Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Second)
Wira D. Purwalodra (Second) Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar dan Pencari Kebenaran.

Banyak mimpi yang harus kujalani dengan perasaan syukur dan ikhlas. Mimpi-mimpi ini selalu bersemi dalam lubuk jiwa, dan menjadikan aku lebih hidup. Jika kelak aku terjaga dalam mimpi-mimpi ini, pertanda keberadaanku akan segera berakhir .... dariku Wira Dharmapanti Purwalodra, yang selalu menjaga agar mimpi-mimpi ini tetap indah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aku Hidup Bersama Trauma

19 November 2014   12:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:26 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh. Purwalodra

[caption id="attachment_376447" align="alignright" width="300" caption="Foto koleksi pribadi"][/caption]

Pagi tadi, saat aku menulis status BB begini,. "Ingat!!!. Jasad ini hanya rumah sementara kita. Perlakukan ia seoptimal mungkin, sebagai sarana menimba ilmu" Tiba-tiba ada mahasiswiku mengirim pertanyaan begini, "Met pagi Bapak ?. Maaf bicara mengenai jasad, saya sangat takut akan kematian. Saya selalu stress saat teman, sahabat atau keluarga, bahkan orang yang tidak saya kenal meninggal, hal kaya gini kenapa ya pak ?. Saya sering terbawa emosi, meratapi mereka, menangisi dan tak selesai-selesai."

Pertanyaan mahasiswa itu merupakan bentuk dari suatu trauma, dimana trauma ini ditandai dengan kegelisahan batin. Kita tak bisa merasa tenang, karena kita akan hidup penuh dengan ketakutan. Kita takut dengan masa depan, takut mati dan berbagai ketidakpastian hidup lainnya. Akar dari trauma adalah rusaknya hubungan antara manusia. Dampaknya adalah ketidakbahagian hidup. Kita akan sulit menjalankan tugas sehari-hari. Hidup kita terasa tanpa tujuan dan tanpa makna, meski penampakannya penuh keceriaan dan kesenangan.

Seperti halnya, ketika aku menerima tugas, namun pada waktu yang ditentukan tugas tersebut ternyata belum bisa diselesaikan. Maka kejadian sehari-hari ini akan menjadi trauma dimasa depan, apabila tugas tersebut berulang kembali. Pengaruh trauma ini biasanya menyerang tubuh secara fisik dalam bentuk penyakit yang bermacam-macam.

Tetapi, trauma ini bukanlah sesuatu yang mutlak. Kita bisa menyadarinya, kemudian mengatasinya. Yang kita perlukan adalah pengetahuan mendalam tentang apa itu trauma. Pengetahuan yang setengah-setengah tidak akan membantu, malah justru akan memperbesar dan memperkuat trauma itu sendiri.

Trauma terjadi pada jiwa manusia. Ia bukan hanya disebabkan oleh luka fisik, tetapi juga luka jiwa. Ketika badan sakit, ada banyak kemungkinan penyebab. Salah satu yang paling sering ditemukan, adalah penyakit tubuh yang berakar pada trauma. Ini yang biasa disebut sebagai psikosomatik, yakni penyakit tubuh yang akarnya pada situasi jiwa.

Di dalam filsafat dan psikoanalisis, jiwa adalah bagian dari manusia yang memiliki fungsi-fungsi tertentu. Pertama, jiwa adalah pintu manusia menuju kenyataan. Tanpa jiwa, tubuh tidak akan berarti apa-apa. Manusia tidak bisa terhubung dengan kenyataan di luar dirinya. Kedua, peran jiwa yakni melakukan seleksi terhadap segala bentuk pengetahuan yang masuk ke dalam kepala kita. Kenyataan itu amat rumit. Sebagai manusia, kita tidak bisa menerima semua informasi yang ada. Disinilah peran jiwa, yakni sebagai penyeleksi segala bentuk informasi yang masuk ke kepala kita, sehingga bisa diolah.

Jiwa juga bukan sesuatu yang statik. Ia kreatif dan fleksibel. Ia memungkinkan kita melampaui masalah-masalah kita sehari-hari, dan juga melampaui penderitaan-penderitaan yang kita alami. Jiwa juga tidak membuat kita  menjadi budak dari sebuah kenyataan.

Karena fleksibel dan kreatif, jiwa juga membantu kita untuk menjaga kelestarian diri kita. Ia mendorong kita untuk jatuh cinta dan berkembang biak. Pria dan wanita, memiliki jenis jiwa yang berbeda. Namun, keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mengembangkan dan menjaga keberlangsungan hidup manusia.

Jiwa memungkinkan manusia untuk memahami dunianya, berpikir, mengingat dan membentuk kesadaran baru pada dirinya. Jiwa menyeleksi sekaligus mengolah informasi yang kita tangkap dari dunia. Jiwa juga menuntun tindakan kita sehari-hari. Jiwa adalah elemen utama dalam diri manusia yang memungkinkan bagian-bagian biologisnya (organ tubuhnya) bergerak dan berkembang.

Kita terdiri dari tubuh, fikiran dan jiwa. Ketika seseorang mengalami peristiwa yang traumatis, misalnya pengalaman kekerasan, maka hubungan antara tubuh, fikiran dan jiwanya akan rusak. Ketika ini terjadi, orang akan mengalami rasa cemas, takut dan depresi yang membuatnya tak bisa merasakan kebahagiaan. Pengalaman kekerasan ini muncul sebagai akibat dari rusaknya hubungan dengan orang lain.

Banyak orang mengalami sakit berulang. Akarnya kerap bukan melulu fisik, tetapi juga aspek fikiran dan jiwanya. Maka, obat fisik tidak akan cukup berarti, perlu sentuhan fikiran dan jiwa. Trauma harus disadari, lalu coba untuk dilampaui atau diatasi.

Dalam arti ini, kesehatan kita tidak pernah hanya merupakan kesehatan tubuh semata, tetapi juga kesehatan fikiran dan jiwa. Tepatnya, kesehatan adalah hubungan yang harmonis antara tubuh, fikiran dan jiwa (Body, mind, soul), karena kita bisa melampaui trauma-trauma yang kita alami. Trauma tidak bisa dihindari, karena hubungan dengan orang lain tidak bisa selalu baik dan sesuai keinginan kita. Namun, trauma bisa disadari dan kemudian dilampaui. Itu saja. Wallahu A'lamuBishshawwab.

Bekasi, 19 November 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun