Bersastra itu kita belajar untuk berpikir bagaimana caranya kita berbicara tanpa memandang privasi seseorang, tanpa merendahkan orang lain, tidak mengganggu kemaslahatan kelompok seperti bullying, perkataan kasar, kotor dan sampai penghinaan atas dasar bersastra. Perkataan kotor beda halnya dengan majas satire dan sarkas, mereka sama tujuannya untuk menjatuhkan tetapi gaya bahasa dalam bersastra jauh lebih merayu objek agar terkesan dan senang dengan ucapan kita.
Jadi, seni paling tinggi adalah kita berbicara dengan sastra. Dasar sastra adalah tata krama yang adiluhung, manusiawi dan beretika. Bersastra atau memberikan edukasi sastra berarti kalian harus memberikan dampak positif minimal dalam lingkungan sendiri maupun keluarga.
Coba hilangkan mindset sastra yang seakan membodohi karena anak-anak yang belajar sastra seakan menjadi pemalas dan hanya membaca buku dan menulis. No! It's process to be positive person. Karena kalau anak-anak sudah dijauhkan dengan sastra, maka kita menjadi bangsa yang amburadul dalam tutur kata dan tata krama.
Seperti hujan yang kita payungi
Berkahnya hanya sesaat
Seperti pelangi yang kita pandang
Indahnya hanya sebelah mata
Salam sastra, salam literasi.
Tabik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H