Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Second)
Wira D. Purwalodra (Second) Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar dan Pencari Kebenaran.

Banyak mimpi yang harus kujalani dengan perasaan syukur dan ikhlas. Mimpi-mimpi ini selalu bersemi dalam lubuk jiwa, dan menjadikan aku lebih hidup. Jika kelak aku terjaga dalam mimpi-mimpi ini, pertanda keberadaanku akan segera berakhir .... dariku Wira Dharmapanti Purwalodra, yang selalu menjaga agar mimpi-mimpi ini tetap indah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengupas Dimensi Filsafat dalam Praktik Bimbingan dan Konseling Islam?!

28 Agustus 2024   15:02 Diperbarui: 28 Agustus 2024   16:10 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh. Wira D. Purwalodra

Tulisan ini mencoba mengantarkan kita pada sebuah refleksi mendalam tentang peran dan relevansi filsafat dalam membentuk karakter dan akhlak peserta didik. Sehingga, dalam konteks pendidikan di Indonesia, pendekatan bimbingan dan konseling berbasis ajaran Islam tidak hanya berfungsi sebagai solusi untuk masalah-masalah praktis sehari-hari, tetapi juga sebagai medium untuk menanamkan nilai-nilai filosofis yang lebih tinggi. Dengan kualitas pendidikan yang sering kali dipertanyakan, khususnya di sekolah-sekolah Islam, adalah penting untuk meninjau kembali sejauh mana filsafat, sebagai fondasi intelektual, dapat memberikan kontribusi nyata ?!

Dalam filsafat pendidikan Islam, kita mengenal konsep 'tarbiyah', yang menitikberatkan pada pengembangan keseluruhan potensi manusia. Pemikiran para filosof Muslim seperti Al-Farabi dan Ibn Sina menekankan pentingnya pendidikan dalam membangun peradaban yang berkarakter mulia dan berakhlak. Al-Farabi, dalam pandangannya mengenai "Madnah Filah" atau "Kota Utama", menganggap bahwa pendidikan harus membentuk individu yang mampu berpikir kritis dan bijaksana. Hal ini selaras dengan tujuan bimbingan dan konseling untuk memfasilitasi perkembangan emosi dan intelektual siswa, sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah hidup dengan bijak.

Namun demikian, tantangan besar muncul seiring dengan kurangnya perhatian terhadap implementasi filosofi ini dalam praktik sehari-hari. Banyak sekolah Islam di Indonesia yang masih terjebak dalam sistem pembelajaran konvensional yang mengedepankan hafalan di atas pemahaman kritis. Kualitas pendidikan yang kurang merata menjadi hambatan serius dalam pengembangan pendekatan bimbingan dan konseling yang berbasis filsafat. Masalah ini diperparah dengan minimnya pelatihan bagi konselor untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan yang mereka berikan. Konselor sering kali lebih fokus pada penyelesaian cepat alih-alih pendekatan mendalam yang seharusnya lebih bermanfaat dalam jangka panjang.

Pemikiran Ibn Khaldun tentang siklus peradaban bisa menjadi cermin bagi praktik pendidikan dan konseling kita. Menurutnya, setiap kejayaan suatu peradaban tidak terlepas dari dukungan pendidikan yang berkualitas dan berorientasi pada pengembangan akhlak. Pendidikan dan konseling yang hanya berfokus pada aspek-aspek superfisial akan cepat lapuk oleh arus zaman, meninggalkan memori yang singkat tanpa meninggalkan dampak yang berarti. Di sinilah filsafat pendidikan berperan besar, sebagai penjaga nilai-nilai dasar yang memperkuat karakter individu dan komunitas Islam.

Peluang untuk mengoptimalkan peran filsafat dalam bimbingan dan konseling Islam sebenarnya terbuka lebar. Dukungan dari otoritas pendidikan dan lembaga Islam sangat dibutuhkan, khususnya dalam hal pengembangan kurikulum yang lebih holistik. Kurikulum yang tidak hanya sekadar memuat konten ilmu, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai etika dan logika sebagaimana yang diungkapkan oleh para filosof klasik. Pendekatan ini juga memerlukan adaptasi teknologi modern agar lebih mudah diterima oleh generasi muda yang hidup dalam era digital.

Penerapan teknologi dalam praktik bimbingan dan konseling tidak berarti melepaskan nilai-nilai tradisional dari filsafat Islam. Justru, teknologi dapat menjadi alat bantu yang kuat untuk memperdalam pembelajaran dan pemahaman filosofis siswa. Gadamer pernah berkata, "To be thoughtful is to be open to something which cannot be anticipated and calculated." Dengan demikian, lewat pemanfaatan teknologi, pembelajaran filsafat dapat lebih interaktif dan menantang siswa untuk berpikir di luar batasan-batasan konvensional.

Proses bimbingan dan konseling yang filosofis juga berarti mengedepankan dialog dan refleksi. Socrates, dengan metode dialogisnya, menunjukkan bahwa pengajaran yang sejati bukanlah sekadar menanamkan ide tetapi mengundang siswa untuk menemukan kebenaran dalam dirinya sendiri. Hal ini sangat sesuai dengan ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk selalu berpikir dan merenung.

Di dalam praktik nyata di sekolah-sekolah Islam, konseling yang berlandaskan filsafat harus menempatkan kebijaksanaan di atas sekadar kepatuhan. Menggemakan pandangan Al-Ghazali tentang keseimbangan antara akal dan qalb, atau hati nurani, konseling harus mengarahkan siswa untuk menemukan harmoni antara nalar dan spiritualitas. Dengan demikian, siswa tidak hanya menjadi pintar secara akademis, tetapi juga peka dalam memahami kompleksitas kehidupan.

Namun, salah satu tantangan terbesar dalam penerapan ini tetaplah kurangnya pelatihan bagi para pendidik dan konselor untuk memahami dan mengamalkan filsafat dalam konteks bimbingan dan konseling. Ini membutuhkan keterlibatan berbagai pihak dari mulai akademisi, pembuat kebijakan, hingga praktisi lapangan untuk merumuskan program pelatihan yang sesuai dan berkelanjutan. Pembuatan bank soal reflektif dan dialogis juga bisa menjadi metode untuk mengukur pemahaman filosofis siswa secara mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun