Kita juga harus mengambil hikmah dari pandangan Murtadha Muthahhari, seorang filosof Muslim kontemporer, yang mengatakan bahwa pendidikan harus mampu menghubungkan pengetahuan dengan moral dan spiritual. Dalam konteks modern, ini menuntut kita untuk tidak hanya berfokus pada hasil ketercapaian akademis, tetapi juga bagaimana pendidikan dapat membentuk manusia seutuhnya.
Selanjutnya, pendidikan yang berkelanjutan harus mengedepankan inovasi dan kreativitas. Ini bukan hanya soal teknologi, melainkan bagaimana cara kita berpikir dan mencari solusi untuk isu-isu global. Maria Montessori, pendidik dan filosof, menginspirasi kita dengan metode yang menekankan pembelajaran berbasis pengalaman dan pengembangan individu sesuai dengan potensi mereka.
Dalam prakteknya, perlu ada sinergi antara pemerintah, pendidik, dan masyarakat untuk membangun kultur pendidikan yang kuat. Dengan dukungan dana yang baik, sekolah-sekolah di Indonesia dapat mengembangkan program yang menciptakan interaksi lebih positif di antara siswa dan guru. Pemikiran ini sejalan dengan apa yang diusulkan oleh filsuf kontemporer seperti Amartya Sen tentang pentingnya peranan pendidikan dalam pembangunan manusia secara total.
Membentuk pendidikan berkelanjutan juga berarti kita harus menyiapkan siswa untuk menghadapi perubahan yang cepat di masa depan. Apa yang dikatakan Heraklitus, "Tidak ada yang konstan selain perubahan", harus menjadi landasan filosofi pendidikan kita. Sistem pendidikan harus fleksibel dan mampu beradaptasi agar siswa kita tidak sekadar menguasai pengetahuan saat ini, tetapi mampu berinovasi dan menyelesaikan masalah di masa depan.
Sebagai penutup, pendidikan adalah proses yang terus berkembang. Dari pemikiran Plato tentang fungsi ideal sekolah hingga konsep pembebasan Paulo Freire, kita belajar bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial dan budaya. Ini adalah perjalanan panjang yang menantang kita untuk terus berinovasi dan beradaptasi demi kebaikan generasi mendatang.
Melalui refleksi terhadap pemikiran para filosof dari masa ke masa, kita menyadari betapa mendesaknya kebutuhan untuk mengintegrasikan konsep-konsep ini ke dalam kebijakan pendidikan di Indonesia. Menjadikan pendidikan sebagai alat transformasi sosial, bukan hanya sarana memperoleh pekerjaan, harus menjadi visi ke depan kita. Dengan dukungan optimal dari anggaran pendidikan, kita bisa menciptakan sistem yang lebih manusiawi dan relevan.
Sebagai bangsa, kita perlu mengambil langkah progresif dengan mencontoh dari berbagai gagasan brilian yang telah disampaikan oleh para filosofi terdahulu dan kontemporer. Sebuah sistem pendidikan yang baik haruslah dinamis, mampu menjawab tantangan zaman, dan tetap berpegang pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dengan itulah kita dapat mewujudkan pendidikan yang benar-benar berkelanjutan.
Untuk mencapainya, kita harus membuka diri terhadap perubahan, mempertanyakan kembali metode dan tujuan pengajaran yang ada. Apakah mereka membawa kita ke arah yang benar? Atau justru menjauhkan kita dari esensi sejati pendidikan?Â
Dengan tetap terhubung ke akar pemikiran filosofis, kita bisa membuat pilihan yang lebih bermakna dan tepat di masa depan. Hanya dengan pendidikan yang holistik dan berkesinambungan, kita dapat membentuk generasi yang tidak hanya pintar secara intelektual, tetapi juga bijaksana dalam bertindak dan penuh empati terhadap sesamanya. Dalam perjalanan ini, kita adalah bagian integral dari evolusi pemikiran yang selalu bergerak menuju perbaikan dan kesempurnaan manusia. Wallahu A'lamu Bishshawaab.
Bekasi, 27 Agustus 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H