Mohon tunggu...
Wira Krida
Wira Krida Mohon Tunggu... Apoteker - Praktisi Komunikasi dan Farmasi

Saya praktisi farmasi industri yang memiliki minat mendalam dalam berbagai aspek komunikasi. Sebagai seorang profesional di bidang farmasi industri, saya telah mengembangkan keahlian di sektor ini melalui pengalaman dan pembelajaran yang terus-menerus. Tidak hanya fokus pada pengembangan teknis dan operasional di industri farmasi, tetapi juga memahami pentingnya komunikasi dalam mendukung dan memperkuat keberhasilan organisasi. Dalam rangka memperluas pengetahuan di luar farmasi, saya memutuskan untuk menempuh pendidikan di bidang komunikasi. Saya meraih gelar Magister Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina pada tahun 2023. Langkah ini menunjukkan komitmen saya untuk memperdalam pemahaman tentang komunikasi, khususnya dalam konteks komunikasi organisasi dan komunikasi digital, dua bidang yang semakin penting di era globalisasi dan transformasi digital. Saat ini, Saya sedang melanjutkan studi di bidang ilmu komunikasi di Universitas Sahid. Melalui studi ini, saya berharap dapat menggabungkan pengetahuan di sektor farmasi dengan pemahaman yang lebih luas tentang komunikasi, sehingga mampu memberikan kontribusi yang lebih signifikan dalam pengembangan industri farmasi, baik dari segi operasional maupun strategi komunikasi. Bidang minat utama saya meliputi farmasi industri, komunikasi organisasi, serta komunikasi digital, yang menjadi fokus utama untuk pengembangan lebih lanjut di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Makan Bergizi Gratis: Kompleksitas di Balik Kebijakan Mulia Bagi Anak-Anak Kita

9 Januari 2025   13:59 Diperbarui: 9 Januari 2025   14:40 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pentingnya Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasif berperan besar dalam menjembatani kesenjangan antara tujuan program MBG dan penerimaan masyarakat terhadap kebijakan tersebut. Program seperti MBG sering kali menghadapi resistensi di lapangan, baik karena kurangnya pemahaman tentang manfaatnya maupun karena kekhawatiran akan dampaknya pada mata pencaharian lokal. Oleh karena itu, komunikasi persuasif harus dirancang untuk:

  1. Meningkatkan Kesadaran Gizi
    Anak-anak, orang tua, guru, dan komunitas sekolah perlu memahami pentingnya makanan bergizi bagi kesehatan dan masa depan anak-anak. Kampanye yang mengedepankan cerita-cerita inspiratif, data berbasis bukti, dan pendekatan emosional dapat membantu membangun dukungan terhadap program ini. Media sekolah, seperti poster, video edukasi, atau kegiatan interaktif, dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang menarik dan mudah dipahami.

  2. Mengatasi Resistensi dari Pedagang Lokal
    Pedagang kaki lima dan pengelola kantin sering kali merasa bahwa program ini mengancam mata pencaharian mereka. Komunikasi persuasif dapat digunakan untuk menjelaskan bahwa mereka tidak dikesampingkan, tetapi justru dapat dilibatkan sebagai bagian dari solusi. Misalnya, pemerintah dapat menyampaikan bahwa mereka memiliki peluang untuk menjadi mitra dalam penyediaan makanan bergizi, asalkan mereka bersedia memenuhi standar tertentu. Penyampaian ini harus dilakukan dengan empati dan pengakuan terhadap kontribusi ekonomi mereka.

Dialog dengan Komunitas Lokal

Selain komunikasi persuasif, dialog dengan komunitas lokal adalah kunci untuk memastikan bahwa program MBG benar-benar memberikan manfaat yang inklusif. Dialog menciptakan ruang bagi warga, pedagang kecil, dan pihak sekolah untuk menyuarakan pandangan, kebutuhan, dan kekhawatiran mereka. Dengan dialog, pemerintah dapat:

  1. Mengidentifikasi Kebutuhan dan Tantangan Lokal
    Setiap komunitas memiliki kebutuhan dan tantangan yang berbeda. Dialog memungkinkan pemerintah untuk mendapatkan wawasan langsung tentang kondisi di lapangan sehingga kebijakan dapat disesuaikan dengan konteks lokal. Misalnya, di daerah tertentu, penjual makanan mungkin sudah menyediakan makanan bergizi, tetapi membutuhkan dukungan dalam bentuk pelatihan atau akses bahan baku dengan harga terjangkau.

  2. Menciptakan Rasa Kepemilikan terhadap Program
    Ketika komunitas lokal dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, mereka merasa memiliki program tersebut. Ini dapat meningkatkan tingkat partisipasi dan keberhasilan program. Misalnya, pedagang lokal yang merasa dilibatkan dalam penyediaan makanan MBG akan lebih termotivasi untuk mendukung kebijakan ini daripada melawan.

  3. Membangun Kepercayaan
    Banyak kebijakan gagal karena kurangnya kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat. Dialog yang terbuka, jujur, dan berkelanjutan membantu membangun hubungan yang berbasis saling percaya. Hal ini dapat mengurangi konflik dan resistensi di lapangan.

Peran Pemerintah sebagai Fasilitator Dialog

Dalam konteks program MBG, pemerintah harus berperan sebagai fasilitator dialog antara berbagai elemen masyarakat, termasuk warga, sekolah, dan pedagang lokal. Ini dapat dilakukan dengan mengadakan forum komunitas, lokakarya, atau pertemuan rutin untuk mengevaluasi pelaksanaan program. Pemerintah juga dapat melibatkan organisasi masyarakat sipil atau lembaga non-pemerintah yang berpengalaman dalam mediasi dan pemberdayaan komunitas untuk membantu proses dialog.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun