Faktor "kemudahan akses" inilah yang menjadi pendorong utama kesuksesan teknologi dalam mendukung terapi pasien. Pasien yang merasa dimudahkan melalui teknologi cenderung merasa lebih senang, lebih termotivasi untuk sembuh, dan lebih patuh terhadap pengobatan yang diresepkan. Selain itu, komunikasi berbasis teknologi memberikan kenyamanan ekstra, terutama bagi pasien yang mungkin memiliki keterbatasan mobilitas atau berada di daerah yang sulit dijangkau.
Melalui teknologi, komunikasi menjadi lebih personal, cepat, dan responsif. Hal ini mendorong hubungan yang lebih baik antara pasien dan tenaga kesehatan, yang pada gilirannya mempercepat proses penyembuhan.
Teori Pemrosesan Informasi Ganda (Dual-Process Theory)
Teori Pemrosesan Informasi Ganda (Dual-Process Theory) adalah salah satu kerangka teori yang bisa digunakan untuk memahami bagaimana informasi diterima dan diproses oleh pasien. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog kognitif terkenal, Richard E. Petty dan John T. Cacioppo, pada tahun 1986. Mereka mengembangkan model elaborasi liklihood (Elaboration Likelihood Model atau ELM) yang menjelaskan dua cara individu memproses informasi:
1. Pemrosesan sentral, di mana individu menganalisis informasi secara mendalam dan kritis sebelum membuat keputusan. Dalam konteks kesehatan, ini berarti pasien yang mendapatkan informasi lengkap dan jelas cenderung berpikir lebih dalam dan membuat keputusan yang lebih tepat terkait pengobatan mereka.
2. Pemrosesan periferal, di mana individu cenderung membuat keputusan berdasarkan isyarat yang lebih sederhana atau faktor emosional, seperti kepercayaan terhadap tenaga kesehatan atau respons emosional terhadap informasi yang disampaikan.
Dalam dunia kesehatan, tenaga kesehatan perlu memahami kapan harus menggunakan pendekatan sentral dan kapan pendekatan periferal. Sebagai contoh, pasien yang terlibat secara aktif dalam diskusi mengenai kondisi kesehatannya mungkin memerlukan lebih banyak informasi yang mendalam (pemrosesan sentral). Sementara itu, pasien yang cemas atau khawatir mungkin lebih baik diberi pendekatan yang lebih tenang dan meyakinkan (pemrosesan periferal).
Praktik Komunikasi Efektif dalam Terapi Pasien
Dalam praktiknya, ada beberapa pendekatan komunikasi yang bisa diterapkan untuk memperkuat efek terapi melalui komunikasi. Salah satu pendekatan yang sangat relevan adalah "komunikasi empatik". Pasien seringkali merasa takut, cemas, atau bahkan putus asa dengan kondisi mereka. Di sinilah pentingnya tenaga kesehatan, termasuk apoteker, untuk menunjukkan empati, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberikan dukungan emosional yang tulus.
Selain itu, penggunaan "bahasa yang optimistis" dapat memberikan dampak positif pada mental dan motivasi pasien. Penelitian telah menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan dorongan dan semangat melalui komunikasi yang positif cenderung memiliki kemauan yang lebih kuat untuk sembuh. Kata-kata yang memberikan harapan, disertai dengan penjelasan yang jelas tentang langkah-langkah pemulihan, bisa meningkatkan kepercayaan diri pasien untuk sembuh.
Pendekatan "komunikasi dua arah" juga harus menjadi fokus. Memberikan ruang bagi pasien untuk bertanya, menyampaikan kekhawatiran, atau berbagi perasaan mereka bisa membuat mereka merasa lebih dihargai dan dipahami. Komunikasi yang bersifat dialogis ini tidak hanya bermanfaat bagi pasien, tetapi juga bagi tenaga kesehatan untuk memahami kebutuhan dan ekspektasi pasien lebih baik.