Pancasila memanglah tidak sempurna. Muncul banyak pertikaian yang telah mencederai nilai-nilai Pancasila. Konflik yang mengatasnamakan Tuhan agama dan aliran kelompok masih menjadi makanan sehari-hari kita. Kasus pelanggaran HAM terjadi di mana-mana. Semuanya itu seakan membuat pesimis kita semua yang menjadi bagian dari negara ini. Â dokumentasi
Pancasila memanglah tidak sempurna. Maka, Pancasila sangat membuka pintu hatinya untuk siap menerima kritikan dan masukan yang membangun. Berbagai tanggapan dan opini diterima oleh Pancasila demi kemajuan dan kebaikan bersama. Apabila Pancasila sempurna, tentu ia akan menjadi sombong sehingga tidak mau menerima masukan.
Ketidaksempurnaan Pancasila tidak sama dengan kegagalan. Ketidaksempurnaan Pancasila adalah usaha dan proses pendewasaan kita semua. Pancasila masih tetap memegang visi yang jelas dalam kelima nilai yang dikandungnya. Tentang kesempurnaan, Pancasila memandangnya sebagai buah di kemudian hari. Yang penting, proses hic et nunc "di sini dan saat ini" menjadi prioritas kerja Pancasila. Pancasila sedang berusaha sungguh mewujudkan kesejahteraan bagi semua rakyat. Nah, semua usaha ini dapat dipandang sebagai proses menuju kesempurnaan. Itu artinya, ketidaksempurnaan Pancasila adalah usaha dan prosesnya. Bukankah kita juga tidak sempurna? Toh, kita semua sedang berproses menuju kesempurnaan. Akhirnya, Pancasila dapat menjadi payung sederhana penuh warna yang mampu melindungi kita semua dari segala macam gagasan liar dan radikal yang menyesatkan. Itulah sebabnya, kita semua sedang bersatu dalam ketidaksempurnaan supaya kita dengan rendah hati saling membangun. Tentu saja, kita semua adalah Pancasila dan kita adalah Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H