Namun terlepas dari itu, tuntutan modernisasi alutista ditambah visi membentuk poros maritim jelas tak mungkin dilakukan dengan anggaran saat ini. Apalagi dengan anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga diatas 14.000 membuat situasi makin runyam. Dolar kian kuat otomatis belanja alutsista jadi makin mahal, maklum mayoritas alutsista masih bertumpu pada impor dari negara lain. Maka pantas jika Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo meminta tambahan anggaran sebesar 35 triliun pada 2016.
Mengenai penambahan anggaran pertahanan ditengah perlambatan ekonomi saat ini, memang perlu kehati-hatian. Meski benar jika untuk mempertahankan negara seluas Indonesia dibutuhkan anggaran pertahanan minimal 1,5 persen dari GDP atau 250 triliun (rata-rata dunia 2% dari GDP). Namun ditengah ketidakstabilan ekonomi, pengangguran masal dan kemiskinan akut yang melanda Indonesia, anggaran belanja pertahanan saat ini adalah yang paling realistis meski jauh dari ideal.
Namun apapun ceritanya, penguatan di darat, laut dan udara mutlak diperlukan agar TNI lebih berdaya menjaga kedaulatan NKRI dan mendukung program poros maritim Jokowi. Apalagi jika melihat ancaman Cina di laut cina selatan yang makin menguat
Untuk itu, di usia yang ke 70 sudah selayaknya TNI mendapat dukungan dari semua elemen bangsa. Dengan mengusung tema bersama rakyat, TNI kuat, hebat dan professional, seakan TNI meminta kepada kita sebagai rakyat untuk membersamai TNI dalam mempertahankan kedaulatan, kemandirian dan kepribadian Indonesia..
DIRGAHAYU TNI !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H