Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bergek dan Naura, Bukti Nyata Aceh dan Gayo adalah Dua Entitas Berbeda

10 April 2016   00:56 Diperbarui: 16 April 2016   00:30 5844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya meletakkan perasaan saya pada pembaca internasional. Saya merasa perasaan mereka persis seperti saya ketika membaca berita ekstrim di Pakistan, Afghanistan dan Afrika. Tentu kesan tak menarik terhadap negeri-negeri itu membekas di kepala. Tidak hanya sampai disitu, kita akan menilai masyarakat di negeri-negeri itu keras dan tak bersahabat. Meski sebenarnya berita tersebut tak sepenuhnya mewakili perasaan penduduknya. Sayapun akan berpikir lima kali untuk berkunjung ke negeri-negeri demikian meski dengan tiket dan akomodasi gratis.”, tulis Kautsar dengan nada gusar.

Tapi benarkah Aceh seluruh Aceh seperti itu?

Lagi-lagi pertanyaan ini  menjadi sulit dijawab,  karena RANCU dan LENTUR-nya tafsir nama Aceh. Sebab Aceh bisa ditafsirkan sebagai nama suku dan dalam waktu yang sama juga nama provinsi.

Kalau Aceh dipahami sebagai nama etnis semua tudingan terhadap Aceh itu menjadi benar. Karena berdasarkan berita-berita itu di semua kabupaten di wilayah Aceh yang masyarakatnya berbahasa Aceh, Bergek sebagai pegiat seni memang ditolak.  Pandangan dunia internasional bahwa masyarakat di negeri ini “keras dan tak bersahabat” dan tidak bisa mengapresiasi kesenian. Sebagaimana dirasakan Kautsar dapat diterima.

Tapi kalau Aceh dipahami sebagai nama provinsi, keliru besar kalau ada yang berkesimpulan semua orang di provinsi ini “keras dan tak bersahabat” dan tidak bisa mengapresiasi kesenian.

Pasalnya, di bagian provinsi Aceh yang dihuni oleh suku Gayo, suku yang sudah ribuan tahun lebih dahulu menghuni daerah ini dibandingkan suku yang berbahasa Aceh.  Pemerintah dan masyarakatnya, masyarakat Gayo justru sedang dalam euphoria dan antusias tinggi menyambut kedatangan penyanyi cilik Naura. Putri kelahiran Gayo yang tampil mewakili Medan dalam acara Idola Cilik – 5 di RCTI dan meraih juara ketiga di ajang adu bakat ini.

Seperti Bergek menghiasi headline media-media yang terbit di Aceh. Hari-hari belakangan ini, laman lintasgayo.co , media terbesar di Gayo juga didominasi total oleh berita kedatangan Naura.

Tapi berbanding terbalik dengan berita tentang Bergek yang dipenuhi oleh hujatan, kecaman dan penolakan. Berita tentang Naura penuh antusiasme, kegembiraan dan puja-puji. 

Naura, meskipun sekarang berdomisili di Medan dan maju ke ajang ini mewakili Medan. Tapi karena dalam ajang ini dia menonjolkan Gayo sebagai identitas kulturalnya. Naura  mendapat sambutan gegap gempita dari masyarakat Gayo di seluruh dunia.  Meski secara resmi mewakili Medan, tapi para pendukung Naura yang setiap hari datang ke studio adalah masyarakat Gayo di Jakarta. Bahkan ada yang sampai menyempatkan diri datang dari kalimantan hanya untuk menonton Naura.

Di daerah, dukungan juga sama. Pemda yang menyatakan dukungan langsung kepada Naura adalah Pemda Aceh Tengah, tempat kelahirannya. Bukan Pemkot Medan, kota tempatnya melakukan audisi.

Kembali dari Jakarta, saat Naura mengunjungi kampung halamannya, masyarakat Gayo menyambut Naura layaknya pahlawan yang baru memenangkan perang. Masyarakat berebut menyambut Naura. Polisi mendaulatnya menjadi Duta Anti Narkoba

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun