"Maman! Fauzan! Kalian di mana? Sudah siap berangkat?" teriakku sambil mencari keberadaan mereka di semua penjuru basecamp. Sepi! Aku tidak bisa menemukan mereka berdua. Lalu kudengar suara dua sepeda motor yang baru dinyalakan mesinnya. Dan benar, mereka berdua sudah siap di atas sepeda motor masing-masing.
"Tunggu!" teriakku. Mereka berdua batal tancap gas. Untung aku belum terlambat.
"Mia, kukira kamu sudah berangkat sama teman-teman tadi?" tanya Maman.
"Aku baru bangun, jadi ketinggalan rombongan, kalau begitu satu sepeda motor ini aku yang bawa!" ucapku tanpa meminta pertimbangan mereka.
"Gak mau, biar kugonceng aja, medannya sulit!" Fauzan menawarkan jasanya.
"Gak mau, aku bisa nyetir sendiri, kalian boncengan berdua aja!" Gengsiku setinggi langit ketujuh. Aku mengambil alih salah satu sepeda motor itu. Maman dengan suka rela turun dari sepeda motor yang ia naiki lalu memberikan kunci motor kepadaku. Kami pun berangkat.
Suasana di balai desa cukup kondusif karena FGD sudah dimulai. Beberapa panitia terdiri dari mahasiswa KKN dan perangkat desa masih berjaga di luar untuk mendata daftar hadir peserta FGD. Kedatangan kami bertiga disambut oleh mereka. Setelah tanda tangan pada daftar hadir, kami masuk ke dalam ruang FGD.Â
"Pemuda-pemuda di sini masih kesulitan mendapatkan pekerjaan, termasuk anak saya, sehingga program kerja di bidang ekonomi sangat penting untuk dilaksanakan," ujar salah seorang warga bernama Bu Siti.Â
"Betul itu, kita perlu membuat lowongan pekerjaan bagi pemuda desa ini, atau membuka usaha-usaha baru yang bisa membangun perekonomian warga," respon Pak Huda.Â
Diskusi berlangsung cukup alot karena mereka saling curhat tentang masalah pribadi masing-masing. Pak Galih selaku moderator kemudian mengambil alih.Â
"Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian, kami memahami bahwa banyak keluhan yang bisa disampaikan di FGD ini, namun agar program kerja yang kita adakah bersama teman-teman mahasiswa KKN bisa berjalan dengan baik, maka kita fokuskan pada permasalahan desa yang sangat urgen dan membawa dampak yang cukup besar bagi kita semua. Jadi, tidak hanya untuk kepentingan perorangan saja," jelas Pak Galih. Beliau kemudian membuka sesi diskusi kembali.Â