Mohon tunggu...
Wira Krida
Wira Krida Mohon Tunggu... Apoteker - Praktisi Komunikasi dan Farmasi

Saya praktisi farmasi industri yang memiliki minat mendalam dalam berbagai aspek komunikasi. Sebagai seorang profesional di bidang farmasi industri, saya telah mengembangkan keahlian di sektor ini melalui pengalaman dan pembelajaran yang terus-menerus. Tidak hanya fokus pada pengembangan teknis dan operasional di industri farmasi, tetapi juga memahami pentingnya komunikasi dalam mendukung dan memperkuat keberhasilan organisasi. Dalam rangka memperluas pengetahuan di luar farmasi, saya memutuskan untuk menempuh pendidikan di bidang komunikasi. Saya meraih gelar Magister Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina pada tahun 2023. Langkah ini menunjukkan komitmen saya untuk memperdalam pemahaman tentang komunikasi, khususnya dalam konteks komunikasi organisasi dan komunikasi digital, dua bidang yang semakin penting di era globalisasi dan transformasi digital. Saat ini, Saya sedang melanjutkan studi di bidang ilmu komunikasi di Universitas Sahid. Melalui studi ini, saya berharap dapat menggabungkan pengetahuan di sektor farmasi dengan pemahaman yang lebih luas tentang komunikasi, sehingga mampu memberikan kontribusi yang lebih signifikan dalam pengembangan industri farmasi, baik dari segi operasional maupun strategi komunikasi. Bidang minat utama saya meliputi farmasi industri, komunikasi organisasi, serta komunikasi digital, yang menjadi fokus utama untuk pengembangan lebih lanjut di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Membongkar Ilusi Politik: Pudarnya "Jokowi Effect" di Pilkada Gubernur Jakarta 2024

30 November 2024   18:52 Diperbarui: 30 November 2024   18:52 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dari kacamata Soe Hok Gie, hal ini mencerminkan betapa politik sering kali menjadi panggung kosong yang dipenuhi janji tanpa rencana nyata. Dalam tulisannya, Gie sering mengkritik politisi yang hanya mempercantik citra tanpa menghadirkan substansi. Kampanye pasangan Rido tampaknya terjebak dalam perangkap ini, di mana upaya menciptakan narasi perubahan yang kurang realistis tampak klise dan tidak menjawab kebutuhan masyarakat urban yang semakin pragmatis.

Melawan Status Quo: Masyarakat yang Menuntut Lebih

Gie kerap menyatakan bahwa harapan politik yang tidak dilandasi evaluasi kritis hanya akan memperpanjang status quo. Dalam konteks pasangan Rido, meskipun mereka memposisikan diri sebagai harapan baru, masyarakat Jakarta tampaknya melihat pasangan ini sebagai kelanjutan dari politik lama yang mengandalkan jaringan kekuasaan semata tanpa visi inovatif.

Kritik Gie terhadap status quo menekankan pentingnya perlawanan terhadap pola-pola lama yang melanggengkan ketimpangan dan kekecewaan. Kekalahan pasangan Rido mengindikasikan bahwa masyarakat Jakarta menolak janji-janji kosong dan menginginkan pemimpin yang mampu memberikan perubahan nyata. Ini bukan hanya kekalahan pasangan Rido, tetapi juga kekalahan pendekatan politik yang tidak peka terhadap dinamika masyarakat.

Pelajaran dari Kekalahan: Apa yang Harus Dipahami

Dari perspektif Soe Hok Gie, kekalahan pasangan Rido adalah pengingat bahwa politik membutuhkan kejujuran, keberanian, dan komitmen untuk melayani rakyat. Tanpa itu, citra sehebat apa pun tidak akan mampu memenangkan kepercayaan masyarakat yang semakin terdidik dan kritis. Pasangan Rido dan tim politik mereka perlu merenungkan kegagalan ini sebagai pelajaran bahwa masyarakat Jakarta bukanlah pemilih pasif yang bisa dimanipulasi dengan simbolisme atau dukungan figur besar semata.

Kekalahan ini juga menjadi tanda bahwa Jakarta memang berbeda. Masyarakatnya tidak mudah terpesona oleh pencitraan, tetapi mencari pemimpin yang benar-benar mampu menjawab kebutuhan dan tantangan mereka. Dengan memahami kekalahan ini, mungkin pasangan Rido dan politisi lain dapat menyusun ulang pendekatan mereka, mengutamakan dialog yang tulus, dan berfokus pada solusi nyata.

Soe Hok Gie pernah berkata bahwa politik tanpa kejujuran adalah pembusukan. Dalam konteks Pilkada Jakarta 2024, pelajaran ini menjadi relevan lebih dari sebelumnya. Kekalahan pasangan Rido bukan hanya kegagalan sebuah kampanye, tetapi peringatan bagi seluruh elite politik untuk lebih peka terhadap tuntutan zaman dan tidak meremehkan kecerdasan pemilih.

Jakarta Harapan Bangsa Indonesia

Meski persaingan politik begitu sengit, Pilkada ini seharusnya menjadi momen refleksi, bukan perpecahan. Pemimpin boleh berganti, tetapi persatuan masyarakat harus tetap dijaga. Soe Hok Gie pernah berkata, "Nasionalisme adalah mencintai kemanusiaan." Dalam konteks Jakarta, ini berarti membangun kota dengan semangat kebersamaan, di mana setiap warga, tanpa memandang pilihan politik, dapat berkontribusi untuk masa depan yang lebih baik.

Kekalahan pasangan Rido bukanlah akhir, melainkan titik awal pembelajaran untuk memahami aspirasi masyarakat yang lebih luas. Bagi pemilih, ini adalah pengingat bahwa suara kita adalah kekuatan untuk perubahan, dan bahwa pemimpin sejati lahir dari keberanian mendengarkan rakyat, bukan sekadar bersandar pada nama besar tokoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun