Bagi kita, mungkin membaca fenomena tersebut biasa saja. Namun ketika kita mencoba memahami konteks transisi perang dunia pertama dan kedua, publik di masa tersebut tidak menyangka akan merasakan kembali tragedi perang besar dalam tempo waktu yang cukup singkat.
Sehingga lagi lagi, ada meritt tersendiri dalam memahami logika paslon no.2. Walau kemudian tetap ada beberapa kesalahan teknis seperti anggaran Singapura dan luas wilayah Indonesia yang setara dengan benua Eropa. Pun memahami logika paslon no.1 juga tidak salah, bahwa yang menjadikan angkatan perang kita kuat adalah kemampuan ekonomi kita.Â
Sehingga kedua duanya pun, pada akhirnya memang memiliki gagasannya masing masing yang bagus. Dari ekonomi menuju militer yang berdaulat, atau membangun ekonomi bangsa melalui industri militer juga sepertinya arah menarik yang bisa dicoba.Â
Sebagai penutup, sudah sewajarnya bagi penyelenggara pertahanan untuk paranoid dalam memprediksi segala kemungkinan terburuk. Walau kemudian cara yang paling etis adalah bersifat terbuka terhadap pemerintahan sipil, dan publik itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H