Bahkan ketika berjualan pisang goreng dan es krim ding dong pun, pisang goreng dan es krim ding dong buatan orang Cina kualitasnya lebih baik daripada buatan pribumi, sehingga dagangan mereka jauh lebih banyak pembelinya daripada dagangan yang sama milik pribumi.
Dari yang aku amati di kota-kota besar di Indonesia yang sudah pernah aku datangi, aku menemukan hanya ada tiga kota, yaitu Banda Aceh, Padang dan Denpasar yang pribuminya bisa mengimbangi etnis Cina, bersaing dalam segi ekonomi.
Prestasi di sekolah, kita bisa saksikan utusan Indonesia dalam berbagai olimpiade keilmuan, rata-rata anak etnis Cina, kita saksikan pula di sekolah-sekolah terbaik di negara ini, murid etnis apa yang menjadi mayoritas di sekolah-sekolah tersebut, jawabnya jelas CINA.
Olah raga, di setiap cabang olah raga yang ditekuni para Huaqiao di negara ini, kita bisa melihat atlet beretnis Cina terlihat jauh lebih menonjol dibandingkan pribumi, padahal jumlah mereka hanya kurang dari 5% dari penduduk negara ini. Lihat cabang Bulu Tangkis, kita tentu familiar dengan nama-nama para Huaqiao, mulai dari Rudi hartono, Liem Swie King, Christian Hadinata, Susi Susanti, Alan Budi Kusuma dan lain-lain. Diantara mereka menyelip nama-nama atlet Pribumi seperti Icuk Sugiarto dan Taufik Hidayat. Tapi mayoritas atlet Bulu Tangkis ternama berkelas dunia dari negeri ini adalah Huaqiao. Demikian juga di cabang tenis bahkan ketika Huaqiao menggeluti Tinju, kita mengenal Chris John sebagai juara dunia sekaligus petinju terbesar yang pernah dipunyai negara ini. Sayang para Huaqiao kurang tertarik menggeluti sepak bola, sehingga jadilah pemain sepak bola di negara ini berkelas di bawah rata-rata.
Dalam hal musik juga demikian, jika kita amati pemusik yang menggeluti musik klasik, anak-anak yang belajar biola dan piano maka kita akan menemukan fenomena yang sama, kebanyakan dari mereka adalah etnis Cina.
Di tataran Pop, mungkin pribumi lebih banyak berperan. Tapi di bidang musik pop inipun saksikanlah seorang penyanyi perempuan etnis Cina bernama Agnes Monica, lihat bagaimana serius dan kerasnya artis muda ini menempa dirinya untuk menjadi seorang artis yang profesional. Aku tidak pernah melihat ada artis lain di negara ini yang menempa dirinya sekeras dan seserius Agnes (bandingkan dengan artis seangkatannya, Dhea Ananda atau Eno Lerian, atau kalau mau lebih ekstrim bandingkan dengan Sarah Azhari atau Julia Perez misalnya).
Selain karena wajahnya yang memang asli sangat cantik, sepertinya karakter dan profesionalitasnya yang membuatnya memancarkan aura kebintangan secara alami inilah yang membuat aku mengidolai Agnes Monica sejak dia masih menjadi penyanyi cilik dan menjadi host acara Tralala-Trilili dulu sampai dia dewasa seperti sekarang.
Dengan karakter yang dibentuk dan terbentuk seperti itu, tidak heran kalau Huaqiao, etnis cina yang minoritas ini bisa begitu menguasai (katanya) 70% ekonomi negeri ini *.
Wassalam
Win Wan Nur
www.winwannur.blogspot.com
Notes: Penelitian George J. Aditjondro yang dimuat di Koran Jakarta Post 14 Agustus 1998 menelusuri dari mana “angka 70%” dijelaskan bahwa “angka 70%” ini berasal dari hasil penelitian tentang Jaringan Bisnis Overseas Chinese di Asia yang dilakukan oleh Michael Backman—eksekutif dari Departemen Urusan Luar Negeri dan Perdagangan Australia pada Unit Kerja Analisa tentang Asia Timur di tahun 1995.