Lalu kemudian, menyimpulkan dalam hati bahwa mungkin karena  hanya melihat sekilas  atau sedikit saja dari sekian banyak pekerjaan dokter. Jika telusuri lebih dalam, mungkin ternyata sangat jauh dari apa yang terlintas dalam pikiran. Bagitulah kiranya terkadang Abang menyikapi profesi ini.
Dan secara umum, taraf hidup dokter dan guru adalah dua hal yang tak patut untuk "dibandingkan". Berat sebelah itu.
Tentang profesi guru. Pandagan orang di luar dari seorang guru, mungkin juga demikian. Karena hanya melihat sepintas saja.  Sehingga menganggap profesi guru itu, "gampang". Dan tidak layak dibayar "mahal" seperti halnya dokter (pada umumnya).
Dalam hal ini, si Abang boleh beropini dong yah. Bahwa sesungguhnya profesi guru itu adalah salah satu pekerjaan yang paling rumit. Banyak aspek yang harus dikuasai oleh seorang guru untuk bisa melakukan pekerjaannya dengan baik.
Tidak salah, jika negara-negara maju yang memiliki sistem pendidikan yang dicap "terbaik" seperti Finlandia dan Singapura sangat fokus terkait calon guru dan kualitas guru.
Mungkin banyak yang tidak percaya pekerjaan guru itu rumit. Begini, objek pekerjaan guru adalah manusia. Yang memiliki dinamika kehidupan yang sangat kompleks. Jika dalam satu ruangan kelas ada 40 orang siswa.
Itu artinya, guru menghadapi 40 jenis objek dengan keunikan dan perubahan berbeda-beda. Selain penguasaan materi ajar, guru harus memiliki kemampuan "luar biasa" yang melibatkan batin dan fikiran.
Jika ada manusia dengan tingkat kompetensi tertinggi, baik dari segi apapun. Seharusnya, orang yang demikianlah yang layak menjadi guru. Sehingga mampu, mengemban dan melaksanakan tugas guru itu seutuhnya.
Sambil berjemur dan menikmati udara sejuk Jatinangor, tulisan ini pun diakhiri saja. Panas mataharinya ternyata menaikkan "emosional" juga. Hehe..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H