya paksaan dan tindakan transaksional yang menciderai proses demokrasi. 

Namun yang menjadi persoalan adalah bagaimana mereduksi praktek-praktek politik uang ditengah pandemi masyarakat, dan bagaimana memberikan batasan-batasan aturan yang mengkategorisasikan, mana itu politik uang dan mana itu modal politik yang harus disosilisasikan kepada masing-masing kandidat kepala daerah.

Tentu tidak akan mudah memberikan himbauan kepada masyarakat pemilih agar tidak menerima sesuatu imbalan berupa uang dari masing-masing kandidat kepala daerah, terlebih ditengah situasi pandemi seperti saat ini. 

Akan tetapi dengan menekankan aturan kepada masing-masing kontestan untuk lebih mempertajam program-program jika mereka terpilih mungkin itu akan menjadi salah satu cara untuk mereduksi terjadinya politik uang.

Sekali lagi saya katakan, itu memang tidak mudah dilakukan karena sulitnya pengawasan dalam praktik-praktik politik uang, mungkin benar ada kandidat kepala daerah telah melakukan prosedur pilkada secara jujur dan taat aturan pilkada, akan tetapi diakar rumput tim sukses atau simpatisan mereka tidak mentaati aturan maka apakah layak calon kepala daerah itu dikatakan memainkan politik uang? Ini tentunya akan menciptakan rasa ketidakadilan bagi salah satu kandidat calon kepada daerah.

Lantas, kualitas berdemokrasi seperti apa yang diharapkan oleh bangsa kita ketika menggelar hajatan pilkada? tentunya adalah kualitas berdemokrasi dimana ketika mereka yang memilih sudah tidak lagi membutuhkan materi bagi dirinya nya dan menyadari masa depan tidak ditentukan oleh nominal rupiah saat pencoblosan surat suara namun hati nuraninyalah yang berbicara, sementara untuk mereka yang bertarung memenangkan pilkada adalah mereka yang benar-benar tulus ikhlas untuk melayani masyarakat pemilihan dengan semangat berbagi dan mengabdi.

Penulis: Wirtoyo

https://wirtoyo.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun