Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

“AADC? 2”, Grup Alumni di LINE dan WA serta Potensi CLBK

30 April 2016   18:18 Diperbarui: 30 April 2016   18:25 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Cara pandang terhadap orang Indonesia yang bekerja dan tinggal di luar negeri juga digambarkan di film ini sesuai situasi kekinian.

 Di film ini, kita tidak lagi melihat ‘inferioritas kulit coklat’ dalam memandang orang Indonesia yang bekerja dan tinggal di luar negeri sebagaimana ditampilkan di film-film Indonesia jaman dulu semacam “Catatan Si Boy “- yang menggambarkan orang Indonesia yang tinggal di luar negeri demikian tinggi nyaris seperti dewa. Di film ini pemandangan seperti itu tidak kita saksikan lagi.

 Di film ini, Rangga yang tinggal dan bekerja di New York digambarkan biasa saja, tidak sangat istimewa. Sebagaimana di zaman ini kita mengenal orang-orang yang bekerja dan tinggal di luar negeri ya biasa saja. Malah secara ekonomi, Rangga digambarkan jauh lebih inferior dibandingkan dengan Trian, pengusaha muda yang menjadi tunangan Cinta.

 Tapi menurut saya, yang paling ‘bajingan’ dari film ini adalah momen keluarnya film ini yang berbarengan dengan momen merebaknya grup-grup alumni SMA di Line dan Whatsapp. Di mana generasi penonton film ini sedang dalam semangat nostalgia masa SMA, sedang merajut kembali kenangan lama bersama teman-teman lama. Film ini dengan sangat ‘bajingan’ menuntun emosi penonton untuk larut dalam suasana itu. Mengungkit kembali kenangan lama untuk diulang di masa kini.

 Konflik yang diangkat di film ini juga khas orang-orang di usia pertengahan 30-an sampai pertengahan 40-an.

 Ada kebosanan dengan rutinitas kerja dan juga rasa jenuh pada pasangan, sehingga timbul kerinduan pada masa lalu yang penuh keceriaan dengan kejutan-kejutan tak terduga.

 Di film ini, Cinta yang di awal film digambarkan baru menerima lamaran dari Trian, seorang pengusaha muda yang sukses, digambarkan merasa hambar dan bosan dengan hubungan mereka. Ada kesan kalau pertunangan mereka diterima oleh Cinta dengan perasaan terpaksa karena usia yang sudah semakin menua. Meski tidak diucapkan dengan kata-kata, kita yang menonton dapat merasakan bagaimana Cinta yang merasa hampa ketika sedang menonton pertunjukan seni yang dia suka, Trian hadir di situ hanya karena terpaksa, sama sekali tidak memperhatikan pertunjukan. Sepanjang pertunjukan dia sibuk melihat ke arah gadget, sementara Cinta dengan konsentrasi penuh menyaksikan pertunjukan dan larut dalam cerita. Di sepanjang film suasana ini digarap dengan baik oleh Riri Riza sebagai sutradara dan ditampilkan dengan sempurna oleh Dian Sastro sebagai aktris.

 Dalam suasana hubungan yang dingin setengah terpaksa dengan Trian seperti inilah, tiba-tiba Rangga yang lama hilang muncul kembali. Mengembalikan Cinta pada kegairahan masa lalu yang penuh dengan letupan-letupan.

 Rangga yang masih seperti dulu, dengan gaya sinis dan cueknya. Penuh dengan kejutan-kejutan tak terduga benar-benar anti tesis Trian. Ketika Trian terlihat bosan menyaksikan pertunjukan seni di luar mainstream. Rangga malah mengajak Cinta menonton teater boneka di Jogja dan sama-sama larut dalam pertunjukan. Rangga mengajak Cinta bertualang ke tempat-tempat yang tidak biasa.

 Meskipun di film ini Cinta digambarkan berusaha untuk mengingkari perasaannya ke Rangga dan berusaha untuk terlihat bersikap biasa saja kepada Rangga karena dia sudah bertunangan dengan Trian. Tapi kita bisa melihat kalau Cinta begitu menikmati kebersamaannya dengan Rangga. Dan sepulangnya dari Jogja, meski tidak diucapkan, kita semua bisa merasakan kalau hubungan Cinta dengan Trian sudah tidak mungkin lagi dilanjutkan.

 Situasi seperti yang dialami oleh Cinta ini adalah situasi umum yang dialami generasi ini yang setelah sekian lama menjalin hubungan atau berumah tangga mulai merasakan kebosanan. Dan kemudian di grup-grup alumni bertemu kembali dengan seseorang yang istimewa dari masa lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun