Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lalu Zohri dan Menjadi Indonesia Melalui Sastra

27 Juli 2018   15:41 Diperbarui: 27 Juli 2018   15:53 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Novel ini berkisah tentang anak raja Bima yang dibuang oleh musuh dalam selimutnya, ditemukan di pantai oleh Ompu Keli, warga biasa yang sebenarnya adalah seorang mantan perdana menteri di kerajaan Sumbawa. Laki-laki yang aslinya adalah Raja Ajong dari Sanggar ini menyembunyikan diri di sebuah bukit terpencil di pinggir pantai untuk menghindari ancaman akibat intrik politik di kerajaan tempatnya mengabdi.

Di tempat itu Ompu Keli tinggal dalam sebuah gua di perbukitan gersang di pinggir pantai bersama istrinya. Di sana mereka berdua ditemani abdinya yang setia, Maliki dan  istrinya.

Ompu Keli dan istrinya Ina Rinda, meski sudah berumur tapi mereka belum memiliki anak. Mereka begitu gembira menemukan bayi yang dihanyutkan dalam sampan beralaskan tikar jontal yang  baik anyamannya, berkalung dokoh yang terbuat dari mas, berselimutkan sutera bertekad emas dan semuanya berciri dari Bima. Oleh suami istri ini, bayi yang mereka temukan di pantai ini diangkat menjadi anak dan mereka beri nama Lahami.

Cerita selanjutnya adalah kisah petualangan Lahami yang mulai beranjak dewasa. Diawali dengan wangsit yang didapat oleh Ompu Keli yang mengindikasikan kalau anaknya itu akan mendapatkan kemuliaan di timur.

Di novel ini diceritakan Lahami melakukan perjalanannya dengan menunggang kuda menuju Kempo melalui Sanggar, Dompo, Padende, lalu ke Gunung Soromandi. Untuk menuju Bima yang terletak di pulau yang sama Lahami tidak melalui jalan darat, melainkan menyeberang dengan menumpang perahu seorang nelayan bernama Kifa. Di Bima, Lahami menginap di rumah nelayan ini.  

Yang sangat menarik dari saya dari novel ini adalah bagaimana oleh penulis kita seolah dibawa menjelajahi Pulau Sumbawa, mengenal geografinya sekaligus mengenal adat kebiasaan orang sana emosi dan trend zaman, pola prestise, apa yang disenangi dan apa yang tidak disenangi sampai pada gaya berpolitik orang Sumbawa di zaman kuno.

Misalnya, ketika melakukan perjalanan itu Lahami diceritakan tidak membawa bekal makanan. Di melakukan perjalanan sejauh dan selama itu hanya dengan berbekal senjata berupa parang, tombak, panah dan  jerat karena di seantero pulau Sumbawa dengan kondisi geografis berupa padang rumput yang luas ini terdapat banyak sekali hewan rusa yang mudah diburu. Ini membuat saya membayangkan, padang penggembalaan Lane tempat keluarga saya memelihara kerbau yang sekarang semuanya musnah akibat kebijakan aneh seorang penguasa yang dipilih melalui proses demokratis.

Kemudian, dari cerita ini saya juga jadi tahu kalau di pulau Sumbawa, sebagaimana di Aceh pesisir, Maulid Nabi adalah sebuah peristiwa besar dan di sana pun dulu, pada setting cerita yang saya perkirakan ada di abad ke-19 ini sudah ada komunitas orang Minang. Bagaimana ternyata di Sumbawa pun ada komunitas penganut Hindu yang sebagaimana di Tengger dan Dieng, mereka tinggal di dataran tinggi dan terisolir dari mayoritas rakyat pulau ini yang menganut Islam.

Kemungkinan karena terkait agama ini pula, dari penggambaran di novel ini, kita disuguhi cerita yang menunjukkan kalau orang Sumbawa, secara emosional lebih dekat dan lebih terbiasa berinteraksi dengan orang Sulawesi Selatan daripada Bali yang cuma terpisahkan oleh pulau Lombok dari mereka.

Pulau Komodo, pada masa itu adalah pulau yang sangat ditakuti karena dihuni hewan Bengkatak yang hari ini kita kenal dengan nama Komodo, sebagaimana nama pulau itu sendiri. Lalu apa kaitan cerita ini dengan Lalu Muhammad Zohri yang kemenangannya membuat heboh dan menimbulkan perang kata-kata di dunia maya itu?

Dalam petualangan Lahami diceritakan, setelah mengalami berbagai kejadian seru yang beberapa kali hampir merenggut nyawanya. Lahami pulang ke Sanggar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun