Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Krueng Peusangan dan Lake Geneva

14 Desember 2009   01:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:57 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi anehnya, meskipun daerahnya banyak dilewati aliran sungai besar, tidak satupun sungai di Aceh yang dinamai Wih Ni Gayo.

Krueng Peusangan sendiri yang merupakan salah satu sungai terpenting di dataran tinggi Gayo, bagi orang Gayo seolah adalah sebuah sungai tanpa nama. Di kampung saya dan semua kampung yang dilewati aliran sungai ini, orang Gayo yang mendiami tepiannya hanya menyebutnya dengan nama Wih Kul yang berarti sungai Besar. Nama Krueng Peusangan hanya akrab di telinga orang-orang di generasi saya yang mengenal nama ini dari pelajaran geografi di sekolah. Orang-orang di generasi kakek saya misalnya, sangat asing dengan nama ini. Orang-orang dari generasi bapak saya pun merasa sangat janggal menyebut nama sungai ini dengan nama Krueng Peusangan. Nama Peusangan yang dilekatkan pada sungai ini lebih banyak dikenal orang sebagai nama sebuah Klub Sepak Bola Garuda Pesangan yang berasal dari desa Asir-asir yang memang terletak di tepi sungai ini.

Karena itulah sampai hari ini saya masih tidak mengerti kenapa nama yang dilekatkan pada sungai tersebut adalah Krueng Peusangan, padahal sungai ini mengalir sejauh ratusan kilometer jaraknya melewati daratan luas yang sebagian besar adalah wilayah Gayo.

Kemudian karena DAS sungai ini juga yang paling banyak berada di wilayah dataran tinggi Gayo , saya jadi sering bertanya dalam hati kenapa sungai ini dinamakan "Krueng" yang berarti sungai dalam bahasa Aceh pesisir, bukan "Wih Ni" yang juga berarti sungai dalam bahasa Gayo.

Menurut logika saya, kalau pun sungai ini harus dinamai dengan nama sebuah kota yang dilewatinya maka nama yang paling pantas saya pikir adalah "Wih ni Takengen" sebagaimana yang tertulis di sebuah peta yang saya lihat sewaktu saya duduk di bangku SD. Nama ini pantas bukan saja karena Kota ini yang terletak di hulu sungai yang merupakan sumber utama air yang mengaliri sungai ini, tapi itu juga karena kota inilah yang merupakan kota terpenting yang dilewati aliran sungai ini. Sementara Peusangan hanyalah nama sebuah kota kecil yang terletak di bagian hilir aliran sungai ini.

Tapi karena sekitar 80 % DAS (daerah aliran sungai) ini mengaliri bumi Gayo yang menyebabkan orang Gayo pun memiliki ketergantungan dan ikatan emosional yang kuat kepada sungai ini. Hubungan emosional yang jauh lebih kuat daripada yang dimiliki penduduk yang tinggal di wilayah hilirnya, kemudian fakta bahwa sungai ini pun berhulu di Danau Lut Tawar yang secara de facto merupakan simbol dari lansekap Gayo.  Maka saya pikir, dibandingkan dengan nama Wih Ni Takengen akan lebih elok lagi kalau sungai ini dinamakan Wih Ni Gayo.

Tapi tentu saja itu semua hanya andai-andai saja. Sampai saat ini dan entah sampai kapan nama sungai kebanggaan orang Gayo ini tetap "Krueng Peusangan". Orang Gayo dari generasi sebelum kami, jika dibandingkan dengan orang suku Aceh bisa dikatakan rata-rata  apolitis, sehingga hal-hal 'kecil' seperti ini tidak banyak menarik perhatian mereka.

Sikap mereka ini sangat berbeda dengan generasi Gayo yang seangkatan dengan saya, yang melihat kejanggalan penamaan sungai ini jadi bertanya-tanya dalam hati. "Tidakkah pemberian nama KRUENG PEUSANGAN terhadap sungai ini berkaitan dengan politik dominasi suku Aceh yang selama ini mereka terapkan terhadap suku-suku minoritas yang sama-sama merupakan penduduk asli wilayah ini?".

Wassalam

Win Wan Nur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun