Tetapi pemerintah harus mulai membentuk guru dari "bibitnya". Sejak awal seseorang menjadi calon guru. Seperti halnya yang dilakukan oleh petani yang berada di Puncak Pulau Samosir itu.
Passing Grade Jurusan Keguruan Harus Ditingkatkan
Sistem pendidikan di perguruan tinggi (PT) percaya bahwa kemampuan intelektual dasar dari seseorang berpengaruh besar terhadap kualitasnya ketika sudah tamat dari perguruan tinggi. Hal inilah yang teramati dari adanya perbedaan tingkat passing grade untuk masuk perguruan tinggi. Dalam hal ini terkhusus untuk PT negeri.
Pun di PT swasta begitu, namun dengan sistem yang berbeda. Seperti melakukan tes saringan masuk ke suatu fakultas atau jurusan. Jika tidak lulus sesuai dengan standar nilai, maka si calon mahasiswa tidak bisa berkuliah di jurusan tersebut.
Passing grade dari jurusan keguruan adalah satu yang terendah dari sekian banyak fakultas dan atau jurusan yang ada di PT negeri. Jika lihat dari data tahun ke tahun  upaya pemerintah untuk meningkatkan passing grade calon mahasiswa keguruan belum pernah terjadi.Â
Artinya dari sekian banyak kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru, sejauh ini, belum ada rencana peningkatan kualitas guru dengan memperbaiki "bibit" dari guru itu sendiri.Â
Hal ini juga sinkron dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan gaji guru. Sehingga di mata masyarakat selama ini, professi guru itu seakan pekerjaan "gampangan".
Coba dibandingkan antara profesi guru dan profesi dokter. Bukan bermaksud "membandingkan" yang sifatnya diskriminatif. Tetapi mencoba melihat dari realita yang ada di masyarakat.
Profesi dokter adalah salah satu pekerjaan yang diidamkan oleh kaum muda. Buktinya, ketika kita bertanya dalam satu kelas di sekolah. Salah satu cita-cita siswa yang paling populer adalah "ingin menjadi dokter".
Juga bisa teramati dari peminat fakultas kedokteran dalam seleksi masuk PT. Walaupun tetap banyak yang ingin menjadi profesi lain, seperti di bidang IT dan teknik. Namun yang paling jarang itu adalah "ingin menjadi guru". Sedih.. Abang tuh.Â
Sekali lagi tidak bermaksud diskriminatif. Ketika berobat ke dokter, sering terlintas dalam fikiran. Pekerjaan dokter itu kayaknya gampang sekali, tetapi mengapa untuk masuk kuliah kedokteran itu harus orang-orang yang terpintar dalam suatu seleksi.Â