Salah satu paradoks dalam pengalaman hidup kita adalah paradoks kedamaian. Banyak orang berusaha mencari kedamaian dalam hidupnya. Banyak yang melihat agama sebagai jalan menuju kedamaian. Banyak pula yang mencari jalan lain, guna memperoleh kedamaian di dalam hatinya. Namun, keinginan untuk merasa damai justru menciptakan perasaan tidak damai. Segala upaya untuk mencapai kedamaian hanya akan menghasilkan ketegangan. Ketegangan itulah yang menjadi akar dari rasa tidak damai. Inilah inti dari paradoks kedamaian.
Contoh lain, terkait dengan paradoks kehidupan ini, adalah paradoks manajemen. Semakin kita mengontrol orang dengan ketat, semakin semuanya kacau. Namun, semakin kita memberikan ruang kebebasan di dalam manajemen, maka produktivitas dan kebahagiaan perusahaan akan meningkat. Kontrol yang keras akan menghasilkan kebencian dari pihak yang dikontrol. Manajemen itu sejatinya seperti musik jazz. Ia tidak perlu ketukan yang terkontrol rapat. Ia tidak perlu nada yang pasti yang diatur secara ketat. Yang ia perlukan adalah struktur yang dapat dipercaya, dan kebebasan untuk bergerak di dalam struktur itu.
Ternyata, masih banyak yang perlu kita pahami dalam hidup ini, terkait dengan paradoks kehidupan dan pemahaman kita terhadap racun-racun yang ada dalam pikiran kita sendiri. Pengennya sih, kita tak lagi mengatakan ‘Tau gitu, .... ?!’ Namun hidup ini selalu berkata lain, dan selalu memberi kita ujian-ujian agar kita mau dan mampu belajar  menyelesaikan tugas kehidupan ini, dengan penuh rasa ikhlas dan tuntas ?!?. Semoga kita selalu mendapatkan pertolongan dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya ???.Ammiiin YRA. Wallahu A’lamu Bishshawwab.
Bekasi, 25 Agustus 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H