Mohon tunggu...
Wira Sanjaya
Wira Sanjaya Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Semesta

Indonesia Hebat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

The Main Baru untuk "Bek Awan" Seraya di Era Disrupsi

17 November 2021   19:31 Diperbarui: 18 November 2021   13:13 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun pada kenyataannya Bumdes desa Seraya selama ini hanya mengandalkan unit usaha simpan pinjam keuangan yaitu Koperasi UED untuk menjadi badan usaha desa. Sebenarnya Bumdes juga memiliki unit usaha Toko Grosir di pusat desa, tetapi telah dilaporkan bangkrut dan ditutup beberapa tahun terakhir. Kebangkrutan ini menurut informasi dari beberapa warga disebabkan oleh persaingan yang ketat oleh bisnis sejenis yang sudah banyak dibangun oleh masyarakat lokal dengan jaringan konsumennya yang sudah luas dan loyal. Selain juga ada isu-isu berkembang bahwa uang usaha toko desa itu di salah gunakan oleh salah seorang pejabat Bumdes.

Dengan masih minimnya kreasi dan inovasi usaha Bumdes, terlebih lagi Desa Seraya yang belum memiliki produk unggulan desa seperti yang diamanatkan oleh Kemendesa PDTT, maka sudah seharusnya Pemerintah Desa melalui Bumdes untuk membuat sebuah inovasi baru dalam menciptkan produk unggulan desa dengan memanfaatkan potensi nelayan yang dimiliki Desa Seraya. Seperti data pada Profil Desa Seraya tahun 2021 para nelayan dapat menghasilkan 10.000 ton/tahun ikan jenis tongkol. Jumlah ini tentu sangat besar dan potensial. Dan sangat ironis karena salama ini ikan segar tadi hanya di jual ke masyarakat dan didistribusikan ke Kusamba yang tentunya tidak memberikan nilai tambah pada nilai jual ikan mereka. Padahal para distributor ikan di Kusamba bisa menjual ikan jauh lebih mahal dari yang mereka beli dari nelayan desa Seraya ke wilayah Denpasar, Bangli, Gianyar dan sekitarnya.

Peluang ini harus dimanfaatkan oleh Pemerintah Desa Seraya dengan memanfaatkan pengelolaan dana desa untuk membangun the main baru bagi Bumdes dan juga nelayan desa Seraya. Hal ini seperti yang sudah diamanatkan dalam Permendesa Nomor 6 Tahun 2020 Pasal 8 ayat 1c yang menyebutkan bahwa "prioritas penggunaan Dana Desa salah satunya adalah pengadaan, pembangunan, pengembangan,serta pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat Desa meliputi: 1) usaha budidaya pertanian (on farm/off farm) dan/atau perikanan untuk ketahanan pangan; 2) usaha industri kecil dan/atau industri rumahan, dan pengolahan pasca panen; dan 3) usaha ekonomi budidaya pertanian (on farm/off farm) dan/atau perikanan berskala produktif - 10 - meliputi aspek produksi, distribusi dan pemasaran yang difokuskan pada pembentukan dan pengembangan produk unggulan Desa dan/atau produk unggulan kawasan perdesaan".

Dengan segala peluang, kesempatan, dukungan regulasi dan anggaran di atas the main apa yang harus dikembangkan Bumdes dan para nelayan beserta ekosistemnya? Menurut penulis ada beberapa inovasi pendapatan baru atau dalam Undang-Undang RI Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan disebut mata pencaharian alternative (MPA) yang dapat dikembangkan di desa Seraya :

  • Pemerintah Desa Seraya melalui Bumdes dengan prinsip sharing economy dengan para nelayan dimana Bumdes menjadi actor pemasaran model baru yaitu dengan melakukan pemasaran dan penjualan ikan melalui platform-platform digital seperti e-commerce yang berkembang seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dan lain-lain. Hal ini tentu dapat dilakukan dengan mudah, gratis dan cepat karena platform-platform tadi menyediakan layanan gratis untuk berjualan produk di ekosistem mereka. Dengan keterbatasan literasi digital dan digital talent para nelayan tentu Bumdes lah yang harus mewadahi hal ini. Bumdes menerapkan teori mobilisasi dan orkestrasi yang dipaparkan oleh Rhenald Kassali. Ketika produk ikan seraya sudah memasuki ekosistem e-commerce atau platform digital lain maka Bumdes dapat menindaklanjutinya dengan branding gratis masa kini yaitu dengan memanfaatkan media social seperti Instagram dan Facebook. Hal ini juga sejalan dengan realitas bahwa selama ini bahkan Pemerintah Desa Seraya sendiri belum memiliki akun medsos memberikan keterbukaan pelayanan dan informasi bagi warganya. Dengan branding, advertising melalui medsos tentu daya jangkaunya akan sangat luas. Apalagi ketika pemerintah desa bias memanfaatkan rasa kecintaan masyarakat local akan produk-produk dari desanya sendiri. Misalkan dengan membuat postingan-postingan di Instagram dan Fcebook dengan hastag-hastag yang menarik seperti #ikanserayaenak #ayobeliikanseraya #ikanserayakeren. Nah dengan model-model seperti ini maka akan menarik simpati dan rasa bangga masyarakat dunia digital terutama masyarakat setempat sehingga akan termobilisasi untuk men-share dan menyebarluaskan postingan produk ikan tersebut.
  • Pemerintah desa melalui Bumdes mendorong pengolahan produk baru dari ikan nelayan tersebut dengan membuat produk-produk olahan yang bersifat home industry yang tahan lama atau kemasan. Produk olahan yang sangat potensial adalah abon ikan, sate lilit akan frozen, sosis ikan tongkol, ikan tongkol presto, krupuk ikan tongkol, ikan tongkol siap saji, dan lain-lain. Dengan pengolahan produk ikan seperti ini, Bumdes bisa memberdayakan para buruh nelayan untuk menjadi pekerja dan memberikan mereka penghasilan tambahan dari usaha ini. Bumdes mengambil peran menjadi pemodal, pemasaran dan penjual dengan model-model digital seperti yang dijelaskan sebelumnya sekaligus bisa menciptakan Prukades. Potensi ini sangat besar, sate lilit frozen misalnya yang selama ini sangat digemari bukan hanya masyarakat Bali namun juga oleh masyarakat luar Bali. Kita bisa lihat di Tokopedia misalnya satu paket sate lilit ayam khas bali yang berisi 10 tusuk bisa dijual seharga Rp 33.000,-. Sementara di Shopee akun penjual dari Kabupaten Badung menjual produk sejenis dengan harga Rp 41.999,- dan sudah terjual sebanyak 225 paket. Dengan strategi penjualan seperti ini Bumdes dapat menginisiasi produk-produk olahan ikan tersebut dengan packaging yang baik dan mengambil identitas khas desa Seraya, kemudian branding di media social dan memanfaatkan mobilisasi netizen untuk mengorkestrasi pemasaran produk tersbut di dunia digital.
  • Inovasi di atas tentu akan berjalan dengan efektif dan sustainable bila ada dukungan dari Pemerintah Kabupaten Karangasem. Pemerintah desa harus menindaklanjuti produk dan inovasi di atas dengan berkomunikasi kepada Bupati Karangasem untuk membuat intervensi kebijakan dan juga dukungan politis kepada produk-produk ini kedepannya. Hal ini bisa kita contoh dari Kabupaten Sragen dan Kabupaten Brebes di Jawa Tengah dimana pemerintah daerahnya melakukan kerjasama dengan Indomaret, Alfamart dan toko modern lain untuk mengembangkan produk-produk unggulan dan produk UMKM local daerahnya. Toko-toko modern tersebut diwajibkan untuk menjadi tempat pemasaran atau penjualan produk-produk unggulan local daerahnya. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Sragen juga bekerjasama dengan dengan Indomaret dalam pelatihan UMKM bagi masyarakat. Indomaret melalui CSR nya mengadakan pelatihan produksi, packaging, branding dan pemasaran produk bagi masyarakat dan pelaku UMKM yang sudah dilaksanakan dari Tahun 2018. Sementara Kabupaten Brebes sudah menerapkan hal ini pada September 2021. Hal ini tentu saja juga harus menjadi inovasi bagi pemerintah desa melalui Pemerintah Kabupaten Karangasem mengingat begitu banyaknya toko modern yang ada di Bumi Lahar tersebut. Dengan produk olahan ikan Seraya yang masuk ekosistem toko modern tentu akan mengembangkan pemasaran yang lebih luas selain dengan ekosistem e-commerce. Selain itu dengan kerjasama pelatihan UMKM oleh sector swasta tentu akan membantu Bumdes untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi para buruh nelayan desa Seraya dalam usaha produksi olahan ikan sebagai the main baru dalam mata pencahariannya.
  • Inovasi lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah desa melalui Bumdes adalah bekerjasama dengan pihak swasta atau platform digital untuk membangun aplikasi pemasaran ikan dan produk olahan khusus milik desa. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Desa Kertayasa di Kabupaten Kuningan yang bekerjasama dengan Kururio Indonesia (jasa transportasi online) dan Juga Koperasi RKK membangun e-commerce khsusus untuk mengembangkan UMKM di Desa Kertayasa dan juga wilayah lain di Kuningan. Selain itu Kururio juga mengadakan pelatihan digital kepada masyarakat dan pelaku UMKM di Desa Kertayasa sehingga mampu memberikan literasi digital terkait ekosistem pasar digital di era saat ini. Hal ini dilakukan untuk mendorong masyarakat terudaksi tentang ekonomi digital dan mendorong UMKM untuk memanfaatkan market place sebagai pasar baru dalam penjualan produksinya di era new normal baik selama pandemic maupun pasca pandemic kedepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun