Mohon tunggu...
Windu Merdekawati
Windu Merdekawati Mohon Tunggu... Penulis - Petualang hidup

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perempuan dan Rumput Laut

1 November 2018   20:18 Diperbarui: 2 November 2018   18:11 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan memanen rumput laut (photo courtesy of Giorgio)

Dan lagi, berita itu lagi!

Saya selalu sedih luar biasa dan gerammm setiap kali mendengar ada TKW Indonesia terkena masalah di luar sana. Kasus yang baru-baru ini terdengar (dan semoga ini yang terakhir) adalah TKW bernama Tuti yang bekerja di Saudi Arabia dan berakhir di tangan algojo. Ya ALLAH, saya speechless. Jujur saya tidak tega membaca kelanjutan berita seperti ini.

Persoalan utama mereka memutuskan untuk merantau jauh ke sana bisa dipastikan adalah untuk bekerja demi menyambung hidup dengan layak. Dan ujungnya taruhannya adalah nyawa. 

Sangat ironis memang, negeri yang begitu kaya raya dengan sumber daya alam ini tetapi masih banyak masyarakat yang hidup berkekurangan hingga harus mencari nafkah ke luar sana, meninggalkan keluarga dan jauh dari kampung halaman. Tetapi itulah realita berpuluh tahun lamanya.

Seperti kita ketahui bersama (tetapi belum disadari sepenuhnya) Indonesia adalah negara yang sejatinya sangat kaya raya hanya saja semua potensi itu belum dimanfaatkan secara optimal oleh "tangan-tangan" yang tepat. 

Jika dikaitkan dengan sumber daya hayati laut yang selama ini saya teliti yaitu rumput laut, "dengan itu saja" dari sekian banyak sumber daya, jika dikelola dengan tepat pastinya dapat membuka banyak lapangan pekerjaan, mengingat Indonesia adalah negara terbesar ke-2 penghasil rumput laut di dunia (FAO, 2018). 

Di beberapa negara lain seperti di India dan Zanzibar, pemberdayaan perempuan untuk memanen rumput laut sudah banyak dilakukan. Tentunya tidak hanya perempuan sendiri, kaum pria juga berperan dalam hal ini. 

Sedikit mengutip kata-kata Baba O'Illah di Buku Sarinah karya Bung Karno "Laki-laki dan Perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. 

Jika dua sayap itu sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai puncak udara yang setinggi-tingginya, jika patah satu dari dua sayap itu maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali" (*intermezo jasmerah sejenak). 

Jadi, Bapak nelayan pesisir bertugas untuk menanam bibit-bibit rumput laut di sana dan mengawasi pertumbuhan rumput laut selama dibudidaya, sedangkan Ibu-Ibu nelayan pesisir bertugas memanen dan melakukan kegiatan pascapanen seperti menyortir, menjemur dsb. 

Di beberapa wilayah pesisir Indonesia pun tampaknya sudah banyak pengelolaan rumput laut melalui pemberdayaan perempuan (Ibu-Ibu) di pesisir, hingga dikembangkan UKM yang mengelola hasil panen rumput laut untuk kemudian diolah dan dijual sebagai oleh-oleh khas daerah tersebut.

Kegiatan yang notabene baru tahap pengelolaan raw material atau bentuk mentah dan semi mentahnya (produk sederhana) saja sudah cukup banyak membuka lapangan pekerjaan. Belum lagi jika sudah masuk di ranah hilir dengan sentuhan inovasi teknologi, tentunya akan semakin banyak menyerap tenaga kerja. 

Selama saya mempelajarinya seringkali dibuat speechless karena banyaknya potensi yang ke depannya dapat dikembangkan dari satu makhluk imut yang selama ini orang umumnya hanya mengenalnya sebagai bahan “es campur” hehe. 

Tentunya perlu kerja sama berbagai pihak untuk benar-benar mengaktualisasikan potensi itu menjadi solusi nyata yang berdampak positif bagi makhluk dan kehidupan. Iya, masih menjadi “PR” kita bersama untuk bersama-sama mengelola sumber daya yang ada di negeri ini untuk kesejahteraan bersama secara merata. 

Kembali ke topik awal tadi, harapan saya, STOP, tidak perlu lagi perempuan-perempuan negeri ini harus menjadi TKW (PRT) di luar sana. Cukuplah kelola dengan baik kekayaan di negeri kita ini, sehingga dapat mencukupi kebutuhan hidup dan dapat mengasuh anak serta berkumpul dengan keluarga. 

Memang tidak semudah bicara karena pastinya banyak sekali persoalan-persoalan teknis ataupun hal lain di lapangan mengingat kondisi tersebut sudah sejak puluhan tahun terjadi, tetapi semoga dengan kecakapan beliau-beliau yang saat ini berkompeten dan berwenang dapat mengupayakannya.

Mungkin saat ini hal ini seolah terdengar klise, tapi entah nanti bagaimana jalannya, in shaa Allah dalam setiap harapan dan cita-cita kita, TUHAN pasti kabulkan dengan cara-NYA yang terbaik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun