Indonesia memiliki potensi sumber daya dan produksi ikan yang sangat besar dan merupakan negara penghasil ikan nomor lima terbesar di dunia setelah Cina, Peru, Chili dan Amerika Serikat. Ironisnya negeri dengan luas laut sekitar 5,8 juta km, dengan potensi sumber daya laut yang berlimpah ruah seperti, ikan, kepiting, udang, kerang-kerangan dan berbagai sumber daya laut lainnya hustru sebagian besar penduduk nelayannya masih hidup miskin dalam berbagai keterbatasan, baik ekonomi, sosial, politik maupun pendidikan.
Beberapa hasil penelitian tentang kemiskinan yang menunjukan bahwa di antara kelompok masyarakat miskin, kelompok nelayan tradisional merupakan kelompok yang paling miskin serta merupakan kelompok sosial terbesar dalam populasi masyarakat nelayan di Indonesia. Kondisi ini disebabkan oleh tingginya ketergantungan nelayan tradisional kepada keadaan alam. Artinya, dalam melaksanakan kegiatan usahanya nelayan tradisional sangat tergantung pada kondisi alam. Apabila cuaca buruk, maka aktivitas bekerja nelayan tradisional akan mengalami hambatan. Menurut data DKP dan BPN (2009), 37.09 % penduduk Indonesia adalah penduduk miskin, 66 % di antaranya merupakan penduduk pedesaan termasuk di dalamnya nelayan, masyarakat pesisir, dan pembudidaya perikanan. Dari keseluruhan penduduk miskin di pedesaan, ternyat  a 90 % di antaranya bekerja tetapi tetap miskin karena mereka tidak mempunyai akses yang nyata terhadap sumbersumber ekonomi, tanah, modal dan teknologi.
Desa Seraya merupakan sebuah desa yang terletak di bagian timur pulau Bali tepatnya di Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Desa Seraya terdiri dari 13 Banjar Dinas, berdasarkan data profil desa tahun 2021, jumlah penduduknya mencapai 7.360 jiwa dari 1.215 KK dan sekitar 2% dari total populasinya berprofesi sebagai nelayan. Profesi sebagai nelayan di Desa Seraya bukan serta merta sebagai pencari ikan atau penangkap ikan ke laut, namun terdapat beberapa jenis pekerjaan lagi dalam profesi yang mereka sandang tersebut. Penulis dalam hal ini melakukan penelitian kecil dengan observasi langsung dan wawancara dengan para nelayan di Pantai Yeh Kali, Banjar Yeh Kali pada Senin, 27 September 2021 Pukul 09.00 WITA tepat pada saat para penangkap ikan berlabuh ke pesisir.
- Pada kenyataannya para nelayan Desa Seraya ini seluruhnya menggunakan metode penangkapan ikan tradisional untuk mencari ikan ke laut. Mereka akan berangkat sekitar pukul 04.00 -- 05.00 dan kembali rata-rata pukul 09.00 dengan menggunakan perahu tradisional dengan mesin seadanya. Dalam sehari di cuaca yang cerah, ada sekitar 10-15 kapal nelayan yang berangkat ke laut untuk mencari ikan. Dan setiap kapal rata-rata mampu mendapatkan 15 ember besar ikan tongkol atau yang disebut bek awan oleh masyarakat lokal. Ikan hasil tangkapan akan di angkut oleh buruh angkut menuju pesisir untuk kemudian di jual ke para penjual keliling, masyarakat pembeli yang langsung datang ke pantai dan sebagaian besar ikan akan didistribusikan ke pengepul ikan di Pantai Kusamba, Kabupaten Klungkung. Pengepul ikan akan mengolah ikan menjadi pindang untuk kemudian dipasarkan ke Denpasar, Gianyar, Klungkung, Bangli dan sekitarnya.
- Menurut penelusuran yang penulis lakukan, ternyata profesi nelayan yang selama ini kita generalisasikan hanya sebagai para pencari ikan ke laut itu tampaknya keliru. Ekosistem dari profesi nelayan tidak sesederhana dan sekecil yang dibayangkan public selama ini. Ada beberapa profesi yang dapat disajikan dalam gambar berikut :
- Buruh angkut ini merupakan ibu-ibu sekitar yang berjumlah sekitar 30 orang yang bertugas untuk mengangkut ikan tangkapan dari kapal nelayan menuju darat/mobil nelayan. Mereka biasa mendapatkan upah Rp 1.500-2.000/orang untuk sekali angkut sebuah ember besar berisi ikan penuh.
- Buruh Angkat adalah bapak-bapak yang juga warga sekitar berjumlah 10 orang (1 kelompok) yang bertugas mengangkat kapal nelayan menuju pesisir ketika nelayan datang dari laut. Upah mereka berkisar Rp 25.000 -- 30.000 perkapal untuk 1 kelompok pengangkut.
- Penjual ikan lokal adalah penjual ikan yang membeli ikan dari nelayan dan menjual kembali ke masyarakat (berjualan keliling dengan motor atau di pasar).
- Konsumen bisa masyarakat maupun pengepul ikan di daerah lain.
Di era digital atau era disrupsi seperti saat ini, pelaku usaha apapun dituntut untuk memiliki inovasi-inovasi dan juga terobosan baru dalam bisnisnya. Hal ini berlaku untuk semua sektor bisnis termasuk untuk para nelayan ini. Sektor usaha dan bisnis harus mampu memukan The Main baru dalam bisnisnya, karena the main is no longer the main (Rhenald Kassali, 2019:47). Seperti contoh Gojek yang awalnya hanya merupakan platform yang menawarkan jasa transportasi, tapi bisa kita lihat saat ini Gojek sudah menjadi startup dengan berbagai layaanan mulai dari Go-Food, Go-Send, Go-Tix, Go-Car, dan lainnya. Begitu juga PLN sebagai perusahaan listrik nasional yang saat ini juga sudah membuka cabang usaha baru dengan menawarkan layanan data internet bagi konsumennya. Ini lah yang dimaksud oleh Rhenald Kassali dalam Bukunya The Great Shifting dan M#O bahwa bisnis dan usaha harus shifting agar terus dapat eksis dan tetap berkembang di era disrupsi saat ini. Tidak dapat hanya mengandalkan satu sumber pendapatan (the main) tapi harus mampu mengembangkan the main baru dalam bisnisnya.
Hal ini juga harus menjadi perhatian bagi para nelayan di Desa Seraya sebagai pelaku bisnis ikan. Mereka yang selama ini hanya mengandalkan penjualan ikan ke konsumen lokal atau pun mengekspor ikan segar ke Pantai Kusamba di Klungkung, tidak boleh terus terjebak dalam the main bisnisnya itu. Tetapi harus mengembangkan bisnis ikannya dan menemukan the main baru di bisnis ini. Lalu apa yang bisa dilakukan?
Inovasi dan Strategi Pengembangan Nelayan di Era Digital
Digitalisasi sektor kehidupan seperti saat ini mencipatakan peluang usaha dan bisnis yang sangat besar dan bebas dalam dunia perekonomian. Peluang ini tercipta karena perkembangan teknologi informasi telah membuat seluruh dunia, seluruh umat manusia dapat terhubung kapan saja, dimana saja secara realtime. Hal ini kemudian disebut connected society oleh Rhenald Kassali dalam bukunya The Great Shifting Tahun 2018. Rhenald Kassali mengungkapkan bahwa dunia digital menghadirkan cara baru berbisnis yang sifatnya multisided dan melahirkan network effect yang merupakan kolaborasi banyak hal pada waktu yang bersamaan. Para actor-actor ekonomi digital terus berinovasi yang mengubah persaingan produk menjadi persaingan platform. Apalagi gaya hidup konsumen saat ini sudah bergeser, dimana masyarakat yang kita kenal sebagai masyarakat digital saat ini lebih cenderung melakukan transaksi jual beli di internet atau secara online. Membeli atau menjual makanan, minuman, barang, baju, dan kebutuhan lainnya sudah melalui platform-platform digital yang menawarkan kemudahan, praktis, delivery langsung dan tentunya jauh lebih murah. Hal inilah yang harusnya menjadi perhatian dan atensi para nelayan desa Seraya terutama pemerintah desa Seraya untuk mengambil langkah maju dalam pemberdayaan ekonomi nelayan di era disrupsi oleh transformasi teknologi informasi digital saat ini.
Pemerintah Desa Seraya seharusnya menjadi actor penggerak dan inisiator bagi para nelayan untuk mengembangkan usaha baru yang bisa diolah dari usaha ikannya selama ini. Apalagi di era pembangunan berpusat ke desa, dengan dana desa yang sangat besar nominalnya dan sangat potensial untuk dimanfaatkan untuk pengembangan ekonomi perdesaan di era digital. Hal ini juga searah dengan pernyataan Menteri Desa PDTT seperti yang dilansir jurnas.com bahwa Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan Produk Unggulan Desa (Prukades) merupakan dua motor penggerak utama dalam pertumbuhan dan pengembangan ekonomi pedesaan.
Namun pada kenyataannya Bumdes desa Seraya selama ini hanya mengandalkan unit usaha simpan pinjam keuangan yaitu Koperasi UED untuk menjadi badan usaha desa. Sebenarnya Bumdes juga memiliki unit usaha Toko Grosir di pusat desa, tetapi telah dilaporkan bangkrut dan ditutup beberapa tahun terakhir. Kebangkrutan ini menurut informasi dari beberapa warga disebabkan oleh persaingan yang ketat oleh bisnis sejenis yang sudah banyak dibangun oleh masyarakat lokal dengan jaringan konsumennya yang sudah luas dan loyal. Selain juga ada isu-isu berkembang bahwa uang usaha toko desa itu di salah gunakan oleh salah seorang pejabat Bumdes.
Dengan masih minimnya kreasi dan inovasi usaha Bumdes, terlebih lagi Desa Seraya yang belum memiliki produk unggulan desa seperti yang diamanatkan oleh Kemendesa PDTT, maka sudah seharusnya Pemerintah Desa melalui Bumdes untuk membuat sebuah inovasi baru dalam menciptkan produk unggulan desa dengan memanfaatkan potensi nelayan yang dimiliki Desa Seraya. Seperti data pada Profil Desa Seraya tahun 2021 para nelayan dapat menghasilkan 10.000 ton/tahun ikan jenis tongkol. Jumlah ini tentu sangat besar dan potensial. Dan sangat ironis karena salama ini ikan segar tadi hanya di jual ke masyarakat dan didistribusikan ke Kusamba yang tentunya tidak memberikan nilai tambah pada nilai jual ikan mereka. Padahal para distributor ikan di Kusamba bisa menjual ikan jauh lebih mahal dari yang mereka beli dari nelayan desa Seraya ke wilayah Denpasar, Bangli, Gianyar dan sekitarnya.
Peluang ini harus dimanfaatkan oleh Pemerintah Desa Seraya dengan memanfaatkan pengelolaan dana desa untuk membangun the main baru bagi Bumdes dan juga nelayan desa Seraya. Hal ini seperti yang sudah diamanatkan dalam Permendesa Nomor 6 Tahun 2020 Pasal 8 ayat 1c yang menyebutkan bahwa "prioritas penggunaan Dana Desa salah satunya adalah pengadaan, pembangunan, pengembangan,serta pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat Desa meliputi: 1) usaha budidaya pertanian (on farm/off farm) dan/atau perikanan untuk ketahanan pangan; 2) usaha industri kecil dan/atau industri rumahan, dan pengolahan pasca panen; dan 3) usaha ekonomi budidaya pertanian (on farm/off farm) dan/atau perikanan berskala produktif - 10 - meliputi aspek produksi, distribusi dan pemasaran yang difokuskan pada pembentukan dan pengembangan produk unggulan Desa dan/atau produk unggulan kawasan perdesaan".
Dengan segala peluang, kesempatan, dukungan regulasi dan anggaran di atas the main apa yang harus dikembangkan Bumdes dan para nelayan beserta ekosistemnya? Menurut penulis ada beberapa inovasi pendapatan baru atau dalam Undang-Undang RI Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan disebut mata pencaharian alternative (MPA) yang dapat dikembangkan di desa Seraya :
- Pemerintah Desa Seraya melalui Bumdes dengan prinsip sharing economy dengan para nelayan dimana Bumdes menjadi actor pemasaran model baru yaitu dengan melakukan pemasaran dan penjualan ikan melalui platform-platform digital seperti e-commerce yang berkembang seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dan lain-lain. Hal ini tentu dapat dilakukan dengan mudah, gratis dan cepat karena platform-platform tadi menyediakan layanan gratis untuk berjualan produk di ekosistem mereka. Dengan keterbatasan literasi digital dan digital talent para nelayan tentu Bumdes lah yang harus mewadahi hal ini. Bumdes menerapkan teori mobilisasi dan orkestrasi yang dipaparkan oleh Rhenald Kassali. Ketika produk ikan seraya sudah memasuki ekosistem e-commerce atau platform digital lain maka Bumdes dapat menindaklanjutinya dengan branding gratis masa kini yaitu dengan memanfaatkan media social seperti Instagram dan Facebook. Hal ini juga sejalan dengan realitas bahwa selama ini bahkan Pemerintah Desa Seraya sendiri belum memiliki akun medsos memberikan keterbukaan pelayanan dan informasi bagi warganya. Dengan branding, advertising melalui medsos tentu daya jangkaunya akan sangat luas. Apalagi ketika pemerintah desa bias memanfaatkan rasa kecintaan masyarakat local akan produk-produk dari desanya sendiri. Misalkan dengan membuat postingan-postingan di Instagram dan Fcebook dengan hastag-hastag yang menarik seperti #ikanserayaenak #ayobeliikanseraya #ikanserayakeren. Nah dengan model-model seperti ini maka akan menarik simpati dan rasa bangga masyarakat dunia digital terutama masyarakat setempat sehingga akan termobilisasi untuk men-share dan menyebarluaskan postingan produk ikan tersebut.
- Pemerintah desa melalui Bumdes mendorong pengolahan produk baru dari ikan nelayan tersebut dengan membuat produk-produk olahan yang bersifat home industry yang tahan lama atau kemasan. Produk olahan yang sangat potensial adalah abon ikan, sate lilit akan frozen, sosis ikan tongkol, ikan tongkol presto, krupuk ikan tongkol, ikan tongkol siap saji, dan lain-lain. Dengan pengolahan produk ikan seperti ini, Bumdes bisa memberdayakan para buruh nelayan untuk menjadi pekerja dan memberikan mereka penghasilan tambahan dari usaha ini. Bumdes mengambil peran menjadi pemodal, pemasaran dan penjual dengan model-model digital seperti yang dijelaskan sebelumnya sekaligus bisa menciptakan Prukades. Potensi ini sangat besar, sate lilit frozen misalnya yang selama ini sangat digemari bukan hanya masyarakat Bali namun juga oleh masyarakat luar Bali. Kita bisa lihat di Tokopedia misalnya satu paket sate lilit ayam khas bali yang berisi 10 tusuk bisa dijual seharga Rp 33.000,-. Sementara di Shopee akun penjual dari Kabupaten Badung menjual produk sejenis dengan harga Rp 41.999,- dan sudah terjual sebanyak 225 paket. Dengan strategi penjualan seperti ini Bumdes dapat menginisiasi produk-produk olahan ikan tersebut dengan packaging yang baik dan mengambil identitas khas desa Seraya, kemudian branding di media social dan memanfaatkan mobilisasi netizen untuk mengorkestrasi pemasaran produk tersbut di dunia digital.
- Inovasi di atas tentu akan berjalan dengan efektif dan sustainable bila ada dukungan dari Pemerintah Kabupaten Karangasem. Pemerintah desa harus menindaklanjuti produk dan inovasi di atas dengan berkomunikasi kepada Bupati Karangasem untuk membuat intervensi kebijakan dan juga dukungan politis kepada produk-produk ini kedepannya. Hal ini bisa kita contoh dari Kabupaten Sragen dan Kabupaten Brebes di Jawa Tengah dimana pemerintah daerahnya melakukan kerjasama dengan Indomaret, Alfamart dan toko modern lain untuk mengembangkan produk-produk unggulan dan produk UMKM local daerahnya. Toko-toko modern tersebut diwajibkan untuk menjadi tempat pemasaran atau penjualan produk-produk unggulan local daerahnya. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Sragen juga bekerjasama dengan dengan Indomaret dalam pelatihan UMKM bagi masyarakat. Indomaret melalui CSR nya mengadakan pelatihan produksi, packaging, branding dan pemasaran produk bagi masyarakat dan pelaku UMKM yang sudah dilaksanakan dari Tahun 2018. Sementara Kabupaten Brebes sudah menerapkan hal ini pada September 2021. Hal ini tentu saja juga harus menjadi inovasi bagi pemerintah desa melalui Pemerintah Kabupaten Karangasem mengingat begitu banyaknya toko modern yang ada di Bumi Lahar tersebut. Dengan produk olahan ikan Seraya yang masuk ekosistem toko modern tentu akan mengembangkan pemasaran yang lebih luas selain dengan ekosistem e-commerce. Selain itu dengan kerjasama pelatihan UMKM oleh sector swasta tentu akan membantu Bumdes untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi para buruh nelayan desa Seraya dalam usaha produksi olahan ikan sebagai the main baru dalam mata pencahariannya.
- Inovasi lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah desa melalui Bumdes adalah bekerjasama dengan pihak swasta atau platform digital untuk membangun aplikasi pemasaran ikan dan produk olahan khusus milik desa. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Desa Kertayasa di Kabupaten Kuningan yang bekerjasama dengan Kururio Indonesia (jasa transportasi online) dan Juga Koperasi RKK membangun e-commerce khsusus untuk mengembangkan UMKM di Desa Kertayasa dan juga wilayah lain di Kuningan. Selain itu Kururio juga mengadakan pelatihan digital kepada masyarakat dan pelaku UMKM di Desa Kertayasa sehingga mampu memberikan literasi digital terkait ekosistem pasar digital di era saat ini. Hal ini dilakukan untuk mendorong masyarakat terudaksi tentang ekonomi digital dan mendorong UMKM untuk memanfaatkan market place sebagai pasar baru dalam penjualan produksinya di era new normal baik selama pandemic maupun pasca pandemic kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H