Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Second)
Wira D. Purwalodra (Second) Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar dan Pencari Kebenaran.

Banyak mimpi yang harus kujalani dengan perasaan syukur dan ikhlas. Mimpi-mimpi ini selalu bersemi dalam lubuk jiwa, dan menjadikan aku lebih hidup. Jika kelak aku terjaga dalam mimpi-mimpi ini, pertanda keberadaanku akan segera berakhir .... dariku Wira Dharmapanti Purwalodra, yang selalu menjaga agar mimpi-mimpi ini tetap indah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Harga-harga Bisa Ikut "Munggahan"?

26 Mei 2017   23:32 Diperbarui: 27 Mei 2017   12:13 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3.         Memperkuat sumber daya manusia yang kompeten dan berdaya saing tinggi berbasis keunggulan IPTEK, inovasi, dan kewirausahaan,

4.         Menggerakkan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menjadi pelaku usaha utama perekonomian nasional,

5.         Mewujudkan mitra sejajar Usaha Besar dengan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam sistem produksi dan pasar terintegrasi,

6.         Pengarusutamaan ekonomi syariah dalam perekonomian nasional, tetap dalam bingkai Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI,

7.         Membentuk Komite Nasional Ekonomi Umat untuk mengawal Arus Baru Perekonomian Indonesia.

Tentu saja, dari deklarasi ekonomi Ummat tersebut, kita sebagai rakyat jelata, berharap kepada para pemangku kepentingan, juga kepada masyarakat luas, untuk bersama-sama mampu menjadi katalisator terhadap harga-harga yang sengaja dimainkan oleh para spekulan di negeri ini. Sehingga, harga bahan pokok dapat dikendalikan oleh masyarakat, bukan sebaliknya, masyarakat yang dikendalikan oleh harga-harga tersebut ?! Oleh karena itu, untuk mampu melakukan hal ini, kurangi jiwa konsumtif kita dan kurangi nafsu kita untuk semata mencari kenikmatan dalam berbelanja (hedonis).   

Akhirnya, sistem ekonomi ummat yang sedang kita bangun ini, sudah saatnya untuk tidak lagi melihat pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan utama, yang justru akan menimbulkan kesenjangan ekonomi saja. Uang, keuntungan, dan pertumbuhan ekonomi hanya dilihat berguna, sejauh ia mengembangkan kesejahteraan bersama seluruh masyarakat kita !?? Wallahu A’lamu Bisshawwab.

Bekasi, 26 Mei 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun